FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR EKONOMI INTERNASIONAL II KULIAH : Ketiga DOSEN : Aulia Rahman Bato TOPIK : Skala Ekonomi, Unperfect Competetion and International Trade Reference : Salvatore, Ch.6
POKOK BAHASAN CHAPTER INI: Menjelaskan bagaimana perdagangan internasional dapat terjadi sebagai hasil dari adanya skala ekonomi di masing-masing negara Menjelaskan diferensiasi produk, sebagai dasar dalam membangun model perdagangan intraindustri Menjelaskan bagaimana kesenjangan teknologi antar negara yang mempengaruhi model dan siklus perdagangan internasional.
Introduction... Model H-O tidak mampu menjawab model perdagangan kontemporer Beberapa Asumsi yg digunakan oleh H-O dalam menjelaskan teorinya tidak lg adaptif terhadap perkembangan saat ini. Kritik terhadap factor intensity Vs factor endowment, melalui Penelitian Wassely Leontif (Leontif Paradoks)
Kritik terhadap H-O Theory’... Asumsi I: 2x2x2 H-O dalam menjelaskan teorinya tidak lg relevan dengan kondisi saat ini, meskipun sangat sulit dalam membuat modelnya. Asumsi II: masing-masing negara memiliki teknologi yg sama dalam proses produksi. Dalam dunia nyata masing2 negara memiliki teknologi yg berbeda sehingga pola perdagangan jg berbeda. Asumsi III: Pembalikan faktor intensity terhadap komoditas X (labor intensive) dan Y (capital intensive), terbantahkan oleh “Leontif Paradoks” untuk kasus USA.
Cont’... Asumsi IV: Skala ekonomi yg konstan. Dalam dunia nyata menggunakan skala ekonomi yang meningkat (increasing return to scale). Asumsi V: Spesialisasi tdk sempurna di negara yg terlibat dalam perdagangan. Jika spesialisasi tdk berjalan normal disalah satu negara ? Maka harga komoditas cenderung sama namun tdk diikuti o/ harga faktor produksi. Kasus intensitas bahan baku industri di Indonesia (harga internasional sama tetapi harga faktor produksi berbeda). Asumsi VI: Selera yang sama. Dalam dunia nyata perbedaan selesar di masing2 negara yang menyebabkan pola perdagangan termasuk harga internasional (TOT).
Cont’... Asumsi VII: Perfect competition pd komoditas dan faktor produksi. Dalam dunia nyata ? Kasus industri manufaktur (yg high technologi) terjadi diferensiasi produk yg cenderung monopoli. Contoh: Samsung dgn berbagai Tipe Asumsi VIII: Tidak ada mobilisasi faktor produksi. Dalam realitas IT terjadi mobilisasi SD yg sangat dinamis (apalagi dgn integrasi ekonomi antarnegara). Asumsi IX: Tidak ada biaya transportasi, dan trade barriers. Bagaimana realitas perdagangan internasional saat ini ?
Cont’... Asumsi X: full employment. Bgmana kondisi di berbagai negara, apakah sdh full employment ? Kasus: resesi dunia 1930 (bukti belum full employment). Asusmsi XI: perdagangan antara negara balance. H-O tdk memprediksi perubahan teknologi yg sangat dinamis dan berpengaruh terhadap IT suatu negara (kasus: Indonesia trade imbalance dgn beberapa negara partner dagang). Kesimpulan: teori yang dikembangkan oleh H-O secara umum tdk lagi mencerminkan realitas model perdagangan internasional saat ini, akan tetapi dari asumsi teori H-O inilah model IT berkembang pesat (sehingga dianggap teori modern dalam IT).
Skala Ekonomi dan International Trade Asumsi H-O (constant return to scale), justru skala hasil yg meningkat membawa gain from trade, meskipun kedua negara berdagang “sangat identik” dalam segala hal. Increasing return to scale dimaknai dengan kenaikan penggunaan input proporsional terhadap output yg dihasilkan. (jika input naik 1, maka output naik > 1). Increasing RTS bisa terjadi krn produktivitas labor dgn spesialisasi, jumlah produksi besar (sektor industri) yg cenderung menekan cost. Bagaimana dgn kasus kedua negara yang sangat identik ?
Y X 80 120 60 40 20 100 E1 Pa B A E2 I II Bagaimana menjelaskan Batas Produksi dgn kurva indifferen? E1: Harga komoditas Pa (krn kedua negara identik), dgn adanya IT maka negara I spesialisasi ke barang A (titik A) dan negara II spesialisasi ke barang B (titik B). Sebelum trade masing2 negara hasilkan 40 komoditas. E2: setelah trade, masing2 negara konsumsi “tambahan’ barang yg tdk di produksi sementara produksi dalam negeri terbatas. Maka negara I impor brg Y sebanyak 20, begitupula negara II impor barang X sebesar 20. Titik E2: masing2 negara berhenti konsumsi (kebutuhan DN terpenuhi).
Kenapa ada spesialisasi (sementara kedua negara sangat identik) ? Faktor sejarah (komoditas tsb sdh melekat dgn negara tsb. Ingat kembali absolute advantage). Cth. Brasil dgn Kopi. Meskipun kedua negara sangat identik, tetapi berbeda dalam skala ekonomi sbg determinan gain from trade. Cth. Baju Batik Indonesia dan China,bagaimana gainnya ? Skala ekonomi, shg output dlm jk. Panjang akan cenderung menciptakan struktur pasar yg Monopoli or Oligopoli (menguasai pangsa pasar). Peningkatan suku cadang, komponen, atau pengalihan dalam konsep Multinational coorporation (MNC) untuk menjaga competitiveness.
Hipotesis Linder (1961)... Skala ekonomi mengacu pd efisiensi (biaya produksi murah) seiring dgn peningkatan output. Linder: suatu negara mengekspor produk manufaktur apabila menguasai pasar domestik yg besar. Produk tsb menjadi daya tarik populasi dunia (populer), selanjutnya brg tersebut diekspor kenegara2 dgn tingkat selera dan income sama. Negara tujuan ekspor akan mengimpor brg tersebut krn selera penduduk minoritas (dgn income besar). Kesamaan selera (permintaan yg tumpang-tindih) cenderung terjadi pada negara dgn tingkat selera dan income yg sama.
Imperfect Competition dan IT... Trade dengan diferensiasi produk. Jenis komoditas yg tradable biasanya hasil dr diferensiasi produk (VS homogen product) Chevrolet dgn Toyota or Suzuki or Ferrari jelas berbeda tapi dalam satu jenis produk (otomotif), hal ini menunjukkan diferensiasi produk. Realitas: akibat diferensiasi produk akhirnya muncul istilah “intraindustri” (produk terdeferensiasi) kebalikan dari interindustri (barang homogen). International competition memaksa produsen (negara) memproduksi satu kelompok barang tetapi terdiri dari beberapa jenis (agregasi berdasarkan SITC).
Hasil Penelitian (Aulia Rahman B): Kelompok barang yg sama, tetapi spesifikasi yang berbeda (model) jd tumpuan utama negara thdp gain from trade. Suatu Negara akan mengekspor spesifikasi barang tertentu dan mengimpor barang dgn spesifikasi berbeda (tetapi dalam kelompok barang yg sama), dalam Intraindustry trade tingkat Agregasi SITC 3 Digit/ISIC (INA). Pola perdagangan (jenis spesifikasi barang maupun tujuan negara partner dagang) dan Gain from trade akan ditentukan oleh determinan/“power” masing2 negara. Determinan intraindustri antara lain: GDP, gap GDP, GDPc, Gap GDP capita/selera, tarif, jarak antar negara (cost transportation) dan FDI.
Trade berdasarkan Perbedaan Teknologi... Penguasaan teknologi akan menjadi faktor penentu “nasib” perdagangan kedepan. Model kesenjangan teknologi: Inovasi akan menciptakan monopoli (dilindungi hak paten), by Posner (1961). Kelemahan teori ini: tidak ada indikator kesenjangan teknologi. Kasus: USA dgn high tecnologi dan menguasai pangsa pasar (krn monopoli) Vs konsep China (imitasi) dgn biaya yg lebih murah (labor), terjadi keseimbangan bahkan pembalikan.
Trade berdasarkan Perbedaan Teknologi, (Cont’).. Generalisasi teori kesenjangan teknologi: Model Siklus Produk, by Vernon (1966). Model teori ini: ketika produk baru diperkenalkan, membutuhkan labor yg terampil (high skill). Setelah mendapatkan pasar, selanjutnya dilakukan produksi massal dan menggeser labor yg high skill ke labor yang low skill. Konsep ini menjadi bagian dari model MNC (pengalihan dr kantor pusat ke negara2 berkembang sbg cabang) dgn tujuan efisiensi (termasuk penggunaan low skill labor)
Kesimpulan Gap technologi Vs Siklus cycle... Awal Trade dr negara maju yang high tecnology dan high skill labor dalam berproduksi. Negara berkembang (miskin) memperoleh “imitasi” dan “standarisasi product” dengan comparative advantage yg dimiliki (cheap labor), sehingga trade berdasarkan pada teknologi. Siklus produk menjelaskan comparative advantage yang dinamis dalam hal proses produksi maupun jenis produk yang baru dan bertentangan dgn teori H-O yg cenderung statis.
Thanks You