PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Mampu memahami dan menjelaskan jiwa nasionalisme-patriotisme REVITALISASI PERAN PERTANIAN-KEMANDIRIAN PANGAN PEMBANGUNAN LINGUNGAN BERWAWASAN KEBANGSAAN HAMKAMNAS-HANKAMRATA NASIONALISME-PATRIOTISME ISLAM Bentuk Perkuliahan: Tutorial dan Diskusi Metode: Small Group Discussion dan Problem Based Learning Kewarganegaraan PANCASILA
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN A. Landasan Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Landasan Historis Landasan Kultural Landasan Yuridis Landasan Filosofis
Landasan Historis Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yg cukup panjang sjk zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yg menjjh serta menguasai bangsa Indonesia.
Landasan Kultural Berbeda dgn bangsa2 lain, bangsa Indonesia m’dasarkan pandangan hidupnya dlm bermasya rakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pd bangsa itu sendiri.
Nilai kenegaraan dan kemasya rakatan yang terkandung dlm sila2 Pancasila merupakan hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dr nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri mlalui proses refleksi filosofi pr pendiri negara.
Landasan Yuridis Di dalam UU No.20 th 2003 tentang Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
Dlm SK Dirjen Dikti No.43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa Misi Pendidikan Kewarga- negaraan adl utk memantapkan kepribadian mahasiswa agar scr konsisten mampu mewujud kan nilai2 dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dlm menguasai dan mengembang kan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi sesuai dgn SK Dirjen DIKTI No. 43/DIKTI/KEP/2006 tsb maka Pendidikan Kewarganegaraan adalah berbasis Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia.
Landasan Filosofis Secara filisofis, bangsa Indonesia sbelum mendiri- kan negara adalah sebagai bangsa yg berketuhanan & berkemanusiaan. Hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adlh makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (merp unsur pokok negara), shg scr filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan Dlm UU No.20 Th 2003 ttg sistem Pendidikan Nasional & juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No.43/DIKTI/KEP/2006 adalah :
Bahwa tujuan kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan dalam rambu-rambu Pendidikan Kepribadian mengarahkan pada moral yg diharapkan terwujud dlm kehidupan sehari-hari, yi perilaku yg memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
C. Pembahasan Pancasila & Kewarganegaraan secara Ilmiah Syarat-Syarat Ilmiah Berobjek Bermetode Bersistem Bersifat Universal
1. Berobjek a. Objek Forma b. Objek Materia
Objek Forma Moral Ekonomi Pers Hukum & Kenegaraan Filsafat Moral Pancasila Ekonomi Pancasila Pers Pancasila Pancasila Yuridis dan Kenegaraan Filsafat Pancasila
Objek Materia 1. Bersifat Empiris 2. Non Empiris Lembaran sejarah Bukti-bukti sejarah Benda-benda sejarah Benda-benda budaya Lembaran hukum Naskah-naskah negara Adat istiadat Nilai-nilai budaya Nilai-nilai moral Nilai-nilai relegius Kepribadian Karakter Sifat-sifat Pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa & bernegara
2. Bermetode Metode dlm pembahasan Pancasila sangat tergantung pd karakteristik objek forma dan objek materia pancasila. Salah satu metode dlm pembahasan Pancasila Adalah metode “analitico syntetic” yaitu suatu Perpaduan metode analisis dan sentesis.
3. Bersistem Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yg bulat dan utuh. Bagian dr sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan, antara sila-sila Pancasila saling berhubungan, baik hubungan interelasi (saling hubungan), maupun interdependensi (saling ketergantungan)
4. Bersifat Universal Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah hrs bersifat universal, artinya kebenarannya tdk terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu.
Tingkatan Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan deskriptif 2. Pengetahuan kausal 3. Pengetahuan normatif 4. Pengetahuan essensial
1. Pengetahuan Deskriptif Dlm mengkaji Pancasila scr objektif, kita hrs menerangkan menjelaskan serta menguraikan Pancasila scr objek tif sesuai dgn kenyataan Pancasila itu sendiri sbg hasil budaya bangsa Indonesia. Kajian Pancasila scr deskriptif ini antara lain berkaitan dgn kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian tentang kedudukan dan fungsi Pancasila
2. Pengetahuan Kausal Dlm kaitannya dgn kajian tentang Pancasila mk tingkatan pengetahuan sebab akibat berkaitan dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila yg meliputi empat kausa yaitu : Kausa materialis Kausa formalis Kausa effisiensi Kausa finalis
3. Pengetahuan Normatif Dlm membahas Pancasila tdk cukup hanya brp hasil deskripsi atau hasil kausalitas belaka, melainkan perlu untuk dikaji norma-normanya, krn Pancasila itu utk diamalkan, direalisasikan serta dikongkritisasikan. Utk itu hrs memiliki norma-norma yg jelas, terutama dlm kaitannya dgn norma hukum, kenegaraan serta norma-norma moral.
4. Pengetahuan Essensial Dlm kajian Pancasila scr essensial pd hakekat nya utk mendapatkan suatu pengetahuan tentang inti sari atau makna yg terdalam dari sila-sila Pancasila, atau scr ilmiah filosofis utk mengkaji hakekat sila-sila Pancasila.
Pengetahuan deskriptif suatu pertanyaan “bagaimana” 2. Pengetahuan kausal suatu pertanyaan “mengapa” 3. Pengetahuan normatif suatu pertanyaan “ke mana” 4. Pengetahuan essensial suatu pertanyaan “apa”
Ciri-ciri manusia : Manusia yang Bersifat Unik organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya, mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar, memberikan tanggapan thdp rangsangan dari dalam dan luar, memiliki potensi untuk berkembang, tumbuh dan berkembang, berinteraksi dengan lingkungannya, dan bergerak.
PERBEDAAN TUBUH MANUSIA DENGAN HEWAN MANUSIA LEMAH HEWAN KUAT : Gadjah Harimau Burung Buaya Manusia Lebih kuat drpd Hewan Rohani Akal Budi & Kemauan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Metode Ilmiah dan Implementasinya Kebenaran yang terkandung dalam Ilmu terletak pada metode ilmiah. Kelebihan dan kekurangan Ilmu ditentukan oleh metode ilmiah, mk pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
Penginderaan Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah, walaupun tidak selalu langsung. Misal, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran, tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dpt ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
Agar penginderaan tepat & benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat dilakukan juga oleh orang lain. Untuk meminimalkan subjektivitas penginderaan, seringkali menggunakan instrumen standar. Contoh, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan tangan, tetapi perlu dibantu dengan termometer.
Masalah atau Problem Setelah penginderaan, langkah kedua adalah menemukan masalah. Penginderaan yang dilakukan orang umum dan ilmuwan jelas berbeda karena ilmuwan dengan kuriositas yang tinggi dengan menggunakan teknik yang akurat. Secara umum untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan “Bagaimana?” atau “Apa?”.
Hipotesis Jawaban sementara dari pertanyaan “Bagaimana?” atau “Apa?” merupakan dugaan. Dalam Ilmu dugaan sementara itu disebut hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen.
Eksperimen Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat.
Teori Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen yang dilaku kan di laboratorium, di mana exsperimen itu dilakukan oleh berbagai peneliti dan bukti-bukti menunjukkan hal yang dapat dipercaya dan valid, walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori.
Keterbatasan Ilmu Penginderaan, penemuan masalah, penyusun an hipotesis, eksperimen, dan teori merupakan urutan langkah atau prosedur ilmiah yang lazim. Untuk menentukan sejauh mana arti konteksnya, kita uji sampai di mana berlaku nya metode ilmiah dan di mana metode ilmiah tidak berlaku, serta kekhususannya.
Bidang Ilmu Yang menentukan bidang Ilmu adalah metode ilmiah karena bidang Ilmu adalah wahana di mana metode ilmiah dapat diterapkan. Sebaliknya, bidang non Ilmu adalah wahana di mana metode ilmiah tidak dapat diterapkan.
Tujuan Ilmu Tujuan Ilmu adalah mencari kebenaran, menemukan fakta. Dalam hal ini, hendaknya kita berhati-hati dgn perkataan “kebenaran” yang sering digunakan dlm dua arti. Pertama, menunjukkan kebenaran yang bersifat sementara, seperti pernyataan, “Rambut saya adlh hitam”. Kedua menunjukkan kebenaran yang mutlak, seperti pernyataan,”Dalam bidang geometri, jumlah sudut-sudut segitiga adalah 180°”.
Ilmu dan Nilai Metode ilmiah tidak dapat memberikan nilai atau moral terhadap suatu keputusan. Manusia pemakai Ilmu lah yang menilai apakah hasil Ilmu itu baik atau buruk.
Filsafat Ilmu Berdasarkan tentang filsafat Ilmu hendaknya dapat diverifikasi secara keseluruhan atau bagian demi bagian melalui analisis eksperi mental shg memiliki nilai ilmiah. Filsafat yg tdk dpt diverifikasi tdk akan memiliki nilai ilmiah, walaupun filsafat itu memiliki nilai yang baik dlm segi lain dlm pikiran atau pandangan manusia.
Vitalisme Dr sejarah perkembangan Ilmu dapat kita lihat bahwa pada awalnya Ilmu masih bercampur dengan kepercayaan atau mitos. Oleh krn itu, pada awalnya di dalam Ilmu terdapat filsafat vitalisme. Vitalisme merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di luar alam. Kekuatan itu memiliki peranan yg esensial yang mengatur segala sesuatu yg terjadi di alam semesta ini.
Ditinjau dri segi lain, vitalisme mempunyai nilai, tetapi dalam Ilmu tampaknya tidak cocok karena dalam Ilmu segala sesuatu harus dapat dianalisis secara eksperimental berdasarkan metode ilmiah.
Mekanisme Mekanisme merupakan suatu pendapat yang menyatakan bahwa penyebab yang mengatur semua gerakan di alam semesta ini adalah Hukum Alam, misalnya hukum fisika, dan hukum kimiawi. Pandangan mekanisme dianalisis secara eksperimental menurut metode ilmiah. Pandangan ini menganggap bahwa gejala pada makhluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasarkan peristiwa fisika-kimiawi belaka.
Pandangan mekanisme menyamakan gejala pada makhluk hidup dengan gejala benda tidak hidup sehingga perbedaan hakiki tidak ada. Dengan begitu dapat menghanyut kan manusia ke pandangan materialisme yang selanjutnya ke Ateisme.
Agnotisme Kalau kita teliti lebih dalam, tampak perbedaan prinsip antara vitalisme dan mekanisme, terutama tentang ada tidaknya Sang Perancang atau Pencipta alam semesta ini. Utk menghindarkan pertentangan, terdapat aliran yang melepaskan diri atau tdk mempedulikan ada atau tidaknya Sang Pencipta, dan aliran ini disebut Agnotisme. Mrk yg mengikuti aliran ini hanya mempelajari gejala-gejala alam. Aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan-ilmuwan barat.
4. Filsafat Pancasila Sbgmn kita ketahui bahwa filsafat negara & bangsa Indonesia adlh Pancasila shg semua warga negara, termasuk ilmuwan Indonesia, adlh penganut filsafat Pancasila yg berarti menganut Teisme. Ilmuwan Indonesia hendaknya dpt menjembatani antara filsafat vitalisme dgn mekanisme, misalnya dlm menjawab pertanyaan “Bagaimana atau kapan hukum alam itu terjadi di alam semesta ini?”. Satu-satunya jawaban ialah: “diciptakan oleh Tuhan”.
Dr titik awal mulai filsafat vitalisme, sedang kan proses selanjutnya menurut filsafat mekanisme, yi hukum alam. Dlm hal ini, bagi kita hukum alam adlh sama dgn hukum Tuhan.
Bahasa Ilmu Ilmu sebagai kesatuan yg utuh sebagai bentuk bahasa. Secara mendasar Ilmu merupakan suatu bahasa, suatu sistem komunikasi. Agama, seni, politik, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa lainnya jg sebagai sistem komunikasi.
Dengan Ilmu manusia dpt menjelajah wahana-wahana baru dalam alam pikiran dan dapat memahami, seperti memahami negara-negara yang ada di muka bumi ini. Ilmu juga memiliki tata bahasa, yaitu metode ilmiah, memiliki pengarang yaitu para ilmuwan, dan kepustakaan (karya ilmiah) dengan berbagai dialek atau bentuk ekspresi, yaitu sebagai Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
Kemampuan memecahkan Masalah Dapat Dipelajari dengan Melakukan Pemecahan Masalah Tidak ada jalan yang mudah untuk belajar. Orang belajar dengan usaha, menjadi orang yang terpelajar dengan belajar, menjadi cermat dengan berlaku cermat, mendapatkan pengalaman dengan melakukan pengalaman, dan menjadi pengamat dengan melakukan pengalaman yang tepat.
Keterbatasan Indera Manusia Berdasarkan penelitian sederhana terhadap indera manusia yg normal, ternyata memang kisaran (range) panca indera manusia sangat terbatas. Penglihatan Pendengaran Pengecapan dan Pembauan Penginderaan Kulit Penginderaan Dalam (Deep Sensibility) Peningkatan Daya Penginderaan
Utk meningkatkan daya penginderaan, shg diperoleh kebenaran, dapat dilakukan dgn jalan sbb: Latihan. Kewaspadaan yang sungguh-sungguh (tinggi). Instrumen harus dikalibrasi. Pengecekan merupakan cara yang paling berhasil utk menghilangkan kekeliruan dlm pengamatan. Eksperimen adalah penginderaan dalam kondisi yang terkontrol. Penginderaan meliputi analisis dan sintesis. Instrumen baru memungkinkan penginderaan baru. Pengukuran merupakan keterampilan tersendiri.
Pengorganisasian Data Tidak dapat disangkal lagi bahwa jika kita belajar ilmu pengetahuan, jauh sebelumnya kita harus sudah menguasai matematika. Latihan menggunakan matematika sebagai alat ilmu pengetahuan sangat penting guna menghilangkan kesalahan dalam mengorgani sasikan, mengadakan klasifikasi, dan menafsir kan data sebagaimana kita melatih indera utk memperoleh data yang dapat dipercaya.
Pengetahuan tentang matematika sangat perlu dalam menafsirkan banyak data, tetapi pengetahuan mengenai statistik merupakan pengetahuan yang penting pula karena statistik menjadikan kita dapat menentukan data yang diperlukan.
Untuk memudahkan penafsiran diperlukan statistik dan sistematika karena beberapa hal berikut ini : Dalam Statistik, Kita dapat Mengabaikan Hal-hal yang Mendetail Secara Bijaksana. Setiap pengukuran melibatkan beberapa kekeliruan dan, karena alasan ini, adalah penting sekali bahwa jumlah dan signifikansi kekeliruan ini diperhatikan. Pengetahuan Diklasifikasikan Menjadi Bentuk yg Sistematis Pengetahuan menjadi signifikan jika disusun secara sistematis.