Auguste Comte (1798-1857) Teori Sosiologi Klasik Disarikan dari Doyle Paule Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern dengan beberapa tambahan
Auguste Comte & Positivisme Walaupun Auguste Comte yang mempopulerkan istilah positivisme, sebetulnya gagasan ini sudah dikenal luas sebelum dan semasa Comte hidup Kaum positivis umumnya adalah mereka yang berasal dari kelompok progresif dan rasional yang mencita-citakan tatanan masyarakat yang rasional dan mencampakkan tradisi yang irrasional
Gagasan Dasar Positivisme Kaum positivis percaya bahwa masyarakat adalah bagian dari alam dan metode positivis harus diterapkan untuk mengungkap hukum- hukum alam tentang masyarakat Ilmu (science) merupakan satu-satunya pengetahuan yang valid, dan hanya fakta-fakta empiris yang dapat menjadi obyek pengetahuan. Positivisme menolak segala hal di luar fakta empiris dan menolak penggunaan metode di luar yang digunakan untuk menkaji fakta empiris.
Pengandaian Dasar Positivisme Pertama, prosedur-prosedur metodologis dari ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial. Kedua, hasil-hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu- ilmu alam. Ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni, netral dan bebas nilai. Anthony Giddens (Ed.), Positivism and Sociology, (London: Heinemann, 1975), hlm. 3-4
Hukum Tiga Tahap Teologis Metafisik Positivis
Tahap Teologis Tahap ini mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal yang bersifat supranatural Pengetahuan yang tercipta bersifat absolut dan final Tahap ini dibagi lagi menjadi tiga: Fetisisme Politeisme Monoteisme
Tahap Metafisik Tahap ini adalah masa peralihan dari teologis ke matafisik Pada tahap ini , manusia mulai beralih dari hal-hal yang bersifat supranatural kepada kekauatan-kekuatan abstrak yang melekat pada semua benda dan menjadi sebab dari segala hal
Tahap Positif Pada tahap ini, orang tidak lagi bersandar pada hal-hal yang bersifat supranatural atau abstrak, tapi mendasarkan diri pada data-data empiris sebagai sumber pengetahuan Pengetahuan yang tercipta bersifat sementara, tidak final dan tidak mutlak, terbuka untuk terus berubah menyesuaikan dengan temuan-temuan baru yang lebih valid Akal dan data empiris menempati kedudukan yang sangat penting karena ilmu pengetahuan yang sah adalah data-data empiris yang ditelaah dengan analisa rasional akal budi