GERAKAN MILENARIAN DI JAWA ATAU PERISTIWA CIMAREME
Di desa Cimareme terdapat seorang terkemuka yang dikenal dengan nama Haji Hasan Dia adalah putra kiyai Tubagus alpani, seorang pemimpin pesantren di Cimareme. Ibunnya bernama Djamilah, salah seorang putri dari R. Kartaningrat yaitu pendiri pesantren Cimareme. Menurut gelarnya, ayah haji Hasan merupakan keturunan bangsawan dan kesultanan Banten.
Ditinjau Dari Status Ekonomi H Ditinjau Dari Status Ekonomi H. Hasan Adalah Orang Yang Kaya Yang Mempunyai Tanah Yang Cukup Luas Yaitu Sekitar 10 Bau Dengan Hasil Utamaya Padi Dan Tembakau Dia Mempunyai Hubungan Yang Cukup Baik Dengan Seorang Pejabat Bernama R.A.A Wiratanudatar Yang Pernah Menjabat Bupati Garut Dari Tahun 1871-1916. Selain Itu H. Hasan Juga Dikenal Mempunyai Hubungan Baik Dengan Dr. Hubenet Seorang Belanda Yang Berprofesi Menjadi Dokter Hewan
Haji hasan selalu membekali murid-muridnya pelajaran pencak silat yang dilatih oleh sahabatnya yaitu H.Makbul dari rancabango. Dan dia juga mendirikan perkumpulan pencak silat gerak cepat. Perkumpulan itu dipimpin oleh H.Godjali dari cikajang dan H.Sobandi dari rancabango
H.Hasan Adalah Anggota Perkumpulan “Goena Perlaja”, Perkumpulan Ini Dipimpin Oleh Kiayi Abdullah Dari Tegalgubuk Cirebon
Pemberontakan cimareme di picu oleh terjadi kegagalan panen yang hebat dibelahan bumi bagian utara seluruh Asia pada tahun 1911-1912 , keadaan ini berulang lagi pada tahun 1918-1919, sehingga mengakibatkan keadaan pangan makin memburuk.
Pada tahun 1918 para pemimpin SI (Sarekat Islam) yaitu HOS Pada tahun 1918 para pemimpin SI (Sarekat Islam) yaitu HOS. Cokroaminoto dkk mengadakan audensi kepada Gubernur Jendral di Bogor, salah satu usulannya adalah mengurangi sebanyak 50% kebun tebu yang ada diganti dengan tanaman padi.
Sikap kasar dan ancaman wedana Leles merupakan factor pencetus perlawanan H.Hasan. Tindakan wedana telah menjadi penyebab yang penting dalam peristiwa Cimareme. Nama wedana menjadi hancur setelah penjelasan tersebut dan pada tanggal 5 Juli 1919 residen memerintahkan agar wedana Leles menyerahkan jabatannya kepada wedanan Tarogong yang sekaligus tanda dipecat dari pegawai pemerintahan.
H. Hasan, dan 33 orang tewas termasuk keluarganya 20 orang luka2 di rumah kediamannya, yaitu setelah di seluruh rumahnya di kepung oleh para rombongan pejabat seperti, mayor Belanda, Bupati , Patih Garut, Wedana Bangbulang, Wedana Tarogong, Kepala Penghulu Garut dan dua orang agen polis
“Mayat-mayat yang berlumuran darah itu dilemparkan saja kedalam gerbong untuk diangkut menuju Garut. Seluruh rakyat Garut harus tahu, upah bagi pemberontak, ialah kematian