PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF BAB 5 PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF DEPTH INTERVIEW, INTERVIEW dan UNDERCOVER
PENGUMPULAN DATA PRIMER KUALITATIF Interview (wawancara mendalam FGD (Focus Group Discussion) Observasi (Pengamatan)
Interview (Wawancara) Wawancara adalah cara pengumpulan data yang paling dikenal Dalam wawancara harus netralitas tidak memaksa Interview dalam riset berbeda dengan jurnalistik Pewawancara harus memposisikan diri tidak tahu
JENIS DAN PEMBAGIAN WAWANCARA
Wawancara Mendalam (Depth Interview) Wawancara mendalam sering diasosiasikan dengan wawancara yang ada Dalam wawancara model ini tidak ada pertanyaan yang disediakan, Semua dijalankan apa adanya mengalir dan tidak ada pengarahan maksud Dalam wawancara mendalam ini diperlukan kelenturan sikap peneliti
Wawancara Mendalam Peneliti harus memahami adat dan kebiasaan lingkungan setempat obyek penelitian Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh obyek peneliti Posisi peneliti sebagai orang yang tidak tahu dan mengerti
Wawancara Berstruktur Wawancara dengan bentuk pertanyaan yang sudah disiapkan Wawancara sebelumnya ada konfirmasi dengan si obyek peneliti Ada pembatasan atas subyek yang dikaji
Wawancara Berstruktur Wawancara mengikuti pola di dalam dimensi teori-teori yang ada Wawancara menggunakan panduan yang jelas dan sudah dipersiapkan sebelumnya Hasil analisis akan berbentuk tabel-tabel hasil temuan
UNDERCOVER Wawancara tersembunyi dimana si obyek penelitian tidak mengetahui Perlu adanya pemahaman situasi terlebih dahulu Bukti data harus lengkap dari peneliti
Tips-Tips Dalam Interview Peneliti harus melihat gerak tubuh dari si obyek yang sedang diteliti Pahami terlebih dahulu budaya dan adat setempat Peneliti harus merasa di bawah kontrol obyek Contoh*
Misal: X (Pewawancara) : Menurut Bapak apakah sistem promosi penjualan shampoo pake perempuan datang ke kampung ini bagus enggak? Y (Obyek): Yah kita mah cuman orang kampung neng…(menggaruk kepala…). Ahh kalo pakke perempuan gitu sih bagus bener kita jadi tau langsung. Tapi itu loh bajunya minim banget ngerangsang…menurut saya itu tidak bagus malu sama agama…..apalagi bulan puasa…(matanya tercenung)….
Analisis: Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penjualan langsung lewat tenaga marketing SPG sangat efektif dalam menjualkan produk. Rasa ‘wah’ yang ditawarkan ini tetap menjadi unsur pemicu yang baik dalam menciptakan suasana yang pemasaran simbolik (Smith, 1995: 124). Ada dua statemen yang disebutkan dari hasil wawancara di atas, yakni; Setuju dengan penjualan model langsung dengan menggunakan tenaga marketing wanita Tidak setuju dengan penjualan langsung perempuan karena mengundang ‘birahi’ dan bertentangan dengan agama.
Terima Kasih