SOSIOLOGI PERKOTAAN DALAM URBAN DESIGN K09-MKP Perilaku Masyarakat Dalam Ruang Perkotaan Novia Sari Ristianti, ST, MT (novia.sari@pwk.undip.ac.id)
PENGERTIAN SOSIOLOGI PERKOTAAN Ilmu yang memperlajari tentang interaksi manusia yang satu dengan yang lainnya baik dalam lingkup individu maupun kelompok masyarakat dalam kawasan kota yang sarat dengan bentuksn terbangun timbul karena pembangunan fisik kota Terdapat proses-proses sosial yang terjadi di dalam kota seperti pola pergaulan masyarakat, penggunaan sarpras, kriminalitas, dll Fungsi dalam perancangan kota yaitu membantu urban designer menentukan bentuk dan pola ruang yang akan didesain dengan mempertimbangkan kehidupan sosial masyarakatnya (relasi fisik dan sosial)
SOSIOLOGI PERKOTAAN UNTUK URBAN DESIGNER Arsitektur Kota Sosiologi Arsitektur Kota (Urban Designer) Sosiologi Kota Untuk Urban Designer Sosiologi Kota Sosiologi Arsitektur
PERSPEKTIF TENTANG KEHIDUPAN KOTA Perubahan Sosial Fokus perhatian perspektif ini adalah kepada proses urbanisasI Karakter urbanisasi Irreversibility. Dalam karakter ini, urbanisasi adalah sebuah proses yang tidak pernah mengembalikan kondisi yang ada ke arah semula. Dengan perkataan lain, sekali sebuah wilayah mengalami urbanisasi maka wilayah tersebut tidak akan kembali menjadi pre-urban. Dalam hal ini, urbanisasi diartikan sebagai mengkotanya suatu wilayah. Suddenness. urbanisasi pertama kali terjadi pertama kali pada Abad XIX dan XX. Dalam keseluruhan sejarah hidup umat manusia, saat itulah manusia mengenal proses urbanisasi, yang memang tidak pernah ada sebelumnya. Sebelum terjadinya proses tersebut, kota-kota selalu terpisah – atau dipisahkan - dari wilayah di luarnya. Kota dikelilingi oleh benteng beserta paritnya. Kota menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. Acceleration. urbanisasi merupakan proses yang akseleratif. Begitu suatu wilayah membuka diri pada perubahan maka ia akan mengalami percepatan perkembangan.
Lanjutan Persepektif Tentang Kehidupan Kota.... Discontinuity. Urbanisasi membawa serta perubahan atas nilai-nilai lama oleh yang baru. Dengan cara demikian, nilai-nilai lama diganti oleh nilai-nilai baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Nilai-nilai lama kemudian ditinggalkan dan masyarakat hidup dengan nilai-nilai dan pola kehidupan yang baru sama sekali. Sebagai gambaran, pola konsumsi, cara hidup, world view masyarakat menjadi berubah bersamaan dengan proses urbanisasi. Organisasi Sosial Perspektif ini memfokuskan perhatiannya kepada bentuk-bentuk kehidupan yang mendasar pada masyarakat kota sebagai akibat langsung dari proses pengkotaan (baca: urbanisasi). Proses tersebut membawa serta perubahan bentuk kehidupan yang kompleks pada jaringan hubungan antarindividu, kelompok, struktur birokratik, dan lembaga-lembaga sosial. (a) Individu. Individu kota biasanya digambarkan memiliki tatanan personalitas dan gaya hidup individual yang berbeda dengan individu perdesaan. Di samping itu, bentuk personalitas dan gaya hidup individu kota merupakan mekanisme untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup dalam lingkungan sosial perkotaan yang kompleks. (b) Kelompok Primer. kelompok dengan skala kecil yang anggota di dalamnya memiliki hubungan personal dan face-to-face.
Lanjutan Persepektif Tentang Kehidupan Kota.... (c) Lingkungan Ketetanggan. kelompok sosial yang lebih luas dan kompleks dari kelompok primer namun lebih informal dan kurang kompleks daripada organisasi birokratik. (d) Organisasi Birokratik. Organisasi ini meliputi jaringan peranan atau posisi yang terinci dan diatur dalam pembagian kerja yang hirarkhis. Perilaku individu-individu di dalamnya diatur, diikat, dan dibatasi oleh aturan yang tertulis. Birokrasi menjadi sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat kota karena segala bentuk kebutuhan dan pelayanan esensial hanya akan terpenuhi melalui proses yang birokratik tersebut. Dalam kehidupan perkotaan, birokrasi menumbuhkan hubungan-hubungan yang impersonal dan tidak responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan individual. 3. Ekologis Perspektif ini memberikan perhatian terhadap proses dan bentuk upaya manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan perkotaan. Komunitas Urban adalah bentuk utama penyesuaian tersebut. Dengan demikian, Komunitas Urban dapat dipandang sebagai Ekosistem. (a) Populasi. Ukuran populasi komunitas ini merefleksikan lingkungannya, tehnologi, dan organisasi sosialnya. Sebaliknya, lingkungan, tehnologi, dan organisasi sosial tersebut juga membatasi ukuran populasi. Kepadatan, distribusi, dan rata-rata pertumbuhannya akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen-komponen lain di dalam Ekosistem.
Lanjutan Persepektif Tentang Kehidupan Kota.... (b) Lingkungan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah lingkungan alamiah seperti iklim, topografi, kondisi tanah, dan saluran air. Faktor-faktor ini memiliki kontribusi dalam membatasi ukuran dan kepadatan populasi. Dalam rangka mengakomodasi kondisi lingkungan tersebut, Komunitas Urban mengaplikasikan tehnologi, kultur, dan organisasi sosial untuk memodifikasi lingkungan tersebut beserta efek-efeknya. Upaya memodifikasi dan pengaturan penggunaan tanah, dengan demikian, menjadi bagian perkembangan kota. (c) Teknologi. Kemajuan tehnologi manufaktur, transportasi, dan komunikasi mempengaruhi setiap aspek pertumbuhan kota. Kepemilikan kendaraan bermotor dan perkembangan jenis transportasi, misalnya, memungkinkan orang untuk tinggal di wilayah-wilayah pinggiran. Dalam perkembangannya kemudian, wilayah-wilayah pinggiran ini pun akhirnya mengalami proses urbanisasi (baca: proses pengkotaan) dan menjadi bagian dari kota atau tumbuh menjadi kota baru. Contoh kasus: perkembangan kota Tangerang, Bekasi, dan, paling akhir, Depok. 4. Problem Sosial Beberapa problem perkotaan seperti kriminalitas, permukiman kumuh, kemiskinan, pengangguran, konflik kelas, mental illness, serta peredaran dan penyalahgunaan obat-obat terlarang seringkali dikategorikan sebagai Krisis Urban (urban criusis).
Lanjutan Persepektif Tentang Kehidupan Kota.... 5. Kebijakan Sosial Perspektif ini berkenaan dengan kebijakan-kebijakan yang berkait dengan upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial di perkotaan. persoalan sosial mesti diselesaikan melalui tindakan sosial kolektif.
BENTUK TIMBAL BALIK RELASI FISIK DAN SOSIAL PERKOTAAN 1. Pengaruh Pembangunan Fisik Terhadap Sosial Perkotaan suatu bangunan fisik perkotaan apabila ditinggalkan begitu saja oleh penghuninya dan tanpa segera difungsikan kembali, maka akan menjadi ajang aktivitas yang bersifat negatif. Contoh: terminal lama yogyakarta yang dulu masuk ke tengah kota kemudian dipindahkan ke pinggir kota, bekas bangunannya tidak segera difungsikan kembali sehingga menyebabkan kawasan terminal menjadi kumuh, menjadi tempat tinggal gelandangan, sarang kriminalitas, tempat pelacuran, dll. Kemudian setelah difungsikan kembali menjadi tempat rekreasi dan kesenian kesan tersebut berubah menjadi positif karena ttelah difungsikan kembali dengan aktivitas-aktivitas yang positif.
Lanjutan Bentuk Timbal Balik.... TERMINAL LAMA UMBULHARJO JOGJA BEFORE A F T E R
Lanjutan Bentuk Timbal Balik.... Pengaruh Sosial Terhadap Pembangunan Fisik Perkotaan Suatu kawasan akan berkembang dan diminati untuk ditinggali jika mampu mengakomodasi keinginan masyarakatnya. Kegiatan protes masyarakat (setuju/tidak setuju) terhadap pembangunan suatu kawasan merupakan wujud pengaruh sosial terhadap pembangunan fisik kawasan. Tergantung pada kebijakan pemerintah. Contoh: penataan sektor informal PKL di kawasan simpang lima, apabila masyarakat masih sangat membutuhkan PKL pada suatu ruang publik kemudian dibatasi jumlah dan lokasinya oleh pemda (penataan PKL) maka akan muncul PKL ilegal yang menyebabkan kekumuhan PKL ini akan muncul lagi. Kekumuhan yang dihasilkan dengan adanya PKL yang bersifat ilegal menyebabkan kurang diminati oleh pengunjung. Kemudian setelah dilakukan penataan kembali, maka kondisi lapangan pancasila di kawasan simpang lima yang tadinya kumuh dan kotor menjadi lebih bersih dan tertata sehingga minat masyarakat meningkat mengunjungi kawasan tersebut.
Lanjutan Bentuk Timbal Balik.... PENATAAN PKL SIMPANG LIMA SEMARANG BEFORE AFTER
FOKUS PEMBAHASAN TERKAIT SOSIOLOGI PERKOTAAN Masyarakat dan Kebudayaan Sebagai Simbol Arsitektur Penataan suatu ruang kawasan dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakatnya. Suatu corak arsitektur dan penataan ruang bangunan akan mencerminkan dari golongan atau kelompok mana si pemilik bangunan berasal. Contoh: masyarakat jawa dalam membuat pola halaman rumah arsitektur jawa (pendopo) yang luas memiliki filosofi bahwa masyarakat jawa suka berkumpul dan melakukan musyawarah dengan sistem duduk bersila sehingga membutuhkan ruang halaman yang luas. Sedangkan masyarakat cina yang berorientasi pada aktivitas keluarga maka pada ruang tengah rumah dibuat luas
Lanjutan Fokus Pembahasan.... ARSITEKTUR JAWA ARSITEKTUR CINA
Lanjutan Fokus Pembahasan.... Pola Perilaku dan Penataan Kawasan Akibat dari suatu penataan kawasan akan memberikan pola aktivitas tertentu dari suatu masyarakat. Pola aktivitas masyarakat dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. Pola masyarakat dapat menjadi pertimbangan dalam merencanakan suatu kawasan termasuk peruntukannya contoh: kawasan yang dirancang untuk aktivitas perdagangan modern maka jenis barang dan jasa yang ditawarkan cenderunf memiliki corak modern atau barang dan jasa yang bersifat tradisional akan dikemas menjadi modern misal kawasan kampung batik laweyan. Komoditas yang diperdagangkan bersifat tradisional yaitu produk batik dengan bangunan yang kuno. Namun, penataan kawasan yang teratur dilengkapi dengan sarpras yang memadai makka mampu menarik minat pengunjung dan memberikan nilai jual lebih kawasan sebagi sentra batik dengan kualitas yang bagus dan mahal.
Lanjutan Fokus Pembahasan.... KAMPUNG BATIK LAWEYAN PGS SOLO
Lanjutan Fokus Pembahasan.... Kemerosostan Sosial dan Pemanfaatan Ruang Kondisi masyarakat tertentu melahirkan sikap-sikap sosial tertentu yang kadang-kadang dianggap negatif atau kumuh Suatu fasilitas kota yang lama tidak difungsikan maka akan menjadi kumuh dan dimanfaatkan untuk aktivitas yang kurang sehata atau negatif contoh: perilaku membuang sampah di sembarang tempat, merokok di ruangan ber AC, parkir kendaraan di sembarang tempat, pedagang kaki lima berjualan hingga ke badan jalan, dan sebagainya. Manusia dan Lingkungan Alam Suatu kawasan yang dihuni oleh manusia seringkali mengalami tantangan alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. Masyarakat memiliki sikap untuk menghadapi bencana tersebut misalnya untuk menghadapi banjir maka meninggikan landasan rumah Namun kondisi ini tak selamanya negatif misalnya pengembangan desa wisata pesisir dengan home stay diatas air sehingga menjadikan efek positif dari alam
Lanjutan Fokus Pembahasan.... SLUM DAN SQUATTER BANTARAN SUNGAI DAN REL KA PKL DAN RUMAH LIAR DI KOTA LAMA SEMARANG
Lanjutan Fokus Pembahasan.... Pola-Pola Sosial dalam Bangunan Dalam sebuah bangunan maupun kawasan maka penghuninya memiliki pola sosial perilaku tertentu terhadap ruang yang dihuni dan digunakan sesuai dengan fungsi ruang dan kebiasaan yang terjadi Pola-pola ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mendesain suatu bangunan maupun kawasan Gerakan Sosial dan Pembangunan Kota Gerakan sosial merupakan aksi masyarakat secara massal untuk melakukan penolakan terhadap suatu rencana aksi pembangunan kota dengan prinsip-prinsip secara sosiologi Dalam hal ini, sosial masyarakat dapat membantu pemecahan masalaha pembangunan kota pada kasus pembangunan yang bermasalah Contoh: penolakan suatu kawasan taman kota yang akan dibangun suatu gedung yang akan merusak fungsi taman tersebut, penolakan terhadap suatu pembongkaran bangunan kuno (heritage building) yang akan dibangun menghilangkan jati diri bangunan tersebut beserta sejarah nya yang melekat.
ASPEK KULTURAL SOSIOLOGI PERKOTAAN DALAM URBAN DESIGN Pola budaya masyarakat akan memberikan pengaruhnya pada penyusunan suatu pereancanaan kawasan atau ruang . Pola budaya merupakan wujud ide yang akan memberikan pengaruh pada pola sosialnya.
Nista menggambarkan hirarki paling bawah dari sebuah bangunan, diwujudkan dengan pondasi rumah atau bawah rumah sebagai penyangga rumah. bahannya pun biasanya terbuat dari Batu bata atau Batu gunung. Madya adalah bagian tengah bangunan yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela dan pintu. Madya mengambarkan strata manusia atau alam manusia Utama adalah symbol dari bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk atap yang diyakini juga sebagai tempat paling suci dalam rumah sehingga juga digambarkan tempat tinggal dewa atau leluhur mereka yang sudah meninggal. Pada bagian atap ini bahan yang digunakan pada arsitektur tradisional adalah atap ijuk dan alang-alang Tri Hita Karana Bali
Tri Mandala Di Panglipuran Tat Twam Asi memandang keragaman dalam suatu kesetaraan & terhadap sesama manusia & lingkungannya. Rwa Bhineda Merupakan konsep Dwi Tunggal Bhuana Agung – Bhuana Alit Bhuana Agung ( Macrocosmos ) merupakan alam jagat raya berserta isinya, Bhuana Alit (Microcosmos ) dianalogkan sebagai fisik manusia. Desa, Kala, Patra Diartikan sebagai Ruang, Waktu dan Situasi atau Tempat, Periode dan Kondisi Manik Ring Cacupu Karya Arsitektur haruslah menyikapi alam beserta isinya untuk mampu bertahan & mencapai keharmonisan Dewata Nawa Sanga Merupakan orientasi kosmis yang meliputi Sembilan Penjuru mata angin Andabhuana ( Bhuanaanda ) arah langit – Bumi , Kaja – Kelod, Kangin – kauh Tri Mandala Di Panglipuran
Tri Mandala Di Panglipuran Tat Twam Asi memandang keragaman dalam suatu kesetaraan & terhadap sesama manusia & lingkungannya. Rwa Bhineda Merupakan konsep Dwi Tunggal Bhuana Agung – Bhuana Alit Bhuana Agung ( Macrocosmos ) merupakan alam jagat raya berserta isinya, Bhuana Alit (Microcosmos ) dianalogkan sebagai fisik manusia. Desa, Kala, Patra Diartikan sebagai Ruang, Waktu dan Situasi atau Tempat, Periode dan Kondisi Manik Ring Cacupu Karya Arsitektur haruslah menyikapi alam beserta isinya untuk mampu bertahan & mencapai keharmonisan Dewata Nawa Sanga Merupakan orientasi kosmis yang meliputi Sembilan Penjuru mata angin Andabhuana ( Bhuanaanda ) arah langit – Bumi , Kaja – Kelod, Kangin – kauh Tri Mandala Di Panglipuran
SEKIAN DAN TERIMA KASIH KOTA DAN ARSITEKTUR BERKEMBANG MENGIKUTI PERSOALAN DAN FILOSOFI SOSIAL YANG SEDANG BERLANGSUNG DALAM MASYARAKATNYA (Paulus Hariyono) SEKIAN DAN TERIMA KASIH K09-MKP Perilaku Masyarakat Dalam Ruang Perkotaan Novia Sari Ristianti, ST, MT (novia.sari@pwk.undip.ac.id)