SPESIFIKASI PERTANIAN SUBSISTEN VS KOMERSIL Desa Tenangan SPESIFIKASI PERTANIAN SUBSISTEN VS KOMERSIL
SPESIFIKASI PERTANIAN DESA TENANGAN OLEH: TEGUH ARIYANTO Data source: Sekunder: RPJM Desa Tenangan “Profil-Potensi-Masalah Desa” Primer : Rudi Hartono-Kaur Pembangunan Desa Tenangan
SPESIFIKASI PERTANIAN SUBSISTEN VS KOMERSIL
PERTANIAN DARAT: PERKEBUNAN SAWIT & KARET Merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Desa Tenangan Lokasi perkebunan tersebar luas mengelilingi Desa, Lokasi perkebunan terluas di sebelah Utara, Timur dan Tenggara. Luas perkebunan karet warga 250 ha Sistem pengelolaan yang masih sederhana dan tradisional Hasil pertanian berupa : Getah Karet padat (3 ton/hari atau 13 kg/hari untuk 1 ha) Tandan Buah Segar/sawit (1,65 ton/hari) Hasli pertanian dijual keluar daerah (komersil)
PERKEBUNAN SAWIT & KARET:permasalahan Infrastuktur jalan sentra produksi yang masih buruk, 35 % sudah dibangun. Bibit unggul masih terbatas Proses produksi masih sederhana/tradisional. Fasilitas dan sarana pengelolaan tidak ada. Pasifnya kelompok tani Pemberdayaan petani dari pemerintah masih rendah Lokasi pabrik yang jauh.
PERTANIAN DARAT/KERING Perkebunan Cabe, Sayur-Mayur, Palawija Luas: ±15 ha Proses produksi secara sedehana/tradisional Hasil sudah dijual/komersil Tanaman pekarangan rumah Subsisten : Sayur, Ubi kayu, Ubi Jalar, pisang, buah-buahan, dll. Komersial: Kelapa Desa Tenangan mampu menghasilkan ± 300 butir kelapa/hari. Revenue ± Rp.109.500.000/tahun (harga Rp.1.000/butir
Pertanian Rawa Adanya lahan pertanian di daerah rawa (rawang). Lokasi persawahan jauh (2 km) dari pusat desa. Hasil pertanian: Padi, Sayuran (terong, ubi kayu, ubi jalar, rebung, timun suri, kacang, kacang panjang, dll) Hasil pertanian sebagian besar dijual (Komersil)kecuali padi Sumber air: aliran sungai, Air rawa Mayoritas pemiliknya penduduk pribumi
Pertanian Rawa: permasalahan Permasalahan: 1. Produktifitas masih sangat rendah, karena: - Penggunaan teknologi pertanian masih sangat tradisional (penanaman s/d pemasaran) - sumber daya manusia masih rendah - Infrastuktur jalan sentra produksi yang buruk - Irigasi yang buruk (debit air yang kecil dan tidak stabil) 2. Kurangnya pemberdayaan masyarakat dari pemerintah desa. 3. Lahannya sudah mulai di alih fungsi menjadi kebun sawit
Pertanian sawah (tanah) beririgasi Luas daerah persawahan ± 40 ha Sebagian besar petani masih menggunakan pola pertanian sederhana, iklim sangat mempengaruhi masa tanam. Masa penggarapan sawa 2 kali/tahun, yakni: Masa Nyelang : mei, juni, juli agustus, september, Masa Musim :, november, desember, Januari, februari, maret Hasil Produksi ± 60 ton/musim, atau 2 ton per hektar sawah Petani sawah yang sudah komersial sebesar 40 %, dengan penjualan per musim ± 20 ton per musim atau 40 ton/tahun
Pertanian sawah (tanah) beririgasi PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Irigasi yang tidak stabil debit airnya Akses bantuan/subsidi dari pemerintah yang sulit Tingkat penggunaan teknologi pertanian yang rendah Rendahnya kemauan masyarakat untuk membentuk atau bergabung pada kelompok tani
Net ekspor SEKTOR PERTANIAN (Produk Unggulan) Komoditas Produksi Harga (Rupiah) Ekspor per tahun Karet 3 ton/hari 3.500 3.832.500.000 Sawit 1,5 ton/hari 1.200 657.000.000 Kelapa 300 buah/hari 1.000 109.500.00 Padi 40 ton/tahun 7.000 260.000.000 JUMLAH 4.859.000.000
“Matur nuhwun.... Mokasiah....”