KARAKTERISASI RESERVOIR TERPADU ANALISA SEISMIK DAN HASIL UJI SUMUR DALAM MEMODELKAN RESERVOIR REKAH ALAMI VULKANIK JATIBARANG SEBAGAI DASAR ACUAN RENCANA LANJUT PENGEMBANGAN LAPANGAN Oleh : Andrie Haribowo / Reservoir Engineering PERTAMINA DOH-JBB Kelompok I : Sofyan Isa Anshori 270110120029 Hazumra Hardi 270110120054 Panji Hidayat 270110120004 Dwiki Nur Agrizal 270110120010 Robby Saputra 270110120060 Kenan Fandhi Putra 270110120102 Achmad Barnendi P 270110120129 Arif Budi Pracasta P 270110120130 Taufiqul Hafizh 270110120153 Michele Calista Carina 270110120179 Muhammad Randy Nugraha 270110120208
KERANGKA TEKTONIK SUBDUKSI MERATUS (OLIGOSEN AKHIR) SUBDUKSI JAWA (Oligosen Akhir / Miosen Awal sampai Resen) Pada periode sebelum Oligosen Akhir, Cekungan Jawa Barat Utara diperkirakan sebagai cekungan busur (intra arc basin) (Adnan, 1991). Hadirnya endapan vulkanik Formasi Jatibarang pada sub-cekungan ini menandakan bahwa keberadaan dari sub- cekungan ini berada pada daerah yang berdekatan dengan pusat vulkanisme. Pada periode ini, Sub-Cekungan Jatibarang didominasi oleh gaya-gaya ekstensional sehingga terbentuk dua buah sesar utama yang memiliki arah sesar searah dengan tegasan utama pada saat itu, yaitu Sesar OO dan Sesar Brebes yang merupakan sesar normal yang memiliki arah barat laut – tenggara. Jalur vulkanik pada waktu periode Miosen Awal sampai Resen ini berada di lepas pantai selatan Pulau Jawa (Martodjojo, 1989 op.cit Adnan, 1991). Deretan gunungapi menghasilkan endapan gunungapi bawah laut yang dikenal sebagai old andecite tersebar di sepanjang Sumatera, selatan Pulau Jawa sampai Nusa Tenggara dan mengakibatkan Sub- Cekungan Jatibarang berubah posisi menjadi back arc basin. Aktivitas tektonik pada periode ini mengubah arah tegasan utama yang semula baratlaut - tenggara menjadi utara – selatan. Perubahan arah tegasan ini yang menyebabkan perubahan Sesar OO dan Sesar Brebes yang semula adalah sesar normal menjadi sesar mendatar dekstral (Gambar 1.2) akibatknya terbentuklah pull apart basin. KERANGKA TEKTONIK
KERANGKA TEKTONIK Dua Pola Periode Tektonik di Sub-Cekungan Jatibarang (modifikasi dari Adnan, 1991)
KERANGKA TEKTONIK Perubahan Jenis Sesar OO dan Sesar Brebes(Mc. Clay dalam Ryacudu, 1999)
STRATIGRAFI REGIONAL
STRATIGRAFI REGIONAL Batuan Dasar (Basement Rock) Litologi dasar di Cekungan Jawa Barat Utara adalah batuan beku berumur Kapur Tengah sampai Kapur Atas, dan batuan metamorf yang berumur Tersier. Batuan metasedimen low-grade seperti filit dan sekis hadir sebagai hasil dari subduksi yang berasosiasi dengan busur Meratus yang aktif pada zaman Kapur hingga Paleosen Formasi Jatibarang Litologi dari Formasi Jatibarang terdiru dari tuff, andesit porfiri, dan betulempung. Formasi Jatibarang memiliki hubungan tidak selaras dengan batuan dasar dan di atas Formasi Jatibarang diendapkan secara tidak selaras Kelompok Cibulakan Bawah. Metode penentuan umur (K-Ar dating) menunjukkan bahwa umur Formasi Jatibarang berada pada kisaran Eosen Akhir sampai Oligosen Awal. Kelompok Cibulakan Bawah Kelompok Cibulakan Bawah terdiri dari dua formasi, yaitu Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja. Secara keseluruhan, kelompok ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Jatibarang dan secara selaras di bawah Formasi Cibulakan Atas. Formasi Cibulakan Atas ( Miosen Awal – Miosen Tengah) Litologi formasi ini terdiri dari lapisan batupasir yang tebal dan diselingi oleh batulempung dan batugamping. Panto dkk (1987) menginterpretasikan dua sistem pengendapan utama yaitu: delta dan laut dangkal. Formasi Cibulakan Atas secara selaras diendapkan di atas Formasi Baturaja dan di atas Formasi Cibulakan Atas diendapkan secara selaras.
STRATIGRAFI REGIONAL FORMASI PARIGI : Litologi formasi ini didominasi oleh batugamping dengan sisipan dolomit, batugamping pasiran, dan batulempung gampingan. Formasi Parigi diendapkan di lingkungan laut dangkal (inner – middle neritic). Berdasarkan studi foraminifera plangtonik, formasi ini berumur Miosen Akhir. Di atas Formasi Parigi diendapkan secara selaras Formasi Cisubuh. Kehadiran batugamping pada formasi ini menunjukkan cekungan pada saat itu (Miosen Akhir) relatif stabil. Orientasi cekungan berarah barat – timur sehingga diperoleh penipisan Formasi Parigi ke arah selatan yitu Zona Bogor. Formasi Cisubuh Litologi Formasi Cisubuk terdiri dari batulempung dengan kekerasan lunak dan kadang – kadang disisipin oleh batupasir dan batugamping. Fauna laut banyak dijumpai di bagian bawah Formasi Cisubuh dan semakin berkurang ke bagian atas. Hal ini menunjukkan bahwa Formasi Cisubuh bagian bawah diendapkan pada lingkungan inner neritic dan bergradasi ke atas menjadi litoral-paralik. Berdasarkan studi biostratigrafi nya formasi ini berusia Miosen Akhir hingga Plio-Plistosen.
INTEPRETASI SEISMIK PEMETAAN STRUKTUR WAKTU DAN KEDALAMAN PEMETAAN ACOUSTIC IMPEDANCE SEISMIK ATTRIBUTE INSTANEOUS FREQUENSI
PEMETAAN STRUKTUR WAKTU DAN KEDALAMAN Pemetaan struktur waktu puncak Formasi Jatibarang menunjukkan pola struktur utama di Lapangan Jatibarang adalah relatif utara-selatan. Pola tinggian dikontrol oleh sesar geser yang merupakan rejuvenasi dari sesar normal yang telah ada sebelumnya. Diantara dua sesar utama tersebut terdapat beberapa sesar dari orde yang lebih kecil yang cukup intensif dan dapat membentuk zona-zona fracture. Pola peta kontur waktu menunjukkan pola tinggian di bagian tengah dan mendalam ke utara dan barat.
PEMETAAN ACCOUSTIC IMPEDANCE Peta Horizon dan AI Ke-5 Siklus Fasies Reservoir Kajian s Reservoir Kajian Pemetaan accoustic impedance dilakukan untuk mengetahui perubahan fasies dan reservoar zona produksi Lapangan Jatibarang. Pendekatan yang dilakukan untuk pemetaan akustik impedance diintegrasikan dengan data volcano stratigraphy dilakukan pada beberapa sumur sebagai marker.
Seismik attribute Instaneus Frequensi Gambar 1.5, Peta Instaneous Frequensi Dari masing - masing Cycle
Seismik attribute Instaneus Frequensi Proses dari pembuatan peta patahan menggunakan metode yang berbeda-beda (a) Amplitudo Slice, (b) Variance Horizon Slice, patahan baru terlihat dan ditampilkan dalam elips biru, dan (c) Ant Track Slice, bebrapa patahan secara eksplisit terlihat dan ditampilkan dalam elips biru. (d) Seismic Section pada jalur AB dengan interpretasi patahan akhir.
DATA SEISMIK CEKUNGAN JATIBARANG Anomali penurunan amplitudo pada top basement ditunjukan pada seismic section, dimana mengindikasikan banyaknya rekahan yang berkembang disana. 3D view dari open-fractured basement reservoir yang berpotensi
DATA LOG Kiri atas lingkaran merah) Master Log menunjukkan interval jejak minyak. (Kanan) Interpretasi gambar log FMI : Hasil interpretasi sesar ditunjukkan oleh garis merah, dan hasil interpretasi rekahan ditunjukkan oleh garis biru. (Kiri bawah) Orientasi sesar dan kekar.
DATA LOG Hasil DSI Stoneley : Rekahan Potensial dicirikanoleh porositas rekahan yang tinggi, ‘high energy loss’dan indikasi ‘chevron pattern’. Rekahan potensial ditunjukkan oleh panah biru (Rekahan potensial yang paling baik ditunjukkan oleh panah yang paling besar). Dari interpretasi terdapat 2 interval potensial.
STRATIGRAFI BASEMENT Berdasarkan Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara dapat dilihat bahwa, basement rock menempati umur paling tua, yang terdiri dari batuan beku, batuan metamorf, dan batuan metasedimen low grade, seperti phylit dan sekis. Kelompok ini berumur Pre Tersier hingga Awal Paleosen.
KARAKTERISTIK BASEMENT stratigrafi Cekunga Jawa Barat Utara, batuan dasar (basement) terdiri dari batuan beku dan batuan metamorf. Selanjutnya dilakukan identifikasi fasies volkanik dan volkanik klastik Formasi Jatibarang dilakukan dengan mengacu data petrofisika (logging) dengan membuat cross plot log NPHI dan RHOB pada interval prospek dari setiap sumur.
Sejarah Tekanan Reservoir Vulk. JTB Secara umum didapatkan informasi bahwa kualitas / kondisi reservoir vulkanik Jatibarang ini sangat kuat dipengaruhi oleh rekahan-rekahan hingga menyebabkan blok-blok patahan yang ada teridentifikasi konduit (leaky fault). Dari analisa / interpretasi ‘pressure history’ dan pressure transient test analysis (PTA) didapatkan gambaran model reservoir yang lebih dikontrol oleh silkus fasies (5 cycle) serta perkembangan dan intesitas dari rekahan-rekahan (fracture) yang ada.
KESIMPULAN Pada reservoir vulkanik Jatibarang dijumpai 5 Cycle (unit siklus pengendapan vulkanikklastik) dengan 4 fasies yang berkembang aitu: Tuff / lithic tuff, Lithic tuff / Aglomerat, andesit / basalt lava dan Detrital / Ruble (epiclastic) Analisa cross plot data attribute seismic dengan data sumuran menunjukkan adanya hubungan antara nilai impedansi seismic dan porositas dari data sumur kajian, sehingga nilai impedansi akustik ini dapat digunakan sebagai control penyebaran porositas batuan volkanik Jatibarang. Hasil analisa dan pengamatan terhadap peta anomali seismik dari data hasil pengolahan attribute instaneous frequency menunjukkan adanya hubungan antara instantaneous frequency seismic dengan intensitas fracture pada reservoir Volkanik Jatibarang.