POTENSI MINERAL INDUSTRI BELERANG DI KAWAH IJEN ARIESA ALAILI SUWARNO DBD 114 065 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
LETAK BAHAN GALIAN Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang adalah: Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh unsur pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan : getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk konkoidal dan tidak rata. Kilap : damar Gores : berwarna putih. Sifat belerang lainnya adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO2 yang berbau busuk. Lokasi : Koordinat/ Geografi : 8°03,5’LS dan 114°14,5′ BT. Secara administratif termasuk Kecamatan Licin, Sempol, Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso.
HARGA PASAR BELERANG Sebanyak 260 penambang belerang di Gunung Ijen, Jawa Timur, meminta PT Candi Ngrimbi menaikkan harga beli belerang dari Rp 780 per kilogram menjadi Rp 1.000 per kilogram. "Sejak harga bahan bakar minyak naik, kebutuhan hidup naik," kata seorang penambang belerang, Akmawito, 43 tahun.Penambang belerang menyampaikan hal itu saat berdialog dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Utama PT Candi Ngrimbi Yamin Naharto di Pos Paltuding Gunung Ijen, Selasa, 2 Juli 2013. Akmawito menjelaskan, penambang belerang biasanya mengangkut 65-70 kilogram belerang. Dengan harga beli Rp 780 per kilogram, berarti uang yang didapat sekitar Rp 30 ribu-Rp 50 ribu sehari. Penghasilan ini, kata dia, tidak cukup untuk makan dan menyekolahkan anak. "Kalau tidak menambang, ya tidak dapat penghasilan," kata warga Desa Bulusari, Kecamatan Licin, ini. Harga beli belerang Rp 780 kilogram itu berlaku dalam setahun terakhir. Saat Akmawito menjadi penambang pada 2003 lalu, harga beli belerang masih Rp 450/kilogram.
Penambang belerang mengangkut belerang padat dari Kawah Ijen setinggi 2.368 meter ke kaki gunung. Belerang padat itu dijual ke PT Candi Ngrimbi, perusahaan yang mengantongi izin usaha pertambangan sejak 1978 lalu. Direktur Utama PT Candi Ngrimbi Yamin Naharto mengatakan, saat ini sulit untuk menaikkan harga beli belerang dari para penambang. Sebab, produk belerang Indonesia sering kalah dengan belerang impor dari Jepang dan Singapura. "Belerang impor itu merupakan sisa-sisa pengolahan minyak," katanya. Belerang dari PT Candi Ngrimbi, kata dia, hanya memasok untuk kebutuhan PT Perkebunan Nusantara IX, PTPN X dan PTPN XI melalui tender. Setiap tahun perusahaannya memasok 400 ton untuk penggilingan gula. Namun, tak setiap tahun tender dimenangkan. Saat kalah tender, Candi Ngrimbi terpaksa menimbun belerang antara dua hingga tiga tahun. Apa lagi harga jual belerang juga cukup rendah, sekitar Rp 1.500 per kilogram. Yamin mengklaim, bila penambang belerang bekerja penuh selama 30 hari, maka penghasilannya bisa mencapai Rp 1,5 juta. Penghasilan tersebut dinilai lebih tinggi dibandingkan upah minimum kabupaten sebesar Rp 1.080.000. "Setiap hari juga kita beri susu dan kacang hijau," kata Yamin
Keadaan Eksploitasi Belerang Dikawah Ijen Menurut data statistik dari pengelola Taman Nasional Alas Purwo, penambang belerang Kawah Ijen menambang sedikitnya 14 ton belerang setiap harinya. Nilai tersebut bukanlah nilai yang luar biasa, sebab, jumlah 14 ton tersebut hanya 20% dari jumlah sebaran belerang yang ada di Kawah Ijen. Faktor penambang hanya dapat memaksimalkan 20% dari sumber daya alam berelang yang ada adalah karena faktor medan yang sulit dan kurangnya sarana serta prasarana untuk memaksimalkan potensi tersebut. Permasalahan mendasar adalah proses pengambilan belerang yang menjadi pro dan kontra yang tentunya mempertaruhkan seluruh jiwa dan raga demi beberapa kilo belerang yang selanjutnya akan diolah. Bermodalkan peralatan sederhana para pekerja yang terdiri dari laki – laki dan perempuan mengambil sumber belerang langsung dari dasar kawah dengan teknologi yang sederhana. Belerang dari dasar kawah lalu dialirkan untuk mengisi kantung – kantung / keranjang yang akan diangkut ke tempat pengelolaan. Setiap pekerja rata – rata mengangkut sekitar 80 kg dan hanya diberi upah sebesar Rp. 800 per kilogram. Hal ini tentunya sangat tidak sebanding dengan kerja dan perjuangan mereka dalam mempertaruhkan hidup nya untuk penambangan belerang.
faktor kesehatan tentunya sangat mempengaruhi karena gas belerang sangat berbahaya apabila terhirup langsung oleh tubuh. Para penambang belerang tentunya sangat berisiko mengalami gangguan kesehatan pada saat proses penambangan belerang. Faktor lingkungan menjadi ancaman bagi para penambang belerang karena mereka “dihantui” oleh hembusan angin kencang berbau belerang dan erupsi dari kawah ijen yang dapat membahayakan nyawa mereka sendiri. Proses seperti ini dilakukan setiap hari oleh para penambang belerang tanpa mengenal lelah dan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Para penambang belerang perlu diberikan perlindungan dan perhatian baik dalam proses penambangan belerang tidak hanya di Kawah Ijen tetapi juga ditempat – tempat lain di Indonesia yang mungkin bernasib sama bahkan lebih dari itu. Pengkajian khusus baik terhadap teknologi tepat guna yang digunakan dan pemanfaatan sumber daya manusia perlu diperhatikan dan diperjuangkan hak – haknya. Penentuan tarif upah yang sebanding dengan proses kerja yang dilakukan, dan manajemen pengelolaan belerang yang baik dan bermanfaat perlu diterapkan demi meningkatkan hasil sumber daya belerang di Indonesia.
Potensi pengembangan komoditas belerang Potensi belerang yang dimiliki Indonesia menyimpan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, khususnya sumber daya mineralnya. Belerang menjadi salah satu sumber daya mineral Indonesia yang sangat melimpah. Belerang terbentuk akibat dari aktivitas vulkanisme, sehingga banyak dijumpai di setiap gunung berapi yang masih aktif, dan kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan untuk pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk (37%), industri bahan kimia (18%), industri bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%), besi baja, serat sintetis, minyak bumi dan lain-lain.Kawah ijen merupakan penghasil belerang utama di Indonesia dibandingkan dengan wilayah lain (Menurut pengelola Taman Nasional Alas Purwo, dimana Taman Nasional tersebut membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, menyebutkan bahwa sedikitnya 14 ton belerang ditambang tiap harinya. Jika masih kurang, masih ada satu fakta lagi tentang potensi belerang. Menurut Kelompok Program Teknologi Informasi Pertambangan (2005), apabila pengolahan belerang dilakukan dengan cara sublimasi, maka belerang merupakan bahan tambang yang tidak terbatas.
TERIMA KASIH