TUGAS PRAKTIKUM 2 MK PERENCANAAN PARTISIPATIF ILMU PERENCANAAN WILAYAH

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Emil Huriani, S.Kp, MN (Dikutip dari Yayasan IDEP)
Advertisements

KEBIJAKAN PENYEDIAAN PRASARANA OLAH RAGA DI DAERAH PERMUKIMAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( pnpm ) MANDIRI
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Dalam Negeri
Akomodasi Pariwisata di sekitar Agrowisata Desa Betokan.
MAPEL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL, SEKTOR DAN DAERAH
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN PARTISIPATIF
Kawasan Seni dan Budaya Di Metropolitan Bandung Raya
Mengapa KAT harus diberdayakan ?
RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUASIN
Eksplorer dunia barat/ timur ke Indonesia
QUALITY ASSURANCE SPECIALIST (QAS) dan KETERKAITAN DENGAN PPM
Perencanaan Tata Guna Lahan
KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PRB-BK
ASSALAMU’ALAIKUM KELOMPOK 6: 1. Lian Yustiatin
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN DAN BUDAYA
Dampak Pariwisata dan Lingkungan Binaan
KULIAH KE-2 ASPEK-ASPEK ANALISA PROYEK
Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award
Pendahuluan Limbah telah lama mengitari kehidupan manusia terutama setelah dikenal adanya peradapan menetap di suatu tempat dan membentuk koloni. Secara.
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
PERENCANAAN PERJALANAN ECOTOURISM
LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT DESA
Faktor-faktor Kelembagaan dalam Ekonomi Pertanian
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
PERENCANAAN PEMANFATAN LAHAN; ZONASI LAHAN & PERWILAYAHAN KOMODITAS
OBYEK WISATA Gua Kontilola Misteri Gua Alien di Papua
DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA
PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN CARA PENANGGULANGANNYA
Perencanaan Hutan Berbasis Ekosistem
PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA
PENENTUAN HARGA AIR MINUM
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Kota yang berkelanjutan
PEREKONOMIAN INDONESIA
I. PENDAHULUAN Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sbb:
KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
BAGI HASIL TANAH ABSENTEE (Studi Kasus di Dataran Tinggi Pasemah Kabupaten Lahat)   Permasalahan penguasaan tanah (pemilikan dan penggarapan) pada  hakikatnya.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup Di Kelurahan Bambankerep RW 04 Kecamatan Ngaliyan Semarang Kelompok, Muhammad Baihaqi ( ) Hidayatun.
1. PERSIAPAN SOSIAL Bertujuan mengajak partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan, perencanaan program, pelaksanaan,
LITERATUR YANG WAJIB DI BACA (DIPUNYAI?)
KEBIJAKAN PENYEDIAAN PRASARANA OLAH RAGA DI DAERAH PERMUKIMAN
TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
PENGERTIAN DESA dan PEMERINTAHAN DESA
ASAS PENGELOLAAN KONSERVASI
Bahan tayang 3-4 Mei.
Perlindungan dan Pengelolaan LH UU RI No. 32 Tahun 2009
Eksplorer dunia barat/ timur ke Indonesia
TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT
Manajemen Destinasi Pariwisata
Pariwisata Bekelanjutan
PRINSIP PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
PERAN PELAKU PEMBERDAYAAN BAGI PERCEPATAN KEMANDIRIAN DESA
ANALISA SWOT PERKEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA
(Ely Triwulan Dani - A ) ILMU PERENCANAAN WILAYAH
DESTANA desa tangguh bencana.
SISTEM PEMERINTAHAN DESA Cahyono, M.Pd. FKIP UNPAS Cahyono, M.Pd. FKIP UNPAS.
1  Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengembangan potensi dan kemampuan sehingga tumbuh kapasitas untuk memecahkan masalah- masalah yang mereka.
Pengertian (1) Struktur Ruang Tata Ruang Pola Ruang
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK MIKROHIDRO (PLTMH).  Penyediaan energi, khususnya listrik, bergeser dari konsep terpusat (“centralized”) menjadi tersebar (“distributed”)
Strategi Pengembangan Desa Wisata Kabupaten Badung (Studi Kasus Desa Wisata Pangsan, Banjar Sekar Mukti Pundung, Kecamatan Petang ) Program Magister Arsitektur.
POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD diy terhadap rkpd diy tahun 2020 H
IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT OLEH:TUTIK KUSUMA WADHANI,SE,MM,M.Kes.
MEDIA TAYANG KELEMBAGAAN DESA PEMBINAAN / PENATAAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DIREKTORAT JENDRAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA.
WISATA AIR BLUE LAGOON IRFAN GAFFAR ADNAN 18/436681/PEK/24205.
Peran Pusat Kemasyarakatan Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
PELATIHAN DASAR TEKNIS BIDANG SUMBER DAYA AIR
SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PERENCANAAN PARTISIPATIF.
Transcript presentasi:

PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN oleh Ely Triwulan Dani (A 154140041) TUGAS PRAKTIKUM 2 MK PERENCANAAN PARTISIPATIF ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCASARJANA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2015

PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Outline A. Pembangunan Berkelanjutan B. Kerangka Konseptual Perencanaan Partisipatif, Pembangunan Berkelanjutan dan Kelembagaan Berkelanjutan B. Pembahasan Studi Kasus

A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Tujuan yang sekaligus menjadi tantangan utama dari pembangunan adalah terpenuhinya kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (WCED, 1998) Syarat sejahtera: terpenuhinya pangan dan perumahan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan sebagainya (Mochtar Lubis dalam Mahbub Ul Haq, 1993) Sebagian penduduk Negara berkembang: Kebutuhan dasar: pangan, sandang, papan dan pekerjaan (belum terpenuhi), Impian dan harapan mereka: kehidupan yang lebih baik (WCED, 1998)

Strategi Pengembangan keselarasan antarumat manusia serta antara manusia dan alam: a) menggiatkan kembali pertumbuhan; b) mengubah kualitas pertumbuhan; c) memenuhi kebutuhan esensial berupa pekerjaan, pangan, energi, air dan sanitasi; d) memastikan dicapainya jumlah penduduk yang berlanjut; e) menjaga kelestarian dan meningkatkan sumberdaya; f) mereorientasikan teknologi dan mengelola risiko; serta g) menggabungkan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan.

Brinkerhoff dan Goldsmith (1992) Pembangunan Berkelanjutan Tergantung pada kualitas dan kuantitas fungsi kelembagaan di suatu Negara (kelembagaan berkelanjutan) Keberlanjutan Kelembagaan Tergantung : aliran output yang responsive (barang dan jasa bernilai tinggi dan berkualitas); barang yang cost-effective; mekanisme perbaikan (organisasi dan manajemen); dan aliran sumberdaya (biaya, investasi modal, sumberdaya manusia).

Model Pembangunan Berkelanjutan (Sumber: www.google.com)

B. KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PARTISIPATIF, PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KELEMBAGAAN BERKELANJUTAN Keberhasilan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sangat bergantung kepada keberlanjutan kelembagaan dengan pendekatan perencanaan partsipatif yang melibatkan stakeholders dengan strategi-strategi tertentu. Ketiga komponen tersebut merupakan sebuah proses yang saling bersinergi satu sama lain, semakin aktif salah satu komponen bergerak, maka komponen lain akan ikut bergerak.

Konsep Perencanaan Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan (Aspek Sosial, Ekonomi, Ekologi/Lingkungan) Perencanaan Partisipatif Kelembagaan Berkelanjutan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, STUDI KASUS Sumber: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 23 No. 2, Agustus 2012, hlm. 85 – 102 “Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan Potensi Ekowisata bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah Cibuni” Andelissa Nur Imran

Abstrak Ekowisata merupakan bagian dari kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengagumi keindahan alam dan budaya dengan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan (konservasi) dan memberikan keuntungan terhadap komunitas lokal secara ekonomi. Kawah Cibuni yang terletak di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keindahan alam dan budaya yang masih asli, didukung dengan kondisi alamnya yang hijau, alami, dan terdapat penduduk asli yang menempati daerah tersebut. Kawah Cibuni dikenal karena memiliki sumber air panas dan kawah-kawah kecil yang masih aktif di sekitarnya. Kawah Cibuni memiliki kriteria sebagai lokasi ekowisata yang ikut melibatkan peran komunitas lokal dalam pengembangannya. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal dalam pemanfaatan potensi ekowisata bagi pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni. pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai komunitas lokal di Kawah Cibuni. Artikel ini menggunakan metode analisis kualitatif dimana ada 3 tahap yang harus dilalui, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kawah Cibuni layak untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata karena hampir memenuhi kriteria ekowisata, yaitu konservasi, edukasi, dan sustainability. Kata Kunci: Pengembangan Ekowisata, Kapasitas Komunitas, Komunitas Lokal

Indikator Pembangunan Berkelanjutan No. Indikator Pembangunan Berkelanjutan Analisa dalam Tulisan 1 Equity Bagian utama yang paling penting dari ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan budaya lokal. Pelestarian lingkungan mencakup sumber daya alam yang terdapat didalamnya, sedangkan pelestarian budaya lokal mencakup tradisi dan adat istiadat yang sudah dipegang komunitas tersebut dari awal. Hal ini lah yang dimaksud upaya konservasi di dalam ekowisata. Pelestarian lingkungan di Kawah Cibuni diterapkan kepada anggota komunitas itu sendiri dan wisatawan. Upaya pelestarian lingkungan dan budaya lokal juga membutuhkan dukungan wisatawan, karena bagaimanapun juga wisatawan merupakan bagian penting dalam kegiatan wisata.   2 Property Right Pelibatan komunitas lokal dalam proses perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan wisata erat kaitannya dengan konsep ekowisata dan sekaligus dapat membantu meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal. 3 Cultural Competence Kapasitas komunitas yang dimiliki warga Kawah Cibuni sudah cukup mampu untuk ikut serta dalam pengembangan kawasan ekowisata di Kawah Cibuni. Mereka memiliki modal dasar yang dapat digunakan dalam membantu pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni. Mereka juga masih memerlukan pengetahuan lebih mengenai ekowisata untuk mendukung pengelolaan kawasan wisata. Nilai-nilai konservasi ditanamkan kepada komunitas lokal dilakukan dengan cara ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, kemudian mencegah adanya kerusakan lingkungan akibat kegiatan wisata. Upaya pelestarian lingkungan dilakukan melalui penanaman nilai-nilai konservasi yang dilakukan oleh komunitas lokal melalui interaksi langsung yang terjadi di antara keduanya. Mereka mempunyai keinginan kuat untuk membuat sebuah cinderamata khas dari Kawah Cibuni. Mereka sadar dengan modal yang dimilikinya, akan tetapi hal ini masih terkendala oleh minimnya pengetahuan dan keterampilan serta belum adanya dukungan finansial yang kuat dari pengelola wisata. Salah satu upaya yang dilakukan pengelola adalah memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pariwisata kepada komunitas lokal di Kawah Cibuni. Komunitas lokal diberikan pendidikan mengenai cara menjadi guide (pemandu) dan pengelolaa kawasan wisata. 4 Empowerment Komunitas tersebut tidak memiliki keterampilan khusus untuk membuat cinderamata. Adanya kunjungan wisatawan dapat membuat daerah mereka menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu juga memberikan dampak positif bagi mereka seperti, menambah pendapatan dari hasil berjualan di warung dan tempat penitipan motor. Upaya lain yang melibatkan komunitas lokal adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuka sumber pengasilan baru dari kegiatan wisata, seperti membuka warung dan penitipan motor. Walaupun hanya beberapa warga yang terlibat, tapi dengan begitu sedikit demi sedikit dapat menambah pendapatan warga. Selain itu, pengelola juga menyerahkan penjagaan tiket masuk kepada warga. 5 Partitipation Salah satu peran komunitas adalah melakukan kegiatan konservasi. Kegiatan membersihkan lingkungan rutin dilakukan oleh komunitas setiap seminggu sekali, terutama ketika tempat tersebut ramai oleh wisatawan. Pembersihan lingkungan ini dilakukan sendiri oleh anggota komunitas tanpa bantuan dari pemerintah setempat maupun pengelola wisata. Bentuk dukungan lain yang diberikan oleh komunitas adalah membantu pengelola dalam penataan lingkungan demi keindahan lingkungan bagi kegiatan pariwisata di tempat tersebut.

Kelembagaan Berkelanjutan Tertuang dalam Tulisan No. Indikator Kelembagaan Berkelanjutan Tertuang dalam Tulisan 1 Participation Namun secara keseluruhan, komunitas lokal mendukung adanya kegiatan wisata di Kawah Cibuni Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan mereka dalam menjaga lingkungan Kawah Cibuni agar tetap alami dan menjaga keaslian budaya lokal di sana sebagai salah satu bentuk untuk upaya mereka untuk tetap menjaga daya tarik wisata di Kawah Cibuni. Komunitas lokal masih menggunakan dana mereka masing-masing untuk melakukan kegiatan konservasi di Kawah Cibuni Pengadaan fasilitas pendukung wisata dilakukan sendiri oleh komunitas lokal tersebut, seperti menyediakan tempat sampah, membangun mushola dan toilet umum, serta mendirikan warung Kegiatan pembangunan wisata ini tentunya melibatkan komunitas lokal karena mereka sudah menghuni tempat tersebut sejak dulu. Keinginan para anggota komunitas lokal untuk terlibat dalam pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni cukup besar. Hal ini diperlihatkan dengan adanya keramah-tamahan dari komunitas lokal disana dalam menerima tamu. Dukungan dari komunitas lokal juga diperlihatkan dengan kesadaran dan tanggung jawab mereka dalam memelihara lingkungan di sekitarnya. Dalam beberapa kesempatan, mereka sering diundang untuk mengikuti musyawarah yang sering diadakan oleh Kantor Desa. Akan tetapi belum semuanya dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena proses pengambilan keputusan di daerah tersebut hanya melibatkan orang-orang yang mempunyai peran penting, seperti tokoh masyarakat atau pejabat di Desa tersebut. Proses penyaluran informasi untuk komunitas lokal Kawah Cibuni melalui ketua RT. Apabila ada informasi penting mengenai sesuatu, Ketua RT yang datang sendiri ke Kawah Cibuni untuk menyampaikan informasi tersebut.   2 Good Governance Selama ini, Kawah Cibuni belum mendapatkan pengelolaan khusus dari pengelola wisatanya, sehingga membuat komunitas tersebut terjun langsung dalam mengelola kawasan tersebut. Kegiatan belum didukung oleh finansial yang mencukupi 3 Performance Mereka juga menyediakan tempat untuk menginap bagi para wisatawan yang ingin bermalam di Kawah Cibuni Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kawah Cibuni akhirnya membuat pengelola wisata mulai berpikir untuk memfokuskan pembangunan kegiatan wisata di Kawah Cibuni. 4 Complexity Pemilik kawasan perkebunan adalah PTPN VIII Agrowisata. Pihak Desa juga pernah mengadakan penarikan inspirasi bagi warganya, akan tetapi yang terkait dengan pengembangan pariwisata belum dijalankan. Hal ini disebabkan pemerintah tidak mempunyai wewenang untuk mengelola kawasan pariwisata di sana. 5 Deterioration -

PEMBAHASAN STUDI KASUS: Pembangunan berkelanjutan semua indikator ditemukan dalam tulisan, sedangkan dalam kelembagaan berkelanjutan tidak ditemukan indikasi penurunan /kemerosotan. Partisipasi komunitas lokal dalam pemanfaatan potensi dan pengembangan ekowisata di kawah Cibuni sangat baik, terbukti dalam peran serta aktif mereka dalam mengelola secara mandiri wisata di kawah tersebut, dengan kearifan lokal yang mereka miliki. Pengelola wisata kawah Cibuni belum memberikan pengelolaan khusus terhadap wilayah tersebut, sehingga komunitas lockal berinisiatif mengelola sendiri dengan cara mereka. Partisipasi dari pemerintah dalam pengembangan ekowisata bisa dibilang sangat kurang, hal ini wajar karena pemilik kawasan perkebunan adalah PTPN VIII Agrowisata bukan pemerintah, sehingga pemerintah setempat tidak dapat mengelola kawasan tersebut, akibatnya masyarakat tidak mendapat dukungan finansial dari pemerintah melainkan dengan cara swadaya.

Mari Jaga Keberlanjutan Bumi Mulai dari Diri Kita Mulai dari yang Terkecil, dan Mulai dari Sekarang Untuk Masa Depan Generasi yang Akan Datang, yang Lebih Baik

Sekian Terima Kasih