Kearifan Sosial Masyarakat Perdesaan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEDOSFER KELAS X SEMESTER I.
Advertisements

ARSITEKTUR & LINGKUNGAN
CINTA DAN PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
“Penggalakkan Aplikasi Teknik Biopori dan Metode Konservasi Secara Vegetatif Sebagai Upaya Memperbaiki Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)” Oleh : Septia.
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Ruang
SUMBER DAYA AIR DAS (Daerah Aliran Sungai)
KONSERVASI LAHAN Usaha memanfaatkan lahan sesuai dengan kemampuannya dan melakukannya dengan cara yang sesuai dengan kaidah konservasi agar tidak terjadi.
AGROFOREST ATAU SISTEM AGROFORESTRI KOMPLEKS
Perkenalan  Mata kuliah Green Policy  Durasi : 150 menit  Kompetensi Dasar:  Mahasiswa dapat memiliki dasar pemikiran mengenai Pembangunan Berkelanjutan.
Perencanaan Tata Guna Lahan
Kegiatan ekonomi masyarakat
PENYUSUNAN RTRW KECAMATAN SANDARAN BERBASIS MASYARAKAT
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
EKOLOGI DAN PENGELOLAAN HUTAN
KETUA PW. AMAN SULAWESI TENGAH
PENGELOLAAN DAS TERPADU
Masalah Pembangunan dan Lingkungan
KONSERVASI TANAH DAN AIR SECARA MEKANIK
Persyaratan dalam perencanaan perumahan
TRI NUGRAHA ADIKESUMA ST., MT.
KOMPONEN ANOMALI IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN
PELIBATAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PERTANIAN
Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
PENGELOLAAN HUTAN DENGAN POLA AGROFORESTRI DI PERUM PERHUTANI
IX. ISU LINGKUNGAN HIDUP
SDA DAN SDM DALAM TATA GUNA TANAH
Perencanaan Hutan Berbasis Ekosistem
GREEN POLICY: Local Wisdom
08 SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Perubahan Sosial
MANUSIA DAN KEHUTANAN LANSKAP
Sistem agroforestri.
KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
Pemetaan dalam Tata Guna Tanah
Bambu untuk Mengahadapi Pemanasan Global
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
Sistem Kelembagaan Subak di Bali
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
Ilmu Sosial Budaya Dasar Tipe-Tipe Kelompok Sosial
UNSUR-UNSUR PERTANIAN
FUNGSI POKOK TANAH DALAM USAHATANI BERKELANJUTAN
SUMBERDAYA DI DESA : A. Sumber Daya Alam (SDA) 1. Lahan (Sawah, Tegal, Kebun dll) 2. Air 3. Iklim (Basah, Kering) 4. Hutan atau tumbuhan (groves) 5. Mineral.
Lahan Potensial dan Lahan Kritis
REVOLUSI HIJAU.
PSDA.
HUBUNGAN SEBARAN FLORA DAN FAUNA DENGAN KONDISI FISIK
AGENDA RISET DAERAH PROVINSI BENGKULU
MONOKULTUR POLA TANAM KELOMPOK 5 : Ananda Setya P
LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN (untuk siswa SD kelas 3 semester 1)
Oleh: Rahilla Apria Fatma, S.Kom., MT.
Tujuan, Sasaran, dan Aplikasi pengelolaan lingkungan hidup
EKOSISTEM DAS. Eko = OIKOS = Rumah tangga Sistem = System = Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu keutuhan.
Perubahan Iklim Global dan Dampaknya
Dr. NANIK DARA SENJAWATI
DOSEN PEMBIMBING : SITI UMI KALSUMI ST. M,Eng
Mata Kuliah DTPKL Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non pertanian di Kabupaten Jember Kelompok 2 TEP A Resa Yuli Andriyani ( ) Muhammad.
Kuliah I Tata Guna Lahan Pendahuluan
Kesuburan Tanah Dan Pemupukan
KOMPONEN ANOMALI IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN
DINAS KEHUTANAN PROV. SULAWESI SELATAN. “MEWUJUDKAN HUTAN LESTARI, PERKEBUNAN PRODUKTIF MASYARAKAT SEJAHTERA MANDIRI ”
PENGELOLAAN DAS TERPADU
PEDOSFER (Lapisan Tanah)
Ketahanan Pangan dan Gizi Ade Saputra Nasution. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun.
GREEN POLICY: Local Wisdom
Pertanian di Indonesia
PENGETAHUAN UMUM IRIGASI
OLEH : LISNA YOELIANI POELOENGAN A L I M DEDDY
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Transcript presentasi:

Kearifan Sosial Masyarakat Perdesaan

Konsepsi dan Falsafah Adat Kearifan Lokal Konsep Kearifan Sosial Kearifan lokal merupakan cara dan strategi komunitas dalam menghadapi lingkungan fisik, ekologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Dikatakan kearifan (wisdom) karena merupakan kristalisasi pengalaman masa lampau yang membentuk stock of knowledge dan practices (praksis) yang dipandang arif dan bijaksana terhadap berbagai lingkungan mereka. Kearifan tersebut bersifat lokal (tempatan)

Kearifan dan kebijaksanaan tersebut terlihat penampakannya pada kemampuan antisipatif, adaptif, dan solutif terhadap berbagai persoalan kehidupan. Oleh sebab itu disebut sebagai kearifan lokal, dimana ada persoalan ruang. Antara ruang yang berbeda meskipun lingkungan fisik dan ekologisnya relatif sama, bisa berbeda pula kearifan lokalnya. (antara Jawa dan Sunda misalnya) walaupun bertentangga secara geografis, lokalitas dan relatif sama ekologisnya, namun kearifan lokalnya berbeda.

Kearifan Lokal dipandang sebagai kearifan sosial karena kearifan tersebut dikonstruksi secara sosial oleh para anggota komunitas. Kearifan lokal dibangun, dikembangkan dan dipertahankan atau disempurnakan dalam proses interaksi bersama anggota komunitas dalam menghadapi (berbagai) lingkungan. Kearifan lokal terdiri dari nilai, sistem pengetahuan dan teknologi lokal. Kearifan lokal mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Kearifan Lokal dalam kaitan dengan ketahan pangan Bagaimana sumber pangan dijaga dan dipertahankan seperti “ikan larangan” atau “tebat larangan” yang melarang orang menangkap ikan pada waktu sebelum masa panen.

Pranoto Mongso (Jawa) Pranoto mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para tani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional maka pranoto mongso ini memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan,

Tidak memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat menjaga keseimbangannya. Dengan adanya pemanasan global sekarang ini yang juga mempengaruhi pergeseran musim hujan, tentunya akan mempengaruhi masa-masa tanam petani. Namun demikian pranoto mongso ini tetap menjadi arahan petani dalam mempersiapkan diri untuk mulai bercocok tanam. Berkaitan dengan tantangan maka pemanasan global juga menjadi tantangan petani dalam melaksanakan pranoto mongso sebagai suatu kearifan lokal di Jawa.

Kearifan Lokal dalam Hubungan dengan Pemanfaatan Sumberdaya Air Bagaimana sumberdaya air tidak menjadi barang yang langka seperti Subak di Bali atau “tali banda” atau Kincir di Minangkabau

Nyabuk Gunung Nyabuk gunung merupakan cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Cara ini banyak dilakukan di lereng bukit sumbing dan sindoro. Cara ini merupakan suatu bentuk konservasi lahan dalam bercocok tanam karena menurut garis kontur. Hal ini berbeda dengan yang banyak dilakukan di Dieng yang bercocok tanam dengan membuat teras yang memotong kontur sehingga mempermudah terjadinya longsor.

Nyabuk Gunung

Kearifan Lokal dalam Kaitannya dengan Pemanfaatan SDA untuk Ekonomi Bagaimana penggunaan sumberdaya alam yang ada untuk sumber ekonomi seperti klasifikasi hutan menurut adat di Minangkabau dan Melayu, klasifikasi tanah menurut adat, hak ulayat alaut, dan sebagainya

Tumpang Sari Sistem ‘tumpangsari’ adalah praktek penanaman beragam biji-bijian sebagai bagian dari peladangan berpindah yang banyak meniru kompleksitas dan keragaman sistem vegetasi wilayah sub-tropis dan tropis. Model pertanian ini dilakukan dengan cara menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda dalam suatu areal atau petak tanah secara bersamaan.

Pada awalnya, sistem pertanian ini dianggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan ilmu pertanian modern karena tidak efisien secara kuantitas dan kualitas hasil yang akan didapatkan. Akan tetapi terdapat tujuan yang baik dan penting adanya kearifan lokal ini, yaitu untuk melindungi tanah dari sinar matahari langsung, mengurangi pemanasan langsung pada permukaan tanah, menjaga permukaan tanah dari proses erosi, penggunaan volume tanah secara efisien dan mengurangi kerentananan tanah dari hama dan serangga perusak. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kecepatan tumbuh beragam tanaman tersebut membuat tanah menjadi permanen, di samping itu juga karena tanahnya selalu ditutupi oleh tanaman tersebut secara terus menerus serta sistem akar tanaman tersebut yang bervariasi.

Kearifan Lokal dalam Hubungan dengan Pemukiman Tuntunan praksis adat tentang pola bangunan rumah (rumah adat), tata letak perumahan dan seterusnya

Kearifan Lokal dalam kaitannya dengan sandang Tuntutan praksis adat tentang pakaian adat, tenunan dan lainnya

Kearifan lokal dalam kaitannya dengan Interaksi Sosial Tuntutan adat tentang interaksi sosial berdasarkan gender, usia dan status sosial

Kearifan Lokal dalam hubungannya dengan Antisipasi masa Depan Tuntunan adat tentang antisipasi bencana alam, konflik sosial atau kemiskinan

Bahasa lokal harus dipahami untuk menyelami kearifan lokal yang terkandung dalam sistem nilai, sistem pengetahuan dan teknologi lokal. Tanpa pemahaman bahasa lokal. Berarti tidak ada pemahaman kearifan lokal.

Falsafah Bali: Tri Hita Karana Bermakna tiga penyebab kesejahteraan, merupakan falsafah hidup yang membimbing orang Bali dan memberikan pedoman bagaimana beradaptasi dengan lingkungannya secara harmonis dan adaptif dalam berbagai dimensi ruang dan waktu yaitu: Lingkungan spiritual (parhyangan) Lingkungan sosial (pawongan) Lingkungan fisik (palemahan)

Implementasi falsafah tri hita karana terlihat dalam subak, suatu kelembagaan pengelolaan irigasi pedesaan. Aspek spiritual dari subak dapat terlihat dari keberadaan tempat suci (pura), yang dibangun karena kaitannya dengan subak. Pura berfunsi sebagai sarana komunikasi antara umat dan Sang Pencipta. Menurut Sudaratmaja dan Soethama (2003), pura subak memiliki hirearki ekosistem yang mencakup: Pura Masceti meliputi seluruh daerah aliran sungai (DAS); Pura Ulun Dani menaungi kawasan pertanian yang memperoleh air dari danau; Pura Ulun Sawi mencakup kawasan satu subak; Pura Pelinggih Pangalapan meliputi hamparan petakan sawah.

Kaitannya dengan pura, petani Bali melakukan berbagai macam kegiatan ritual yang diidentifikasi I Made Legawa (1999) sebagai berikut: Ritual muwat emping/pemungkah (awal mengolah tanah) Ritual mendak toya (menyongsong air) Ritual Ngurit (membuat bibit) Ritual Pujawali kapat (memuja Tuhan) Ritual Melasah (meratakan pematang sawah)

Ritual Ngabut winih (mencabut benih) Ritual nuwasen nandur (memulai tanam) Ritual nandur (menanam) Ritual mubuhin (pemeliharaan) Ritual Makambuhan (Selamatan 42 hari padi) Ritual mlayagin (menstanakan Dewi Sri/selamatan 50 hari) Ritual Pujawali kapitu (selamatan 2,5 bulan padi) Ritual Nanggluk mrana (memberantas hama dan penyakit tanaman)

Ritual Pujawali nyungsung (menuntun) Ritual ngusaha (syukuran) Ritual mabikukung (perkawinan); Ritual Ngadegang dewa nini (membuat simbol Dewi Sri) Ritual Ngulapin (pemakluman) Ritual Mendak dan gunggahang Dewa Nini (menyongsong dan menstanakan Dewi Sri) Ritual Nedunung Sarin Asep (menurunkan padi dari lumbung)

Lingkungan sosial (pawongan) dari subak berhubungan dengan aspek organisasional para petani, yang disebut krama subak. Dalam menjalankan fungsinya, organisasi subak dilengkapi dengan awig-awig yaitu seperangkat aturan mengenai tata tertib organisasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Lingkungan fisik (palemahan) dari subak meliputi infrastruktur berupa areal persawahan dengan berbagai macam fasilitas sistem irigasinya. Dalam pandangan orang Bali, harmonisasi dan adaptasi yang baik dalam relasi dengan ketiga lingkungan tersebut akan bermuara pada kesejahteraan lahir dan batin.

Tugas Kelompok Membuat makalah terkait dengan: kearifan lokal (nilai, sistem pengetahuan dan teknologi lokal) yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan di Indonesia Sumber makalah berasal dari media cetak, elektronik atau jurnal