ILMU PENGETAHUAN DAN KEBENARAN Kualitas Pengetahuan: Pengetahuan biasa: sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal; memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memeperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan; Pengetahuan ilmiah: bersifat realtif, artinya kandungan kebenaran ini selalu mendapatkan revisi atau diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir;
ILMU PENGETAHUAN DAN KEBENARAN Kualitas Pengetahuan: Pengetahuan filsafati: bersifat absolut-intersubjektif, artinya selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat seorang pemikir filsafat itu serta selalu mendapt pembenaran dari filsuf kemudian yang mengunakan metodologi pemikiran yang sama pula; 4. Pengetahuan agama: bersifat dogmatis, artinya pernyataan dalam agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan-pernyataan dalam kitab-kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu.
KEBENARAN Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi, pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran. Ada tiga jenis kebenaran yaitu: Kebenaran epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan), Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada atau diadakan), Kebenaran semantis(berkaitan dengan bahasa dan tuturkata) Terdapat empat model pengujian kebenaran, yakni Dogmatis, Spekulatif, Verifikatif, dan Falsifikatif.
KEBENARAN: Dogmatis Dogma adalah pokok ajaran (ajaran yang tidak boleh di bantah), kepercayaan. Dogma berasal dari bahasa Yunani ‘dogmata’, yang artinya keyakinan, kepercayaan, dan suatu asas. Paham dogmatisme berkembang pada zaman abad pertengahan. Semboyan yang dipakai pada masa ini adalah ‘ancilla theologia’ (abdi agama), sehingga semua aktifitas ilmiah selalu berkaitan dengan aktifitas agama. Dogmatis adalah sesuatu yang bersifat otoritatif yang diharapkan dapat mengikat kalangan tertentu tanpa adanya kritik dan penyelidikan atas dasar-dasarnya. Suatu dogma di dasarkan atas suatu anggapan yang tidak dapat diselidiki.
KEBENARAN: Spekulatif Secara bahasa Spekulasi adalah renungan, terpekur. Secara istilah ialah suatu pendapat atau dugaan yang tidak (belum) berdasarkan atas suatu kenyataan. Spekulasi merupakan karakteristik yang esensial dalam sikap ilmiah. Spekulasi adalah suatu hal yang berguna untuk mengembangkan dan mencoba berbagai hipotesa. Spekulasi berangkat dari keinginan untuk mengembangkan dan mencoba memecahkan suatu masalah yang di tandai dengan beberapa usaha mencari solusinya.
KEBENARAN: Verifikatif Verifikasi berasal dari bahasa Inggris, yakni ‘Verification’, yang artinya pemeriksaan tentang suatu kebenaran atas laporan, pernyataan, dan lain-lain. Verifikasi merupakan salah satu cara pengujian hipotesis yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori- teori, prinsip-prinsip, generalisasi, dan hukum-hukum. Verifikasi adalah pandangan yang dikembangkan oleh Neo- Positivisme atau yang di kenal Positivisme Logis. Pandangan ini dipengaruhi oleh Auguste Comte (1798-1857) tentang pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti ( positif).
KEBENARAN: Falsifikatif Falsifikatif merupakan salah satu teori untuk menilai, menguji, dan membuktikan suatu kebenaran. Falsifikatif adalah sebuah model pengujian kebenaran yang menganggap jika kriteria kebenaran ilmiah dari sebuah teori harus dapat disalahkan, di sangkal, dan dapat di uji. Artinya, suatu teori atau hipotesa harus di buktikan kesalahannya, bukan untuk di buktikan kebenarannya. Jadi semakin besar kemungkinan teori itu untuk di sangkal, dan teori tersebut tetap bertahan, maka senakin kokoh pula kebenaran ayng terkandung dalam teori tersebut.
KEBENARAN: Falsifikatif (lanjutan) Aliran ini berpendapat bahwa : Sumber pengetahuan terletak pada pengalaman yang berasal dari panca indra (empiris). Dengan adanya logika dan matematika, dapat digunakan sebagai pengolah suatu data empiris. Adanya demarkasi (garis batas) antara pernyataan yang bermakna dan yang tidak bermakna. Menolak metafisika yang menggunakan ungkapan atau pernyataan bahasa yang tidak bermakna. Filsafat Ilmu Pengetahuan dipandang sebagai logika Ilmu yang di susun berdasarkan analogi logika formal (diarahkan pada forma atau bentuk) dan pernyataan-pernyataan yang logis.
KEBENARAN: Ilmiah Kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan. Pada saat pembuktiannya kebenaran ilmiah harus kembali pada status ontologis objek dan sikap epistemologis (dengan cara dan sikap bagaimana pengetahuan tejadi) yang disesuaikan dengan metodologisnya. Hal yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam hal kebenaran ilmiah yaitu bahwa kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan pada bidangnya masing-masing. Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pertanyaan yang sah, dalam ketidak-tersembunyian.
KEBENARAN: Ilmiah Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan dengan yag diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan tindakan. Kebenaran sering dianggap sebagai sesuatu yang harus “ditemukan” atau direbut melalui pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran. Kebenaran ilmiah paling tidak memiliki tiga sifat dasar, yakni: Struktur yang rasional-logis Isi empiris Dapat diterapkan (pragmatis)
KEBENARAN ILMIAH: Rasional - Logis Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional, maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara baik), dapat memahami kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai kebenaran universal. Dalam memahami pernyataan di depan, perlu membedakan sifat rasional (rationality) dan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah, sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi kebenaran tertentu di luar lingkup pengetahuan. Sebagai contoh: tindakan marah dan menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut mungkin tidak rasional.
KEBENARAN ILMIAH: Dapat Diterapkan Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada, bahkan sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah, berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini. Hal ini tidak berarti bahwa dalam kebenaran ilmiah, spekulasi tetap ada namun sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena sekalipun suatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah pernyataan tersebut juga benar secara empiris.
KEBENARAN ILMIAH: Empiris Sifat pragmatis, berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya, jika suatu “pernyataan benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris, maka pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia. Berguna, berarti dapat untuk membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya.
KEBENARAN ILMIAH Kebenaran Ilmiah dapat diterima jika : Adanya Koheren: Suatu pernyataan dianggap benar jika konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, Si Badu akan mati, adalah pernyataan benar, karena penryataan sebelumnya adalah semua manusia akan mati. Adanya koresponden: Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai hubungan (koresponden) dengan objek yang dituju oleh perrnyataan tersebut. Misalnya, Surabaya dalah ibukota Prov. Jawa Timur, adalah benar karena terkandung hubungan atau berkorespondensi dengan objek yang dituju. Adanya sifat pragmatis: Pernyataan tersebut dianggap benar apabila mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.
KEBENARAN ILMIAH : Koherensi Teori koherensi (The Coherence Theory of Truth) menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas petimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Rumusan kebenaran adalah, truth is a systematic coherence, dan truth is consistency.
KEBENARAN ILMIAH : Koherensi JikaA = B danB = C, maka A = C. Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini, yang menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis. Teori ini sudah ada sejak pra-Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila telah dibuktikan (justifikasi) benar dan tahan uji(testable). Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
KEBENARAN ILMIAH : Koresponsi Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth) menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan/pendapat dengan objek yang dituju/dimaksud oleh pernyataan/pendapat tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasiaktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu pernyataan (statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan (realitas) dan putusan (judgement). Kebenaran adalah fidelity to objective reality.
KEBENARAN ILMIAH : Koresponsi Atau dengan bahasa latinnya: eda equatioin telectuset rei (kesesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas diabad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad modern. Cara berpikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespondensi ini.
KEBENARAN ILMIAH : Pragmatisme Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (work ability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya
Terimakasih Yaa Allah Berkati….. Bahagia…..kan Kami….