Mengukur Osmosis Air pada Rhoeo discolor Hari/tanggal : Senin, 04 Mei 2015 Waktu : 13.00-15.00 WIB Tempat : Laboratorium Biologi FKIP UNPAS
Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan difusi dan osmosis setalah melakukan pengamatan pada daun Rhoeo discolour Mahasiswa dapat memahami fakta tentang gejala plasmolisis setalah melakukan pengamatan pada daun Rhoeo discolour Mahasiswa dapat menunjukkan faktor penyebab plasmolisis setalah melakukan pengamatan pada daun Rhoeo discolour Mahasiswa dapat mendeskripsikan peristiwa plasmolisis setalah melakukan pengamatan pada daun Rhoeo discolour Mahasiswa dapat menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara sel dan larutan di sekitarnya
Dasar Teori Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Seluruh aktivitas sel tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain berfungsi untuk proteksi isi sel,dinding sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Sel tumbuhan merupakan bagian terkecil dari sistem hidup dan di dalam sistem ini sel-sel saling bergantung. Perilaku sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel itu sendiri tetapi juga sel-sel di sekitarnya dan tumbuhan itu sendiri serta lingkungan luar. Berbagai macam zat seperti makanan, zat mineral, air dan gas bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau partikel. Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-unsur dan bahan bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan bergerak dari sel ke sel dengan jalan difusi (Tjitrosomo, 1983). Difusi berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi, karena suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan konsentrasi, perbedaan sifat juga dapat menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990: 22). Sedangkan osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya mengizinkan lalnya air dan menghambat lalunya zat terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi (Sasmitamihardja, 1990: 24).
Tekanan osmotik adalah tekanan maksimum yang dapat terjadi akibat proses osmosis dalam larutan. Tekanan Osmotik bukan merupakan tekanan sesungguhnya, akan tetapi tekanan yang dapat terjadi (potensial) bila keadaan ideal. Turgor adalah tekanan didalam sel-sel tumbuhan yang timbul akibat adanya gerakan air kedalam sel dengan jalan osmosis, sedangkan dinding sel tidak memungkinkan pengembangan sel. Jadi turgor merupakan tekanan yang diberikan pada larutan oleh dinding sel yang kenyal, disebut juga tekanan dinding. Potensial Air adalah selisih tekanan antara tekanan osmotik dan turgor. Jadi, potensial air adalah tekanan sesungguhnya didalam sel.
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air murni (Tjotrosomo, 1983: 11). Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi.
Jika suatu sel direndam dalam larutan yang hipertonik (konsentrasi air dalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi air di larutan sebelah luar), maka air dari vakuola akan terdorong untuk berdifusi keluar dari sel menembus membran ke larutan luar. Keadaan ini menyebabkan sel kehilangan turgornya, vakuola mengerut dan membran sel terpisah dari dinding sel. Kondisi ini menandakan sel dalam keadaan berplasmolisis. Bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis, maka sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. Berdasarkan hal ini, maka metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai potensial osmotik jaringan. Sebagai perkiraan terdekat, potensial osmotik jaringan ditaksir ekuivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50 %, yang disebut incipient plasmolysis.
ALAT-ALAT No Nama Alat Manfaat Spesifikasi Jumlah Foto 1 Botol Vial Untuk menyimpan bahan yang akan di uji 7 buah 2 Silet Untuk mensayat bahan yang diamati 3 Mikroskop Untuk melihat spesimen yang tidak terlihat dengan mata telanjang 4 Objek glass Untuk menyimpan bahan yang diamati 5 Cover glass Untuk menutup bahan yang di amati
BAHAN No Nama Bahan Manfaat Spesifikasi Jumlah Foto 1. Larutan Sukrosa 0.14 Sebagai larutan yang akan di ujikan Disakarida yang dibentuk dari monomer - monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11 5 ml Larutan Sukrosa 0,16 Larutan Sukrosa 0,18 Larutan Sukrosa 0,22 Larutan Sukrosa 0,24 Larutan Sukrosa 0,26 2. Aquadest Tersusun atas Hidrogen dan Oksigen Sebagai variable terikat 3. Rhoeo discolour Sebagai bahan penguji Daun berwarna ungu dan hijau serta berbentuk lenset 21 sayatan
Cara Kerja 4 1 Biarkan selama 30mnt, kemudian pisahkan seluruh sayatn dengan cara meletakan sayatan pada kaca objek dengan setets larutan yang digunakan untuk merendam sayatn tersebut Sediakan 7 botol vial bersih dan kering, kemudian masing-masing botol diisi dengan larutan sukrosa 0,26; 0,24; 0,22; 0,18; 0,16; 0,14 M sebanyak 5 ml 3 Masukkan sayatan epidermis tadi ke dalam botol vial berisi larutan sukrosa, setiap botol vial terisi 3 sayatan 2 5 Buatlah sayatan permukaan epidermis (permukaan bawah) daun Rhoeo discolor sebanyak 21 sayatan Hitunglah beberapa potensial osmosis dari larutan sukrosa yang menunjukan keadaan “incipient plasmolysis”
BAHAN DISKUSI Jelaskan mengapa potensial osmosis pada keadaan “incipient plasmolysis” memiliki nilai yang hampir sama atau k ira-kira sama dengan potensial osmosis sel pada keadaan normal? Pada keadaan “incipient plasmolysis”, nilai potensial osmosis yang sebenarnya akan lebih kecil atau lebih besa r dari keadaan normal? Jelaskan alasan anda! Apakah sel-sel jaringan dari tu mbuhan yang berbeda akan memiliki potensial osmosis yang berbeda pula? Jelaskan!
HASIL PENGAMATAN Konsentrasi Jumlah Sel yang Mengalami Plasmolisis Jumlah Keseluruhan Sel dalam Jaringan Gambar 0,14 M 85 223 0,16 M 225 271 0,18 M 97 215 0,22 M 186 0,24 M 152 185 0,26 M 175
PEMBAHASAN Pada praktikum potensial osmotic , sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor dimasukkn ke dalam larutan seri sukrosa 0,14 ; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22; 0,24 M. Hal ini untuk mengetahui berapa potensial osmosis daun tersebut pada keadaan Incipient Plasmolis. Potensial osmosis merupakan kemampuan sel untuk mampu melakukan peristiwa osmosis. Dapat dikatakan juga bahwa potensial osmosis mampu menggambarkan tentang perbandingan pelarut dan zat terlarutnya. Semakin besar potensial air tersebut, maka peristiwa osmosis akan mudah terjadi. Cairan sukrosa memiliki potensial osmosis yang lebih rendah dibandingkan dengan air murni. Sedangkan, Incipient Plasmolisis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari jumlah seluruh sel yang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa menunjukkan tanda-tanda plasmolisis. Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Pada praktikum ini, berdasarkan hasil pengamatan yang kelompok kami lakukan. Incipient plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa yang konsentrasinya 0,18 M. Hal ini karena incipient plasmolisis terjadi apabila perkiraan terdekat, potensial osmotik jaringan ditaksir ekuivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50 %. Pada konsentrasi 0.18 M dengan yang berplasmolisis 20 dan tidak plasmolisis 20 sehingga di dapat 50% yang berplasmolisis. Sehingga nilai potensial osmotik yang didapat pada daun Rhoeodiscolor yaitu -4,7. Dan hubungan antara potensial osmotik dan rata –rata pada grafik didapat y=11,021x - 3,5290, x=50 hasil yang didapat 547,521.
Hasil Diskusi Karena selain pada prinsipnya sama yaitu penyerapan larutan ke dalam sel, hal ini terjadi juga karena konsentrasi cairan sel yang lebih pekat. Akan lebih besar karena konsentrasi cairan sel yang semakin pekat. Ya, karena setiap sel-sel jaringan tumbuhan memiliki kemampuan osmosis tersendiri.
KESIMPULAN Gejala yang ditunjukkan oleh sel yang mengalami plasmolisis yaitu berubahnya warna pada sel, seperti pada daun Rhoeo discolour yang semula berwarna ungu menjadi tidak berwarna karena cairan isi selnya keluar, kemudian dapat diketahui pula bahwa terjadi penyusutan ukuran sel ( sel mengkerut hingga leas dari dinding sel ) Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-unsur dan bahan bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan bergerak dari sel ke sel dengan jalan difusi (Tjitrosomo, 1983). Difusi berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi, karena suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan konsentrasi, perbedaan sifat juga dapat menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990: 22). Sedangkan osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya mengizinkan lalnya air dan menghambat lalunya zat terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi (Sasmitamihardja, 1990: 24)
Faktor penyebab terjadinya plasmolisis yaitu adanya perbedaan konsentrasi larutan antara cairan didalam sel dengan cairan diluar sel. Cairan diluar sel memiliki konsentrasi yang lebih rendah daripada cairan di dalam sel. Plasmolisis terjadi karena keluarnya cairan di dalam sel keluar sel akibat konsentrasi cairan diluar sel lebih rendah daripada cairan di dalam sel untuk menyeimbangkan konsentrasi diluar sel agar sama dengan konsentrasi di dalam sel. Hubungan antara plasmolisis dengan potensial osmotik sel dan larutan yaitu saat larutan disekitar sel bersifat hipertonis maka cairan di dalam sel akan terdorong keluar akibat tekanan osmotik di luar lebih rendah daripada di dalam sel. Sehingga konsentrasi larutan eksrasel sebanding dengan plasmolisis yang terjadi pada sel.
DAFTAR PUSTAKA Dwidjosepoetro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT.Gramedia http://www.scribd.com/doc/40617334/Laporan-Fisiologi-Tumbuhan-Potensial-Osmosis http://id.wikipedia.org/wiki/osmosis/13/11/09 Salisbury, Frank B, Dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB