PEREMPUAN, PEMISKINAN, DAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
INDIKATOR KESEHATAN PRODUKSI
Advertisements

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Konsep Seks dan Gender Katanya PEREMPUAN .... NEGATIF Lemah
SIKLUS HIDUP, KESEHATAN DAN PERAN SOSIAL
PARDOMUAN B.M.SIANIPAR MORTALITAS.
PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA
Enny Zuliatie Die-J YPI (Drop in Center Cijantung Yayasan Pelita Ilmu)
Pernikahan Dini Tumbuh Kembang Manusia
SESI 1 POLITIK DAN PEREMPUAN
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Data: karakteristik individu, sangat sulit diinterpretasikan karena jumlahnya sangat banyak dan beragam bentuknya [nominal, ordinal, interval] dan sifatnya.
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
KEBIJAKAN PROGRAM KB PASCA SALIN
MENDORONG KEBIJAKAN LAYANAN LAYANAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI YANG BERPIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN *dr. Delis J Hehi, MARS (*Anggota DPD RI )
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI Drs. Heru Susanto PKB Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat.
DASAR KESPRO/KIA HASTUTI MARLINA. PERTEMUAN 6 1.KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN 2.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS KEHIDUPAN.
Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 BADAN PUSAT STATISTIK.
KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN LITERASI
ASPEK PEMBANGUNAN MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
PROGRAM KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
SUSYANI JURUSAN GIZI POLTEKKES PALEMBANG
Dasar Kesehatan Reproduksi
KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI & KB BY : DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST.
OLEH Zuraidah Nasution, Dr. Ir. MKes
KESEHATAN REPRODUKSI Analisis & Hasil RISKESDAS 2010.
Konseling KTD
ILMU KESMAS X (PROGRAM2 KESEHATAN)
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
PERSPEKTIF GENDER Oleh: Iwan Setiawan.
EPIDEMIOLOGI PELAYANAN KEBIDANAN
Resiko Pernikahan Dini
Pandangan Alkitab tentang SEKSUALITAS
Pengaturan Kehamilan DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Dasar Kesehatan Reproduksi
PRESENTASI KELOMPOK III KASUS II
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
ABORSI.
PERSPEKTIF GENDER Oleh: Iwan Setiawan.
KELOMPOK 1 TINGKAT 1A DIII KEBIDANAN
Isu – Isu Kesehatan Wanita
Konsep Kesehatan Reproduksi
Komitmen Indonesia pada ICPD dan MDG’s
Hak Kesehatan Reproduksi Sebagai Bagian dari Hak Individual Perempuan
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN)
OLEH : YUMNIA RACHMAWATI. Masa remaja  masa topan badai & stress (storm & stress) Fisik (12 – 24 tahun)  remaja awal (12 – 17 th); remaja akhir (18.
Sistem Kesehatan Negara Kuba
BONUS DEMOGRAFI DESY ACHIRILFANI RIZKA INDAYANI Pendidikan Lingkungan
MORTALITAS ILSA WAHYUNI ( ) KELOMPOK 6 FITRIANI AHMAD
PEMANFAATAN DATA SURVEI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
oleh: NI’MAL BAROYA, M. PH.
ICPD dan MDGS Indikator dan Pencapaian di Indonesia
Mencegah Kejadian Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
STRATEGI PENDEKATAN RISIKO
POVERTY AND NUTRITIONAL STATUS
KEPERAWATAN KELOMPOK & PEGEMBANGGAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
SISTT(SEKOLAH IBU SEHAT TERPADU) PUSKESMAS MUNTOK.
MAHASISWA PEDULI KEPENDUDUKAN
Tumbuh Kembang Remaja dan Risiko Reproduksi. REMAJA? Menurut Kartono (1990) senada dengan pendapat Konopka dan Ingersoll dalam Hurlock (2004) 1.Remaja.
MENUJU KEMITRAAN BIDAN & DUKUN PARAJI DI KECAMATAN
Audit Maternal Perinatal (AMP) Sosial
Upaya akselerasi pencapaiaN SDGs. SDGs ( Sustainable Development Goals ) sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan.
Gerakan Sayang Ibu. Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas.
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI Oleh Susianti Asry, S.ST.,M.Keb.
Standar Pelayanan Minimum Bayi Baru Lahir
Transcript presentasi:

PEREMPUAN, PEMISKINAN, DAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA Khaerul Umam Noer Ketua PKWG UI PEREMPUAN, PEMISKINAN, DAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA

the Asian Century dan bonus demografi Indonesia Asian Development Bank memprediksi bahwa puncak The Asian Century pada 2045-2050 akan ada tujuh negara (PRC, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Malaysia) dengan GDP $15.1T (87% Asia), atau setara dengan 45% GDP dunia dan dapat terus tumbuh hingga menguasai 53% GDP dunia. Di waktu bersamaan, Indonesia sedang mengalami apa yang disebut window of opportunity alias bonus demografi the Asian Century dan bonus demografi Indonesia

bonus demografi Indonesia, berkah atau musibah? Pertanyaanya, di mana Indonesia ketika negara Asia lainnya sedang menikmati era kejayaannya? Apakah betul bahwa bonus demografi itu berkah? Apakah justru musibah? bonus demografi Indonesia, berkah atau musibah?

Untuk menjadikan bonus demografi sebagai “berkah”, kita harus menengok dua hal pokok: pendidikan dan kesehatan reproduksi Keduanya memiliki satu kata kunci penting: AKSES, yang menjadi pondasi pembangunan manusia Indonesia dalam menyongsong bonus demografi fokus utama

mengapa pendidikan penting? Pendidikan adalah salah satu cara memutus mata rantai kemiskinan dan pemiskinan bagi perempuan. Penyandang buta aksara masih di dominasi perempuan, dari 7,7 juta, 63% adalah perempuan (2009) Ada dua persoalan utama dalam pendidikan: politik pendidikan dan perspektif kultural atas pendidikan. mengapa pendidikan penting?

Alasan putus sekolah anak usia 7-12 tahun (Sardjunani 2008) Perempuan Laki-laki Tidak punya uang 36,24% 35,31% Tidak suka pergi ke sekolah 3,14% 3,36% Kerja 10,95% 36,38% Menikah (mengurus rumahtangga) 27,78% 3,55% Sekolah jauh dari rumah 2,68% 2,21% Penyandang difabel 0,35% 0,40% Lain-lain 18,86% 18,79%

politik pendidikan Mainstream utama pendidikan hanya melalui sekolah Akses terhadap pendidikan  Fasilitas sekolah di semua jenjang tidak tersebar merata Kastanisasi pendidikan: sekolah mahal!! politik pendidikan

mengapa perempuan keluar dari sekolah? Politik ekonomi rumah tangga Pendidikan hanya untuk anak laki-laki: Tugas laki-laki sebagai pencari nafkah utama Perempuan tidak perlu pintar Kodrat perempuan di rumah Perkawinan anak perempuan mengapa perempuan keluar dari sekolah?

box 1. perkawinan anak: persoalan kultural yang berdampak struktural Perkawinan anak mulanya adalah persoalan kultural, namun berdampak struktural Data BKKBN (2013): 4,8% perkawinan pada usia 10-14 tahun, dan 41,9% pada usia 15-19 tahun. SDKI (2012): 6,9 juta anak perempuan dan 28 ribu anak laki-laki menikah sebelum 18 tahun Susenas (2012): 1 dari 4 perempuan di Indonesia menikah pada usia di bawah 18 tahun Seringkali terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan  aborsi yang tidak aman Kelahiran usia remaja menapai 48/1000 kelahiran Lebih dari 50% perkawinan berakhir dengan perceraian Perempuan yang menikah di atas 18 tahun memiliki kesempatan 6 kali lebih banyak untuk menyelesaikan pendidikan menengah/atas

akibat perkawinan anak Putus sekolah: Malu karena sudah menikah Anak perempuan hamil tidak dapat mengikuti ujian Aturan di sekolah bahwa anak yang sudah menikah tidak dapat melanjutkan pendidikan Tingginya Angka Kematian Ibu: Risiko kanker rahim, hepatitis, HIV, sampai masalah kematian bayi Rentan terhadap kekerasan fisik dan psikis Anak kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang Mendorong pemiskinan perempuan

mengapa kesehatan reproduksi penting? Setiap orang berhak atas layanan kesehatan Isu kespro muncul pada ICPD 1994 di Kairo  Didefinisikan sebagai keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi, serta proses reproduksi. Kespro tidak hanya menyangkut soal kesehatan, namun juga terkait dengan hukum, agama, sosial, dan budaya mengapa kesehatan reproduksi penting?

box 2. AKI yang tak pernah mau turun Persoalan AKI adalah bukti nyata tidak meratanya layanan kesehatan  banyak kasus AKI terjadi karena terlambat mendapat pertolongan atau ditolong oleh non tenaga kesehatan Tren Angka Kematian Ibu (AKI) yang terus bertambah setiap tahunnya. SDKI (2007) mencatat 307/100.000, meningkat pada 2015 menjadi 359/100.000 kelahiran Tiga faktor utama AKI: pendarahan (diperparah oleh anemia), tekanan darah tinggi (eklamsia), dan infeksi AKI berkaitan dengan bayi, khususnya pada persoalan gizi Bayi yang lahir prematur, dengan gizi buruk cenderung BBLR (berat badan lahir rendah), dan berujung pada stunting (balita bertubuh pendek akibat kekurangan gizi)  Data Riskesda (2013) 37,2% atau 8,8 juta balita stunting. Balita BBLR dan stunting berpotensi 3 kali lebih besar terkena serangan jantung , rawan membawa penyakit degeneratif, dan umur harapan hidup pendek AKI dan AKB merupakan titik krusial dalam investasi sumber daya manusia Indonesia

Persoalan dasar AKI Lemahnya pelaksanaan kebijakan terkait kesehatan reproduksi, utamanya di desa Masih kuatnya pantangan maupun pengetahuan lokal mengenai kehamilan yang berdampak pada kesehatan ibu hamil Aturan kultural yang membolehkan ibu hamil tua maupun ibu yang baru melahirkan untuk mengerjakan tugas domestik maupun ekonomi, Masih kuatnya posisi dukun beranak di masyarakat Minimnya pelibatan laki-laki dalam proses kehamilan dan kelahiran. Komplikasi yang terjadi sebelum, saat,dan setelah persalinan Kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja Nilai-nilai kultural pernikahan anak yang menyebabkan perempuan mengandung dalam usia yang masih belia, Minimnya pengetahuan ibu hamil tentang sistem dan kesehatan reproduksi dan proses kehamilan  seringkali berujung pada kematian akibat aborsi yang tidak aman Keterbatasan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan

Tenaga pertolongan persalinan dan usia ibu hamil Umur Dokter umum Dokter spesialis Perawat/ bidan Dukun/ lainnya Keluarga / lainnya < 20 1 4,5 52,7 40,2 0,8 20-34 0,6 10,9 57,6 28,5 1,3 35-49 1,2 11,6 44,8 39,9 1,6 Tenaga pertolongan persalinan dan tempat tinggal ibu hamil Tempat tinggal Dokter umum Dokter spesialis Perawat/ bidan Dukun / lainnya Keluarga / lainnya Perkotaan 0,6 16,6 61,8 19,9 0,5 Pedesaan 0,9 4,6 49,7 41,6 1,9

Mengapa penting bicara perkawinan anak dan AKI? Perkawinan anak dan AKI menegaskan tiga fakta mendasar: bahwa perempuan tidak memiliki otoritas penuh atas diri dan tubuhnya. Perkawinan anak dan AKI adalah faktor di hulu yang seringkali terabaikan  kebijakannya ada hanya pelaksanaannya seringkali terbentur pada persoalan kultural atau lemahnya implementasi pemerintah Perkawinan anak dan AKI mendorong pemiskinan bagi perempuan Mengapa penting bicara perkawinan anak dan AKI?

mengurai pemiskinan perempuan Perkawinan anak mendorong perempuan untuk keluar dari sekolah Tanpa pendidikan, perempuan sangat rentan pada persoalan kekerasan, diskriminasi pasar kerja, diskriminasi penghasilan, hingga perdagangan orang Tanpa pendidikan, ditambah lagi dengan kehamilan yang tidak diinginkan, mata rantai pemiskinan akan tetap bertahan. mengurai pemiskinan perempuan

kepentingan perempuan? Persoalan utama ketika bicara mengenai kepentingan perempuan kemudian dilokalisir sebagai hanya untuk perempuan Sayangnya kondisi ini terjadi di semua level Gagal paham bahwa persoalan perempuan tidak hanya berdampak pada perempuan, namun juga kemanusiaan secara umum kepentingan perempuan?

Untuk meningkatkan peran perempuan, maka tidak bisa tidak, pendidikan harus menjadi basis utama Pemerintah harus memastikan bahwa akses terhadap pendidikan terbuka bagi setiap orang dan tidak ada lagi anak perempuan yang keluar dari sekolahnya Pemerintah harus mencegah terjadinya praktik perkawinan anak dengan membuat regulasi yang mengatur ketat usia perkawinan dan/atau menjalin kerja sama dengan organisasi massa (utamanya berbasis keagamaan), komunitas, NGO, dan CSO rekomendasi

Akses terhadap kesehatan harus ditingkatkan Akses terhadap kesehatan harus ditingkatkan. Akses mencakup ketersediaan fasilitas, sebaran tenaga medis yang merata, layanan medis dan obat-obatan. Pemerintah juga harus memastikan bahwa layanan kesehatan bebas dari diskriminasi Pendekatan kultural untuk mengeliminir berbagai pantangan yang justru bermanfaat atau justru merugikan kesehatan ibu hamil. Hal ini penting terkait dengan bayi yang akan dilahirkan. rekomendasi

Penting untuk memahami bahwa persoalan kesetaraan gender seringkali tidak setara dan tidak adil sama sekali Bahwa kesetaraan mendorong perempuan keluar yang akhirnya menciptakan beban ganda. Yang perlu dikembangkan adalah menarik laki-laki masuk. Kami percaya, bahwa hanya kesetaraan harus berjalan beriring dengan akses keadilan, terutama ketika kita bicara mengenai pembangunan Indonesia. catatan akhir

Terima kasih… Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia www Terima kasih… Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia www.pkwg.ui.ac.id / pkwg@ui.ac.id / umam_noer@yahoo.com (privat)