KAIN TAPIS LAMPUNG OLEH : KELOMPOK 16 KORTEN : Ahmad Salsabila.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Kehidupan sosial manusia
Advertisements

Kekuatan dari Dalam Menggunakan Komunitas sebagai Sumber Pendidikan Hoa Phuong Tran, Ph.D. Asia Regional Learning and Education Advisor Plan International.
MEMBUAT POLA MOTIF HIASAN BUSANA DAN LENAN RUMAH TANGGA
KEBUTUHAN MANUSIA SABARIAWATI MANURUNG, S.Pd KELAS X SEMESTER I.
APRESIASI SENI & BUDAYA ISLAM
Selamat Datang Presentasi Makalah Bahasa Indonesia.
Aryani Widyaningsih, S.Pd.
KEBUTUHAN MANUSIA KELAS X SEMESTER I. KEBUTUHAN MANUSIA KELAS X SEMESTER I.
ILMU PENETAHUAN SOSIAL KELAS X11 SMK 2 JAMBI
AGROFOREST ATAU SISTEM AGROFORESTRI KOMPLEKS
MEMILIKI BEBERAPA KEKHASAN FUNDAMENTAL
Kriya Tekstil Indonesia
Kebudayaan Dari kata - Buddhayah (Buddhi) – “budi” atau akal
BAB I APRESIASI KARYA SENI RUPA TERAPAN DAERAH BANYUMAS
Seni Sakral: Tari Rejang
LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS :
ERICA PUSLIATI, PEMBUATAN CONSTUM DANCER DARI KAIN TAPIS LAMPUNG BERHIAS COIN.
PRAKARYA & KEWIRAUSAHAAN
ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA
KONSEP DASAR GEOGRAFI KEBUDAYAAN (SDM) FISIS/ALAM ORGANISASI.
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Sejarah Batik Indonesia yang Mendunia
BATIK.
TUGAS PRAKARYA KAIN TRADISIONAL INDONESIA FITA PRATIWI ANIFA
Pengaruh Kebudayaan Asing dalam Arsitektur Indonesia Pertemuan
Sosiologi Antropologi Pendidikan
Dua Sejoli Sebrang Pulau Dewata
DIFERENSIASI SOSIAL.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lembaga Kemasyarakatan Karina Jayanti
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
APRESIASI SENI Seni & Keindahan.
Produk Kerajinan Tekstil
IBD, IAD, ISD (MASALAH INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT)
KOMPETENSI DASAR Tinjauan Seni Tradisi dan Seni Modern
ILMU BUDAYA DASAR Yanti Trianita S.I.Kom.
Matakuliah : R0772 – Arsitektur Tradisional
KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB VI
SMA HARAPAN 1 MEDAN Jl. Imam Bonjol No. 35 Medan.
SENI RUPA APRESIASI SENI RUPA.
Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya
TUGAS TEKKOM “SENI TARI SALAH SATU BAGIAN DARI KEBUDAYAAN INDONESIA”
Sistem Produksi Kerajinan dengan Inspirasi Budaya Lokal Nonbenda
NILAI ESTETIK.
MANAJEMEN PROYEK PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN KAIN ENDEK DI DESA KALIANGET KEC. SERIRIT, KAB. BULELENG UNTUK PENGANGGURAN GUNA MENYONGSONG MEA 2016.
NILAI RELIGIUS TARI BEDHAYA KETAWANG KRATON SURAKARTA HADININGRAT
Melville J Horskovits dan Bronislaw Malinowski
SMA HARAPAN 1 MEDAN Jl. Imam Bonjol No. 35 Medan.
Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan
A. Memanusiakan Manusia
RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL
SEJARAH AWAL BERDIRI NEGARA JEPANG
Prakarya dan Kewirausahaan X
IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT MADANI
UNSUR SENI KE-4 RUPA.
Kelompok VI: Masjoko ( ) Very Neno Tahin ( ) Anisetus B. Ole ( )
APRESIASI SENI & BUDAYA ISLAM
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Pengertian agama kata agama berasal dari bahasa sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu.
KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMALAYA
Teori-teori Hubungan Etnik
HASIL PEMBELAJARAN KURSUS HE
BUDAYA DAN PENGERTIANNYA
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR IIS DEWI LESTARI, M.Pd
Tugas Kewirausahaan Kerjinan Tekstil DISUSUN OLEH : Anggi Lestari
Delapan fungsi keluarga Oleh: Dra. T. Yuli Kristiyanti  Picture diambil dari google 1.
HUBUNGAN MANUSIA – KEBUDAYAAN
Latar Belakang Lembaga sosial  lemabag kemasyarakatan  social institution Didalam masyarakat pasti ada norma yang mengatur hidup mereka guna mencapai.
PROSES PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN. SEBAGAIMANA DIKETAHUI BAHWA KEBUDAYAAN ADALAH HASIL CIPTA, KARSA DAN RASA MANUSIA OLEH KARENANYA KEBUDAYAAN MENGALAMI.
Transcript presentasi:

KAIN TAPIS LAMPUNG OLEH : KELOMPOK 16 KORTEN : Ahmad Salsabila

LATAR BELAKANG KAIN TAPIS LAMPUNG Kain Tapis adalah salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Kain tapis ini merupakan pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang dibuat dari tenunan benang kapas dengan motif-motif yang beragam seperti motif alam, flora, dan fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan benang perak. Tenunan ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

PERKEMBANGAN KAIN TAPIS Perjalanan sejarah perkembangan terbentuknya ragam hias, kain tapis Lampung mendapat berbagai pengaruh kebudayan lain, seiring dengan terjalinnya kontak, interaksi, dan komunikasi masyarakat adat Lampung dengan kebudayaan luar. Kebudayaan yang memberikan pengaruh pada pembentukan gaya seni hias kain tapis antara lain, kebudayan Dongson dari daratan Asia, Hindu-Budha, Islam, dan Eropa. Melalui proses yang panjang, akulturasi terjadi antara unsur-unsur hias kebudayaan asing dengan unsur-unsur hias lama. Unsur-unsur asing yang datang tidak menghilangkan unsur-unsur lama, akan tetapi semakin memperkaya corak, ragam, dan gaya yang sudah ada. Berbagai kebudayaan tersebut terpadu dan terintegrasi dalam satu konsep utuh yang tidak dapat dipisahkan dan melahirkan corak baru yang unik dan khas.

Nilai estetis kain tapis menyatu dalam beberapa azas dan ketentuan, yaitu: (1) azas kesatuan organis, (2) azas tema atau konsep, (3) azas keseimbangan, (4) azas bertingkat, (5) azas kerumitan, dan (6) azas kesungguhan.

Bagi masyarakat adat lampung kain tapis memiliki makna simbolis sebagai lambang kesucian yang dapat melindungi pemakainya dari segala kotoran dari luar. Selain itu dalam pemakaiannya kain tapis juga melambangkan status sosial pemakainya. Makna simbolis kain tapis terdapat pada kesatuan utuh bentuk motif yang diterapkan, serta bidang warna kain dasar sebagai wujud kepercayaan yang melambangkan kebesaran Pencipta Alam. Kain tapis merupakan pakaian resmi masyarakat adat Lampung dalam berbagai upacara adat dan keagamaan, dan merupakan perangkat adat yang serupa pusaka keluarga. Terkait dengan pemerintahan adat, masyarakat Lampung yang beradat Pepadun memakai sistem kepunyimbangan berdasarkan garis keturunan laki-laki (matrilineal). Pada masyarakat Lampung Pepadun tingkatan punyimbang ada tiga, yaitu: (1) punyimbang marga atau paksi yang membawahi tiyuh (kampung), (2) punyimbang tiyuh yang membawahi beberapa suku atau bilik, dan (3) punyimbang suku yang membawahi beberapa nuwow balak (rumah adat). Susunan masyarakat yang bertingkat-tingkat mengkondisikan adanya aturan yang mengatur pemakaian kain tapis sebagai busana adat yang menyesuaikan status sosialnya dalam  masyarakat. Aturan yang berlaku tersebut juga disertai hukuman atau sanksi adat (cepalo) bagi anggota masyarakat yang melanggarnya.

Seiring perkembangan zaman, Kain Tapis juga mengalami perkembangan dan perubahan baik pada aspek makna simbolis-filosofis yang terkandung dalam kain maupun pada bentuk fisik dan ragam motifnya. Perubahan makna simbolis-filosofis motif Kain Tapis merupakan perubahan hal yang paling esensial. Jika pada awalnya pembuatan motif disesuaikan dengan keperluan-keperluan adat yang spesifik atau mengungkapkan pesan-pesan tertentu, maka saat ini motif Kain Tapis hanya dilihat dari aspek keindahannya semata. Perubahan pandangan tersebut dari melihat motif Kain Tapis sebagai seperangkat simbol-simbol menjadi sekedar keindahan-keindahan merupakan akibat dari berubahnya pemaknaan dan persepsi masyarakat Lampung terhadap Kain Tapis. Kain Tapis tidak sekedar dilihat sebagai benda adat yang sakral yang terkait erat dengan adat dan kepercayaan masyarakat Lampung, tetapi juga hasil kreativitas manusia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Perubahan pandangan ini telah mereduksi Kain Tapis yang ragam motifnya mengandung makna simbolis-filosofis menjadi benda profan yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan kata lain, jika pada awalnya Kain Tapis dibuat untuk memenuhi kebutuhan adat, maka saat ini produksi Kain Tapis bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga, melindungi, dan mengembangkan Kain Tapis, di antaranya adalah mematenkan hak cipta, sosialisasi Kain Tapis, dan eksplorasi nilai ekonomis Kain Tapis.

Pertama, Mematenkan hak cipta Kain Tapis Pertama, Mematenkan hak cipta Kain Tapis. Kelalaian mematenkan hak cipta Kain Tapis tidak saja dapat menghilangkan hak ekonomi yang melekat pada kain, tetapi juga hilangnya kebanggaan masyarakat karena diklaim oleh pihak lain. Seringkali kita sangat bangga dengan banyaknya warisan budaya yang kita miliki, tetapi terkadang hak ekonominya tidak kita miliki sehingga warisan budaya tersebut tidak bisa digunakan untuk menopang kesejahteraan pemilik warisan budaya tersebut.

Kedua, Sosialisasi Kain Tapis. Ketika tulisan ini dibuat, cukup sulit untuk mencari referensi tentang Kain Tapis. Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan, hampir semua isinya sama. Minimnya referensi tentang Kain Tapis ternyata juga pararel dengan minimnya orang-orang Lampung, khususnya generasi mudanya, yang mengetahui kain ini. Beberapa orang Lampung yang penulis hubungi misalnya, hanya mengetahui bahwa Kain Tapis adalah kain tradisional Lampung. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan dan berbahaya terhadap kelangsungan eksistensi Kain Tapis. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan sosialisasi, khususnya kepada siswa-siswa sekolah. Misalnya dengan menjadikan  Kain Tapis sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal. Melalui cara ini, para siswa tidak hanya mengetahui bentuk formal (fisik) Kain Tapis, tetapi juga nilai-nilai yang dikandungnya.       

Ketiga, Agar masyarakat mempunyai ketertarikan untuk melestarikan dan mengembangkan Kain Tapis, maka keberadaan Kain Tapis harus memberikan manfaat bagi peningkatan kesehjateraan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah dan lembaga terkait harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dan memberikan kemudahan dalam bidang produksi, permodalan, distribusi, dan pemasaran.

TERIMA KASIH