KONTROL KUALITAS PRODUK & VALIDASI METODE Oleh : ANDHIKA DWI ARISTYAWAN 05131133164 / C SENIN PAGI - III
VALIDASI METODE
Validasi Metode Validasi Metode adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat penggunaannya (Effendy, 2004)
Metode analisis dapat menunjang pengembangan suatu produk obat dan juga pengembangan tersebut berperan agar metode analisis yang dilakukan selektif, sensitive dalam waktu analisis yang cepat dan biaya yang lebih murah. Beberapa alat yang digunakan dalam analisis proses produksi adalah HPLC, GC, KLT, Spektrofotometer dan lain sebagainya (USP 37, 2014).
Pengembangan produk terdiri dari tahapan-tahapan proses yang sistematis. Jika berhasil maka produk boleh dipasarkan. Namun, proses ini dapat berlangsung lama dan rumit. Sebuah industri pastinya melakukan banyak perubahan selama bertahun-tahun untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan dalam proses pengembangan produknya. (Chan, 2004).
Parameter validasi metode Parameter parameter yang dinilai pada validasi metode adalah Kecermatan (akurasi) Keseksamaan (presisi) Selektivitas (Spesifisitas) Linearitas dan rentang Batas deteksi dan batas kuantitasi Ketangguhan metode (Ruggedness) Kekuatan (Robustness) (Harmita, 2008).
Kecermatan (Accuracy) Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Konsentrasi untuk menentukan akurasi minimal adalah 3 macam konsentrasi yang masuk dalam rentang konsentrasi linieritas. Biasanya akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali (%recovery). Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi terhadap hasil dengan metode standar (cara grafik) (ICH,2005)
Kriteria penerimaan akurasi *) *) Handbook of Pharmaceutical analysis by HPLC
% Recovery yang masih dapat diterima tergantung jumlah analit dalam matriks contoh (Harmita, 2008).
Perhitungan Recovery Spiked placebo recovery % Rec = Ch/Cs x 100% Ch = kadar analit yang dihitung dari metode yang divalidasi, Cs = kadar analit teoritis 2. Standard addition method Ch = {(R2 – R1)/R1}x C % Rec = {Ch/Ca} x 100 Ch = Analit baku (SRM) yang ditambahkan pada produk jadi C = kadar analit dalam sampel produk jadi R2, R1 = respon R1 oleh sampel produk jadi, respon R2 oleh sampel yang telah ditambah analit baku Ca = kadar analit yang sebenarnya ditambahkan (Harmita, 2008).
KESEKSAMAAN (PRESISI) Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil analisis individual jika prosedur dilakukan berulang kali terhadap sampel ganda atau beberapa sampel yang homogen Presisi metode analisis dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (KV). Ada tiga jenis presisi, yaitu: repeatability (keterulangan), presisi antara dan reprodusibilitas (ketertiruan) Repeatability (keterulangan) Keterulangan adalah kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama yang dilakukan oleh satu orang analis pada waktu tertentu terhadap beberapa sampel yang sama Keterulangan diukur terhadap 6 jenis sampel dengan konsentrasi sama (100% dari konsentrasi aktual) atau 3 jenis sampel dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari konsentrasi aktual yang ditetapkan masing-masing tiga kali (triplikasi) (ICH,2005).
Presisi antara (intermediate precision) Presisi antara adalah pengukuran kinerja metode di mana sampel-sampel diuji dan dibandingkan, dilakukan oleh analis yang berbeda, menggunakan peralatan berbeda dan pada hari yang berbeda. Presisi antara tidak perlu diuji jika kajian reprodusibilitas telah dilakukan. Nama lain presisi antara adalah “Ruggedness” Reprodusibilitas (ketertiruan) Uji ketertiriuan merupakan pengujian presisi yang terakhir dan tuntas. Reprodusibilitas diuji dengan cara menyiapkansampel yang homogen dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi kolaboratif). Hasil ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan laboratorium, serta galat sistematik. Datanya diolah dengan uji ANOVA d. Presisi sistem atau instrumen Keragaman dalam pengukuran menggunakan suatu instrumen akan memberikan kontribusi pada presisi sistem. Oleh karena itu sistem yang digunakan harus diuji kesesuaiannya meliputi misalnya keterulangan penyuntikan pada Kromatografi (ICH,2005).
Kriteria penerimaan presisi *) *) Handbook of Pharmaceutical analysis by HPLC
Dasar Perhitungan Presisi Presisi dapat diperoleh dengan menggunakan sampel otentik yaitu sampel yang dibuat dengan mencampurkan analit (bahan acuan) dengan matriks atau plasebo. Parameter yang dipergunakan untuk menyatakan presisi adalah simpangan baku (SD) , simpangan baku relatif (SBR atau RSD), keofisien variasi (KV). (Harmita, 2008).
Validasi metode dapat dibagi menjadi 3, yaitu : Validasi Total (Full Validation) Validasi total penting dilakukan saat melaksanakan dan mengembangkan metode bioanalisis untuk pertama kalinya atau untuk senyawa obat baru. Validasi Partial (Partial Validation) Validasi parsial merupakan modifikasi terhadap metode bioanalisis yang telah valid. Validasi parsial dapat dilakukan mulai dari hal yang sederhana seperti akurasi dan presisi sampai dilakukan mendekati validasi total Validasi Silang (Cross Validation) Validasi silang merupakan perbandingan terhadap parameter validasi ketika 2 atau lebih metode bioanalisis digunakan. Contoh dari validasi ini dapat digambarkan sebagai situasi dimana metode bioanalisis yang telah valid dianggap sebagai referensi dan metode bioanalisis hasil revisi sebagai pembandingnya. (Food and drug administration, 2001)
ketentuan validasi metode yang ditetapkan oleh FDA (Food and drug administration, 2001), yaitu sebagai berikut: Selektivitas Selektivitas adalah ukuran kemampuan suatu metode analisis untuk memisahkan dan menganalisis kuantitatif analit dengan adanya komponen lain di dalam sampel. Untuk selektivitas, analisis terhadap matriks biologis harus dilakukan terhadap paling sedikit enam blanko yang berbeda sumber. Setiap blank sample harus diuji terhadap interferensinya, dan selektivitas harus dilakukan juga pada kadar Lower Limit of Quantification (LLOQ). Jika suatu metode digunakan untuk menganalisis kuantitatif lebih dari satu analit, setiap analit harus diuji interferensinya untuk memastikan bahwa tidak terdapat senyawa yang dapat mengganggu analisis (Food and drug administration, 2001).
Detection Limit (LOD) dan Quantitation Limit (LOQ) Detection Limit (LOD) atau batas deteksi adalah konsentrasi terendah analit yang masih dapat dideteksi di bawah kondisi analisis yang digunakan tetapi tidak bisa terukur secara kualitatif Quantitation Limit (LOQ) adalah konsentrasi terendah analit yang masih masuk ke dalam rentang akurasi dan presisi. Biasanya LOQ dapat diperoleh dari 3 kali nilai batas deteksi (LOD) (ICH, 2005).
Stabilitas Stabilitas obat di dalam cairan biologis merupakan fungsi dari kondisi penyimpanan, sifat-sifat kimia obat, matriks, dan wadah yang digunakan. Stabilitas analit di dalam matriks dan wadah yang digunakan hanya relevan pada matriks dan wadah tersebut dan tidak dapat diekstrapolasikan ke matriks dan wadah lain. Prosedur stabilitas mengevaluasi stabilitas analit selama pengumpulan dan penanganan sampel, penyimpanan jangka panjang (dengan pembekuan matriks) dan jangka pendek (pada temperatur kamar), dan setelah melewati siklus beku cair dan proses analisis (Food and drug administration, 2001).
Revalidasi Metode Metode ditemukan kurang pada beberapa parameter seperti presisi dan keseseuaian system. Hai ini adalah penting mengingat adanya degradan pada analit. Jika ditemukan pengotor yang dapat menyebabkan metode analisis yang dilakukan tidak masuk pada parameter perlu dilakukan revalidasi. (Chan, 2004). Selama optimasi formula atau proses sintesis bahan baku obat terjadi perubahan signifikan sehingga untuk memastikan metode analisis tersebut dapat menghasilkan data berbeda. (Chan, 2004).
Komposisi dan proses final dari sampel yang dianalisis mengalami perubahan seteah dioptimasi Adanya pergantian alat atau pada supplier yang menyuplai bahan tertentu. Hal ini penting karena komponen saat proses manufaktur memiliki potensi untuk menghasilkan degradan produk. (Chan, 2004).
KONTROL KUALITAS PRODUK
Pengendalian mutu suatu produk berdasarkan identitas, kemurnian dan kandungan Uji mikroskopik dan makroskopik Kemurnian Determinasi: Bahan asing Kadar abu Logam berat Cemaran mikroba dan aflatoxins Residu pestisida radioaktif Kandungan Determinasi : Air dan bahan mudah menguap Bahan yang dapat diekstraksi Minyak atsiri Tanin Swelling index Foaming index (Wickramasinghe. 2006)
Mutu suatu simplisia/ekstrak dikontrol dengan melakukan STANDARDISASI
Standardisasi Serangkaian parameter, Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat Saifudin A, et all 2011.
Standardisasi/Kontrol mutu simplisia Acuan: Materia Medika Indonesia Kebenaran jenis (identifikasi spesies tumbuhan) Parameter makroskopik: deskripsi morfologis simplisia Parameter mikroskopik: mencakup pengamatan terhadap penampang melintang simplisia atau bagian simplisia dan terhadap fragmen pengenal serbuk simplisia Reaksi identifikasi: Reaksi warna untuk memastikan identifikasi dan kemurnian simplisia (terhadap irisan/serbuk simplisia) Kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia, biologis): tidak selalu mungkin memperoleh simplisia sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah sangat kecil pada umumnya tidak merugikan Harus bebas dari serangga, fragmen hewan/kotoran hewan Tidak boleh menyimpang bau dan warnanya Tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun/berbahaya Saifudin A, et all 2011.
Aturan penstabilan: wadah, penyimpanan, trasportasi Pengawetan: Simplisia nabati boleh diawetkan dengan penambahan kloroform, karbon tetraklorida, etilenoksida atau bahan pengawet lain yang cocok, yang mudah menguap dan tidak meninggalkan sisa Wadah dan bungkus: tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan baik secara kimia/fisika, tertutup baik dan rapat. Penyimpanan: agar dihindari dari cahaya dan penyerapan air. Simplisia sebagai bahan/produk yang dikonsumsi manusia sebagai obat: Mutu, aman, manfaat Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggungjawab terhadap respon biologis: harus memiliki spesifikasi kimia yaitu informasi komposisi (jenis dan kadarnya) senyawa kandungan. Saifudin A, et all 2011.
Standardisasi ekstrak Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan monografinya (MMI) Produk ekstrak harus memenui persyaratan: Parameter standar umum Parameter standar spesifik Buku monografi Ekstrak: sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ekstrak cair: adalah sediaan dari simplisia yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Biasanya pada tiap ml ekstrak, mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat Infus: adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Saifudin A, et all 2011.
Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak Faktor Biologi: Bahan asal tumbuhan Identitas (spesies) Lokasi tumbuhan asal: lingkungan (tanah dan atmosfer), energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik) Periode pemanenan hasil tumbuhan: dimensi waktu terkait metabolisme pembentukan senyawa terkandung Penyimpanan bahan tumbuhan: berpengaruh pada stabilitas bahan (kontaminasi biotik dan abiotik) Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh proses GAP (Good Agricultural Practice) Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan. Saifudin A, et all 2011.
Faktor Kimia: Faktor internal: Faktor eksternal: Jenis senyawa aktif dalam bahan Komposisi kualitatif senyawa aktif Komposisi kuantitatif senyawa aktif Kadar total rata-rata senyawa aktif Faktor eksternal: Metode ekstraksi Perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat) Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi Kandungan logam berat Kandungan pestisida Saifudin A, et all 2011
Ditinjau dari asalnya, senyawa kimia dalam ekstrak terbagi menjadi: Mutu ekstrak berkaitan dengan senyawa kimia yang dikandung karena respon biologis yang diakibatkan oleh ekstrak disebabkan oleh senyawa kimia Ditinjau dari asalnya, senyawa kimia dalam ekstrak terbagi menjadi: Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal: senyawa yang memang sudah ada sejak masa tumbuhan tsb hidup Senyawa hasil perubahan dari senyawa asli: Dari penelitian telah diprediksi terjadinya perubahan kimia senyawa asli karena sifat fisikokimia yang labil Senyawa kontaminasi: polutan atau aditif Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau senyawa perubahan Saifudin A, et all 2011
PARAMETER NON SPESIFIK Kadar air dan Susut Pengeringan Kadar abu Sisa Pelarut Residu Pestisida Cemaran logam berat Cemaran mikroba Kadar Sari Larut Air dan Larut Etanol Saifudin A, et all 2011
PARAMETER SPESIFIK Identitas: Organoleptik Kandungan kimia Meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang digunakan dan senyawa identitas. Organoleptik Meliputi penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental, cair), warna, bau dan rasa Kandungan kimia Untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa terkandung Saifudin A, et all 2011.
DAFTAR PUSTAKA Chan, Chung Chow dkk. 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification. Kanada : John Wiley & Sons, Inc. Effendy. (2004). Kromatografi cair kinerja tinggi dalam bidang farmasi. Sumatera utara: FMIPA USU. Food and Drug Administration. (2001). Guidance for industry: bioanalytical methodvalidation.25hlm.http://www.fda.gov/downloads/DrugsGuidanceComplianc eRegulatoryInformation/Guidance/UCM070107.pdf. Harmita. (2008). Analisis fisikokimia (Hlm, 48-49). Depok: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. ICH Harmonised Tripartite Guideline. 2005. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology. Saifudin A, et all 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu, Yogyakarta. USP 37. 2014. 〈1225〉 Validation of Compendial Procedures. Wickramasinghe M. Bandaranayake. 2006. Modern Phytomedicine. Turning Medicinal Plants into Drugs.