Perkembangan Tumbuhan LUMUT (BRYOPHYTA) Kelompok 1: 1) Agus Irwansyah 2) Larasati Dwibuana Ayuningtyas 3) Matelda Natalia Manggara 4) Wehelmina Lahallo 5) Wijayanti Dwi Ningrum Kelompok 1: 1) Agus Irwansyah 2) Larasati Dwibuana Ayuningtyas 3) Matelda Natalia Manggara 4) Wehelmina Lahallo 5) Wijayanti Dwi Ningrum
Radiation of flowering plants Charophyceans (sekelompok dengan alga hijau) Bryophytes (Lumut) Tumbuhan berpembuluh tak berbiji (Pterydophyta / Paku) Gymnosperm (e.g., conifer) Angiosperms Tumbuhan berbiji pertama Tumbuhan berpembuluh pertama Tumbuhan nenek moyang 17.5 Klasifikasi Filogeni pada Tumbuhan
Keanekaragaman Bryophyta
Ciri-ciri Lumut Secara Umum Dapat berfotosintesis, merupakan tumbuhan yang eukariotik dan multiseluler. Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati (talus). Struktur tubuhnya masih sederhana sehingga tidak memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem). Lumut umumnya merupakan tumbuhan kecil, biasanya hanya beberapa mm sampai beberapa cm saja. Ukuran tinggi tubuh bervariasi. Mengalami pergiliran keturunan (dari gametofit ke sporofit) yang disebut metagenesis. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Habitatnya di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit (organisme yang hidup menempel pada tumbuhan lain). Jika pada hutan banyak pohon epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai plastida yang menghasilkan klorofil a dan b sehingga lumut bersifat autotrof. Tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (talofita) dengan tumbuhan berkormus (kormofita). Karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati. Lumut melekat dengan perantaraan rhizoid (akar semu). Rizoid berbentuk seperti benang /rambut untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air dan garam-garam mineral. Dinding sel lumut terdiri dari selulosa. Spora lumut tumbuh dan berkembang menjadi protonema (filament yang berwarna hijau) Kromosom tumbuhan lumut bersifat haploid. Batang dan daun tegak pada lumut memiliki susunan yang berbeda. Lapisan lumut yang tebal dipermukaan batang dapat membantu menangkap dan menyimpan air serta menjaga kelembaban hutan.
6 Struktur tumbuhan lumut Rhizoid (akar semu):melekat pada substrat dan mengangkut air dan zat hara ke seluruh bagian tubuh Sporangium (kotak spora) Tumbuhan lumut fase gametofit (penghasil gamet), merupakan tumbuhan lumut yang dominan Tumbuhan lumut fase sporofit (sporogonium), merupakan fase yg tidak dominan (hidup menempel pada gametofit) 6
Reproduksi Perkembangbiakannya : dapat melalui vegetatif dan generatif Secara vegetatif, yaitu melalui pembentukan spora yang dibentuk dalam sporangium Dari spora akan tumbuh individu baru Secara generatif, yaitu melalui peleburan gamet-gamet Gamet dibentuk dalam gametangium Baik Sporangium maupun gametangium hanya terdiri dari satu sel saja Perkembangan pada lumut melalui pergiliran sistem reproduksi dari aseksual dan seksual : METAGENESIS
17.6 Pergiliran Keturunan / Metagenesis Tumbuhan Lumut Meliputi: 1) Fase gametofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Sel kelamin dihasilkan di bagian atas tumbuhan lumut pada struktur bernama gametangium. Bila gametangium menghasilkan sel spermatozoid maka gametangium di sebut Anteridium Dan bila gametangiun menghasilkan sel ovum, maka gametangium di sebut Arkegonium 2) Fase sporofit : fase tumbuhan lumut yang menghasilkan spora Arkegonium dengan ovum (n) Sperm (n) dikeluarkan Dari Anteredium
Menurut letak gametangia, lumut dibedakan menjadi : 1.HOMOTALUS (berumah satu) jika anteridium dan arkegoniumnya berada pada satu talus (satu individu) 2.HETEROTALUS (berumah dua) jika pada satu talus (individu) hanya memiliki arkegonium saja atau anteridium saja
Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut perut, dengan bagian sempit leher. Baik bagian perut maupun bagian leher mempunyai dinding yang terdiri atas selapis sel. Dalam bagian perut terdapat satu sel pusat yang besar, yang sebelum arkegonium masak (siap untuk dibuahi) membela menjadi sel telur dan satu sel yang terdapat pada pangkal leher dan dinamakan sel saluran perut.
Mikrogametangium (anteridium) adalah gametangium jantanyang berbentuk bulat atau seperti ganda. Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri atas selapis sel-sel mandul baik lumut yang masih hidup di air atau dekat dengan air, maupun yang betul-betul telah merupakan tumbuhan darat, untuk terselenggaranya pembuahan memerlukan air, karena tanpa air spermatozoid tak dapat bergerak. Pada Bryophyta embrio itu tumbuh menjadi satu badan kecil yang akan menghasilkan spora, yaitu sporongium. Sporongium tidak merupakan suatu tumbuhan yang terpisah, melainkan tetap pada induknya dan seakan- akan menjadi parasit pada tumbuhan induknya. Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut spora yang kecil dan haploid berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema.
Protonema Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, ada pula yang tetap kecil. Pada protonema ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran- lembaran daun (pada Hepaticopsida) atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun- daunnya (pada Musci), tetapi padanya belum terdapat aakr yang sesungguhnya, melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan lumut inilah dibentuk gametangium. Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spriral atau alat pembuka gabus tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu istirahat dulu, tetapi terus berkembang menjadi embrio yang diploid.
Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang yang dinamakan sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Jaringan dalam kapsul spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dengan membelah reduksi terjadilah empat spora yang berkelompok merupakan tetrade. Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya, akan tubuh lumut yang berumah satu atau berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari kapsul spora.
Dinding spora terdiri atas dua lapisan, yang luar kuat disebut eksosporium, dan yang dalam lunak disebut endosporium. Jika spora berkecambah eksosporium pecah. Selain pembiakan dengan spora, pada lumut terdapat pula pembiakan vegetatif dengan kuncup enam, yang terjadi dengan bermacam-macam cara pada protonema, talus, atau bagian-bagian lain pada tubuh lumut.
PERGILIRAN KETURUNAN (METEGENESIS) PADA TUMBUHAN LUMUT: 1.Spora lumut jatuh pada tempat yang cocok yang akan berkecambah dan terjadi pembelahan secara mitosis, kemudian tumbuh menjadi protonema. 2.Protonema akan tumbuh menjadi tumbuhan lumut bergametofit jantan dan betina. 3.Tumbuhan lumut dewasa akan menghasilkan sel kelamin yaitu jantan (antheridium) dan betina (arkegonium) 4.Antheredium menghasilkan spermatozoid berflagel sedangkan arkegonium menghasilkan ovum. 5.Dari hasil fertilisasi atau pembuahan antara spermatozoid dengan ovum disebut dengan zigot 6.Zigot akan tumbuhan menjadi sporogonium 7.Sporogonium dewasa akan menghasilkan spora dalam bentuk sporangium (kotak spora) 8.Sporogonium disebut sporofit dan tumbuhan lumut disebut gametofit.
SIKLUS HIDUP LUMUT o Dalam daur hidupnya lumut menunjukan adanya pergiliran keturunan yang jelas. Dari spora tumbuh protonema dan seterusnya tumbuh tumbuhan lumut yang menghasilkan anteridium dan arkegonium. o Protonema dan lumutnya sendiri adalah gametofit dan merupakan fase perkembangan yang haploid. Dari sel telur yang telah dibuahi tumbuh sporofit, yang pada lumut berupa sporogonium dan merupakan fase perkembangan yang diploid. o Sporofit tidak hidup tersendiri, melainkan selama hidupnya tetap tinggal dan mendapatkan makanannya dari gametofitnya.
o Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik. o Yang dimaksud diplobiontik adalah suatu siklus hidup dimana individu penghasil gamet (gametofit) yang bersifat haploid dan individu penghasil spora (sporofit) yang bersifat diploid. Gamet-gamet yang dihasilkan dapat menyatu membentuk zigot yang tidak mengalami masa dormansi. Zigot ini kemudian tumbuh menjadi sporofit yang bersifat diploid. Dalam hal ini, meiosis terjadi pada saat pembentukan spora (sporogenesis), Spora yang dihasilkan bersifat haploid dan kemudian berkembang menjadi gametofit. Baik sporofit maupun gametofit masing-masing dapat memperbanyak dirinya dengan cara aseksual. Dikatakan isomorfik bilamana gametofit dan sporofit memiliki kesamaan bentuk, sedangkan disebut heteromorfik bilamana gametofit dan sporofit masing-masing bentuknya berbeda. o Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit dan sporofit. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase sporofitnya. o Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari. Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan menghasilkan spora.
Figure 29.8 Siklus Hidup Polytrichum (layer 1) Gametofit jantan Tetesan hujan Sperma Key Haploid (n) Diploid (2n) Antheridium Gametofit betina Ovum Arkegonium FERTILISASI (Di dalam arkegonium) Zygot Arkegonium Gametophore
Sporofit dewasa Sporofit muda Gametofit jantan Tetesan hujan Sperma Key Haploid (n) Diploid (2n) Antheridium Gametofit betina Ovum Arkegonium FERTILISASI (Di dalam arkegonium) Zygot Arkegonium Embryo Gametofit betina Gametophore Kapsul (sporangium) Seta Kaliptra Figure 29.8 Siklus Hidup Polytrichum (layer 2)
Mature sporophytes Sporofit muda Gametofit jantan Tetesan hujan Sperma Key Haploid (n) Diploid (2n) Antheridium Gametofit betina Ovum Arkegonium FERTILISASI (Di dalam arkegonium) Zygot Arkegonium Embryo Gametofit betina Gametophore Kapsul (sporangium) Seta Peristom Spora Protonemata “Tunas” MEIOSIS Sporangium Kaliptra Kapsul dgn peristom (LM) Rhizoid Sporofit dewasa Figure 29.8 Siklus Hidup Polytrichum (layer 3)
Klasifikasi Bryophyta Lumut (Bryophyta) diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu : 1)Lumut daun (Bryopsida) 2)Lumut hati (Hepaticopsida) 3)Lumut tanduk (Anthocerotopsida)
1. Kelas Bryopsida (Lumut Daun)
Ciri-ciri Umum Bryopsida (Lumut Daun) Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Protonema berbentuk daun kecil, tiap protonema hanya akan membentuk gametafora. Gametafora terdiri dari batang – batang yang bercabang. Sporongium mempunyai kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul.
Struktur tubuh lumut daun (bagian Sporangium) Sporofit terdiri dari: Vaginula: selubung pangkal tangkai sporogonium yg berasal dari dinding arkegonium Seta: tangkai sporogonium Sporangium Kaliptra: penutup/tudung sporangium yang masih muda Gigi peristom: mengatur pengeluaran spora Operculum:penutup sporangium yg masak Annulus: tepi operculum berbentuk cincin Vaginula
(Gametofit) Arkegonium Lumut Daun
Anteridium Lumut Daun
Protonema Lumut Daun
Sperm (n) (dikeluarkan dari Anteredium) Arkegonium dengan ovum (n) Ovum Fertilisasi Zygot (2n) Mitosis dan pertumbuhan Sporofit (tumbuh berasal dari gametofit) HAPLOID DIPLOID Gametofit (n) Kapsul Seta Meiosis Spora (n) Mitosis dan pertumbuhan Gametofit (n) Pergiliran Keturunan / Metagenesis Tumbuhan Lumut
PROSES PERKEMBANGAN LUMUT DAUN Lumut yang berumah satu : Spora berkecambah; merupakan protonema yang terdiri dari benang- benang berwarna hijau bersifat fototrop positif, banyak cabang-cabang seperti hifa, kemudian di sisi lain mengeluarkan rizoid-rizoid tidak berwarna dan bersekat-sekat dan bersifat fototrop negatif yang percabangannya menuju ke bawah (tanah) Rhizoid terbentuk pada awal pembelahan spora, tumbuh di pinggir yang tidak kena cahaya Dengan bantuan cahaya, pada protonema tumbuh kuncup (gemma cup), yaitu berupa tonjolan ke samping pada sel-sel bawah dari cabang protonema, setelah kuncup membentuk 1-2 sel tangkai, ujungnya membentuk piramid yang bersekat (membentuk segmen) dan merupakan bagian yang meristematik Segmen-segmen dapat memisah, setiap kali memisahkan segmen, maka tumbuh berupa sel-sel anakan baru yang akan membentuk individu tumbuhan lumut yang baru. Kuncup-kuncup sering membentuk rumpun namun masih dapat dibedakan antara bentuk batang, daun dan rizoid. Alat reproduksi terkumpul di ujung cabang-cabang yang dikelilingi daun-daun yang letaknya paling atas bersifat hemaprodit
Lumut yang berumah dua : Adanya anteridium dan arkegonium. Perkembangan anteridium, sel pemulanya berupa pasak, segmen yang dipisahkan segera membelah menjadi sel-sel yang letaknya dipinggir dan membentuk jaringan spermatogen Perkembangan arkegonium, mula-mula sejalan dengan anteridium, tetapi kemudian ujung selnya berubah dengan munculnya dinding pemisah secara periklinal, membentuk tiga sel dipinggir dan satu sel ditengah berbentuk tetraeder yang kemudian akan membentuk sekat melintang dan terbentuklah sel telur beserta saluran-saluran selnya.
Pematangan anteridium ditandai dengan terbukanya sel tutup diujung, berlendir, mengembang, kemudian pecah, demikian juga pada arkegonium. Pematangan arkegonium sama seperti anteridium, yaitu dinding tepinya terbuka, membengkok keluar dan membentuk corong atau robek menjadi empat bagian yang masing-masing menggulung keluar dan terjadilah pembuahan. Setelah pembuahan terbentuk zigot yang berbentuk sekat- sekat melintang dan berkembang menjadi embrio yang bentuknya memanjang terdiri dari sel-sel memanjang juga. Sel yang berada diujung akan membentuk sekat-sekat baru membentuk sel pemula untuk membentuk pasak. Sel pasak bersegmen kekiri dan kekanan, mengadakan pembelahan membentuk spora.
Contoh lumut daun adalah Sphagnum sp. Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja. Arkespora pada Sphagnum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium. Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporogonium dengan kakinya akan melebar dan merupakan haustorium terdapat dalam suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan kaki lalu memanjang seperti tangkai dan dinamakan pseudopodium.
2. Kelas Hepaticopsida / Lumut Hati
Lumut Hati (Hepaticopsida) Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tepat yang amat kering, isalnya pada kulit-kulit pohon, diatas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu yang tidak tergolong dalam marga cryptothallud dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut hati kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kupulan tetes-tetes minyak atsiri.
Hepaticeae (lumut hati) Ciri-ciri: Berbentuk lembaran (talus) Tidak dapat dibedakan akar, batang, dan daun Mempunyai rhizoid Habitat tempat lembab Reproduksi vegetatif : kuncup/gemma Reproduksi generatif: membentuk anteridium penghasil sperma dan arkegonium penghasil ovum Berumah dua Marchantia polymorpha
Aseksual ▫Gemma cup (kuncup): berbentuk mangkok, mengandung kumpulan lumut kecil, dapat lepas dan tersebar oleh air menjadi lumut baru, contoh: Marchantia sp. ▫Apabila terjadi persatuan antara gamet jantan dan gamet betina maka akan terjadi sporofit yang akan membentuk banyak spora. Reproduksi Lumut Hati Marchantia sp. a liverwort, showing gemma cups
Seksual ▫jantan (anteridium) spermatozoid ▫betina (arkegonium) ovum Reproduksi Anteridium (seperti cawan) Arkegonium (seperti payung)
Siklus Hidup Lumut Hati Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun yaitu dengan fase haploid dan diploid. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit.
Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan yang mengandung spermatozoit terlempar dari anteridiofor ke arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang memudahkan tergelincirnya spermatozoit masuk kedalam arkegonium. Setelah selesai pebuahan, zigot berkembang menjadi embrio yang terdiri atas banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium bertangkai pendek, kecil, berbentuk jorong, dan berwarna hijau.
Anteridium dan Arkegonium
Embriogenesis Contoh dari lumut hati adalah Marchantia sp. Gametangium marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak. Bagian bawah cabang talus ini tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam gulungan itu terdapat suatu saluran dengan benang- benang rizoid. Bagian atas cabang yang berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu, hingga akhirnya membentuk suatu badan seperti suatu bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi marchatiales berumah dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor, pendukung arkegonium disebut arkegoniofor.
Marchantia polymorpha
3. Anthocerotaceae (lumut tanduk) Anthoceros laevis
Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) Tempat hidup : Dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali di sepanjang selokan, di tepi jalan yang basah atau lembab. Susunan tubuh : Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantaraan rizoid. Susunan talusnya masih sederhana sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal. Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang antara 5 sampai 6 cm. Pangkal sporofit dibungkus dengan selubung dari jaringan gametofit.
Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya. Gametofit berupa talus yang sederhana, yaitu berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, dorsiventral, tidak ada rusuk tengah dan tidak ada percabangan menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan perantara rizoid. Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang berlekuk, berbentuk lembaran Sporongium terdiri atas kaki dan kapsul saja Rizoid berada pada bagian ventral. Pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini masih berkerabat paling dekat dengan tanaman berpembuluh dibanding kelas lain pada tumbuhan lumut. Struktur anatomi talus (gametofit) homogen, tiap sel mengandung satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar. Pada sisi ventral dari talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Ciri-ciri Umum Lumut Tanduk
Spogoronium terdiri atas kaki dan kapsul (tidak ada seta), dinding sporogonium termasuk epidermis terdiri atas sel-sel yang mengandung kloroplas dan sel-sel epidermis yang mempunyai stomata. Kapsul spora berbentuk seperti tanduk, jika masak dapat pecah dengan arah membujur seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas sel-sel steril dinamakan kolumela. Arkespora selain membentuk spora juga membentuk sel-sel steril yang dinamakan pseudoelatera. Habitatnya didaerah yang mempunyai kelembapan yang tinggi. contoh : Anthoceros leavis
Cara Berkembang Biak Lumut Tanduk Pada kelas ini dijumpai cara berkembang biak secara aseksual dan seksual seperti pada umut hati, yaitu : 1. Perkembangbiakan secara aseksual Fragmentasi dan pembentukan kuncup (gemma)
2.Perkembangbiakan secara seksual Dengan membentuk arteridium dan arkegonium. Anteridium dan Arkegonium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi 2 sel dengan satu dinding pisah melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian bawah yang membelah secara terus-menerus membentuk kaki sporogonium, sporogonium kaki berfungsi sebagai alat penghisap.
Sporofit Pada Antheroceropsida / Lumut Tanduk Di dalam “tanduk” dihasilkan spora
Siklus Hidup Lumut Tanduk Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkegonium. Anteridium dan arkegonium terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogonium yang diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap. Bila sporogonium masak maka akan pecah seperti buah polongan, dan menghasilkan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Sel-sel mandul ini diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
Embriogenesis Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoleh, biasanya melekat pada tanah dengan perantaraan rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu hampir kemudian selalu terisi dengan lendir. Zigot mula- mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pemisah melintang. Sel yng diatas terus membelah-belah dan merupakan sporagonium yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang menyusun kaki sporogonium berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamak anelatera. Dinding sporogonium mempunyai stoma dengan dua sel penutup, dan selain itu sel-selnya mengandung kloroplas.
Peranan Lumut Dalam Kehidupan Sehari-hari Sphagnum komponen utama bahan bakar dan dapat juga sebagai bahan dasar pembalut luka. Marchantia digunakan sebagai indikator daerah yang lembab dan sebagai obat penyakit hati Lumut berfungsi menyerap air sehingga mengurangi kemungkinan banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusin kemarau Lumut gambut di rawa digunakan pupuk penyubur tanah Lumut bersama dengan algae membentuk liken (lumut kerak) yang merupakan tumbuhan pionir bagi tempat yang gersang.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH