PRAKTIK KERJA MANAJEMEN PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DI PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL Oleh : Yoanes Krisostomos Nargy Justra Septarisco
Pelaksanaan Magang Mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam perencanaan dan pengoperasian produksi. Tujuan Magang Dilaksanakan pada tanggal 25 April 2017 sampai dengan tanggal 6 Juli 2017 Tempat: Pabrik Gula Madukismo Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode pelaksanaan magang: Wawancara dan pencatatan ketika praktik kerja
Hasil dan Pembahasan Profil perusahaan: Berdiri sejak tahun 1958 statusnya sekarang yaitu Perseroan Terbatas Madubaru kepemilikan saham 65% dimiliki Sri Sultan Hamengku Bowono IX dan 35% oleh pemerintah Republik Indonesia. Produksi: ton per tahun Kapasitas gudang: Ku atau 7000 ton Disain Produk:
Layout Perusahaan
Proses Produksi Gula dari Tebu Prosesnya langsung memotong proses ke stasiun putaran gula A Proses Produksi Gula dari Raw Sugar Stasiun timbangan Stasiun Gilingan Stasiun Pemurnian Stasun Evaporasi Stasiun masakan/kritalisasi Stasiun Putaran Stasiun Penyelesaian
Stasiun timbangan Timbangan Bruto Emplacement Timbangan neto Pembongkaran Pengangkutan menggunakan lokomotif
Stasiun Gilingan Pengangkatan tebu ke meja tebu Alat Unigator
Stasiun Pemurnian Proses defekasi dan sulfitasi Proses Pengendapan Pemisahan nira dan blotong Pengangkutan blotong Bak Pasir
Stasiun Evaporasi Nira murni yang masih mengandung air akan diuapkan melewati pan evaporasi secara berurutan. Hasil dari proses ini yaitu nira kental dan air kondensat
Stasiun masakan/kristalisasi Semakin kecil kristal maka waktu yang dibutuhkan semakin lama
Stasiun Putaran Putaran kontinyu Putaran Gula A dan SHS
Stasiun Penyelesaian Encek – encek / Talang getar Penimbangan manual dan penjahitan Pengangkutan dan penataan sementara Gula yang sudah tertata
Packing Manual Packing Otomatis Penatan di karung 25 Kg
Manajemen SDM Peraturan wajib menggunakan atribut keselamatan Absensi Pergantian shift Pengawasan Manajemen Kualitas Peletakan standar - standar perusahaan pada setiap proses produksi Menggunakan analisis laboratorium Pengecekan manual menggunakan kaca Manajemen perawatan alat dan mesin Memonitor alat dan mesin yang rusak dan langsung memperbaiki
Permasalahan 1. Permasalahan belum siapnya ketel uap. 2. Beberapa tenaga kerja ada yang sudah tua dan sudah tidak layak bekerja sehingga terkadang tidak dapat memenuhi kontrak kerja yang disepakati. 3. Terdapat beberapa kerusakan alat yang menghambat kinerja contohnya alat angkut dan sealer di bagian pemasaran gula produk. Upaya pencegahan: 1. Dilakukan uji ketel berulang kali. 2. Segera melakukan perekrutan tenaga kerja yang masih muda dan masih memiliki fisik yang kuat. 2. Menggunakan alat pengganti sementara.
Kesimpulan 1. Perencanaan produksi PG. Madukismo meliputi perencanaan bahan baku tebu oleh bagian tanaman, perencanaan bahan baku tambahan oleh gudang pembelian berkoordinasi dengan pabrikasi, dan perencanaan mesin oleh bagian instalasi dengan prioritas pada stasiun ketel. 2. Pengoperasian produksi di PG. Madukismo terdiri dari proses produksi gula dari tebu dan proses produksi dari raw sugar. Manajemen SDM yang dilakukan yaitu adanya standar keselamatan kerja, pergantian shift dan pengawasan karyawan. Manajemen kualitas dilakukan dengan cara memberikan standar – standar yang sudah terpasang pada tiap – tiap proses, melibatkan laboratorium dan juga secara visual. Manajemen perawatan mesin yang dilakukan saat proses produksi yaitu dengan cara memonitor alat yang bermasalah dan langsung memperbaiki yang dilakukan oleh bagian instalasi.
3. Peserta magang mendapatkan keterampilan dalam packing di gudang gula A (50kg), penataan di gudang gula A, packing manual di gudang gula produk dan bongkar muat gula untuk didistribusikan. Saran 1. Sebaiknya memberi batasan umur minimal dan maksimal terhadap tenaga kerja dan beban kerja juga disesuaikan dengan kondisi fisik sehingga di perjalanan tidak ada yang memutuskan kontrak kerja. Tenaga kerja juga perlu diberi pelatihan supaya dalam bekerja memiliki keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Mesin – mesin yang berdampak pada menurunnya produksi sebaiknya diberi prioritas untuk perbaikan atau penggantian.