Bab.4 KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA Kelompok 4. X-6 Nama Anggota : 1. Firizki Rahayu Maharani 2. Febri Nuryadi 3. Fredrik Ariel.O 4. Erlando 5. Widya Andini
A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan 1. Lingkungan alam kehidupan Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia masih bergantung pada apa yang disediakan oleh alam dan juga manusia tinggal di alam terbuka seperti: hutan, tepi sungai, gunung, dan lembah. Disamping itu, lingkungan alamnya masih belum stabil dan masih liar 2. Kehidupan social Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka telah mengenal kehidupan kelompok, untuk memenuhi kebutuhannya mereka hidup berpindah- pindah. Hubungan antar kelompok juga sangat erat masing-masing kelompok memiliki pemimpin yang sangat di taati dan dihormati. Sehingga, pada masa ini telah terlihat adanya tanda-tanda kehidupan social dalam suatu kelompok masyarakat walau tingkatannya masih sederhana.
3. Kehidupan budaya Di sini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dll. Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat tersebut adalah manusia pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi paleolitikum(batu tua). Benda-benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah : Kapak perimbas, Kapak penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, dan alat- alat dari tulang. 4.Kehidupan ekonomi masyarakat Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan ini, mereka memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup dari apa yang telah tersedia dalam hutan. Jika persediaan di hutan habis, mereka akan pindah untuk menemukan daerah yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
5.Kehidupan kepercayaan masyarakat Penemuan kuburan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan menunjukan bahwa masyarakat pada masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Dengan penguburan orang yang telah meninggal maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah diyakini.
B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam 1.Lingkungan alam kehidupan Disini kemampuan berfikir manusia semakin berkembang, manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam. Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal manusia adalah berhuma yaitu teknik bercocok tanam dengan cara menbersihkan hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Namun, dalam perkembangan berikutnya manusia memikirkan untuk hidup menetap. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah persawahan. Itu merupakan titik awal dari perkembangan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan kehidupan menetap ini akal pikiran manusia sudah berkembang dan mengerti akan perubahan hidup yang terjadi.
2.Kehidupan social Kehidupan pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masyarakatnya memiliki tempat tinggal yang tetap. agar hubungan antar manusia didalam kelompok masyarakat semakin erat, Mereka juga memiliki cara bekerja yang gotong-royong. Cara hidup gotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakan yang bersifat agraris. Dalam perkembangannya, pola hidup menetap telah membuat hubungan social masyarakat terjalin dan terorganisasi dengan lebih baik. 3.Kehidupan ekonomi Pada masa kehidupan bercocok tanam kehidupan manusia semakin bertambah. Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan sesama anggota masyarakat, dengan cara memenuhi kebutuhannya masing-masing dengan pertukaran barang dan barang (barter). Yang menjadi awal munculnya system perdagangan atau system perekonomian dalam masyarakat.
4.System kepercayaan masyarakat Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga telah mempunyai konsep dengan apa yang terjadi dengan seorang yang telah meninggal. Bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, hingga sewaktu- waktu dapat dipanggil untuk diminta bantuannya. Inti kepercayaan ini berkembang dari zaman ke zaman. Penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang merupakan suatu kepercayaan yang berkembang di seluruh dunia. 5.Kehidupan budaya Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam semakin bertambah pesat, karena manusia mulai dapat mengambangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik. Hasil- hasil kebudayaan masyarakat pada zaman bercocok tanam adalah:beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, dan gerabah.
6. Perhiasan Pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam telah dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan-bahan yang digunakan seperti; tanah liat,batu kalsedon Yaspur dan agat. Di samping itu, juga berkembang kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau kebudayaan megalitikum. Bangunan- bangunan megalitikum ini dibangun berdasarkan kepercayaan tentang adanya hubungan antara alam fana dengan alam baka.
Bangunan megalitikum diantaranya : ≈ Menhir = tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. ≈ Waruga= kubur batu yang berbentuk kubus/ bulat. ≈ Dolmen= meja batu tempat sesaji untu roh nenek moyang. ≈ Punden berundak-undak= bangunan suci tempat pemujaan roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat- tingkat. ≈ Sarkofagus= peti jenazah yang terbuat dari batu bulat(batu tunggal). ≈ Kubur batu= peti jenazah yang terbuat dari batu pipih. ≈ Arca
C. Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia 1.Keadaan alam lingkungan kehidupan manusia Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi, meski masih terbatas pada upaya- upaya untuk memenuhi peralatan- peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam aktivitas kehidupannya. Itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan mereka. Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal benda atau peralatan dari logam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir teknologi manusia juga berkembang.
2. Kehidupan social ekonomi masyarakat Kehidupan pada masa manusia telah mengenal logam disebut masa perundagian. Itu menjadi dasar tumbuh kembangnya kerajaan di Indonesia seperti ; kerajaan kutai, tarumanegara, sriwijaya, mataram dan kerajaan lainnya. Berbagai macam bentuk benda yang memiliki nilai seni dan benda-benda upacara menunjukan masyarakat pada masa itu sudah memiliki selera yang tinggi dan sudah hidup teratur serta makmur. Pada masa ini perdagangan / perekonomian masyarakat terus meningkat dengan pesat. Kegiatan perdagangan dan perekonomian ini kemudian menjadi dasar perkembangan perdagangan bangsa Indonesia pada masa selanjutnya. 3.Kehidupan budaya masyarakat Peninggalan budaya masyarakat Indonesia merupakan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang tumbuh dan berkembang. Diantaranya: Nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan perhiasan.
D. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia 1.Kepercayaan terhadap roh nenek moyang Perkembangan kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka selalu hidup berpindah- pindah dan biasanya pada goa-goa. Di goa ini biasanya ditemukan tulang belulang manusia yang telah dikuburkan di dalam gua tersebut. Dari penelitian itu dapat disimpulkan orang sudah memiliki pandangan tertentu terhadap kematian. diketahui bahwa masyarakat pada masa itu sudah menghormati orang yang sudah meninggal. Di samping itu, ditemukan pula bekal kubur, sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sebelum masuknya pengaruh hindu budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang.
2.Kepercayaan bersifat Animisme Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh/ jiwa. Awalnya didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, muncul suatu kepercayaan ditengah-tengah masyarakat terhadap benda pustaka yang dipandang memiliki roh/ jiwa. Sehingga, kepercayaan ini terus berkembang dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. 3.Kepercayaan bersifat Dinamisme Dinamisme merupakan suatu kepercayaan dimana setiap benda memiliki kekuatan gaib.perkembangannya didasari oleh suatu pengalaman dari masyarakat bersangkutan. Pengalaman ini terus berkembang turun-temurun dari generasi ke generasi hingga sekarang ini. Misalnya, sebuah batu cincin dipandang mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan. Sehingga apabila cincin itu dipakai lawan tidak sanggup menghadapinya. Kepercayaan ini mengalami perkembangan, dan hingga sekarang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat.
4. Kepercayaan bersifat Monoisme Monoisme adalah kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa. Karena manusia percaya bahwa tuhan yang maha esa adalah pencipta alam beserta isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam semesta agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, atau menjaga keseimbangan alam semesta agar dapat menjadi tumpuan hidup manusia.