Competence and Commitment

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSEP DAN PERAN PERILAKU ORGANISASIONAL
Advertisements

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen
MEMPERBAIKI PRESTASI KERJA DENGAN UMPAN BALIK & PENGHARGAAN
MEMPERBAIKI PRESTASI KERJA
BAB ORIENTASI KONSEP PPO
DASAR-DASAR MANAJEMEN DAN BISNIS
Perbedaan Individu dan Prilaku Kerja
Perilaku organisasi sebagai variabel dependen
FAKTOR INDIVIDU DALAM ORGANISASI
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
PSIKOLOGI PERSONEL (PSIKOLOGI SDM) MSDM.
PERAN PENGAWAS DALAM MEMOTIVASI KERJA KEPALA DAN GURU TAMAN KANAK-KANAK SRAGAN Oleh: Suyatminah Kulsum Nur Hayati.
PERILAKU ORGANISASI POSITIP
MENGELOLA PERBEDAAN “MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN”
DeSAIN OrgANISASI & SDM Perencanaan SDM II (lanjutan)
DeSAIN OrgANISASI & SDM Perencanaan SDM II (lanjutan)
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
BAB ORIENTASI KONSEP PPO
APA ITU KEPRIBADIAN? KEPRIBADIAN CIRI KEPRIBADIAN
DIRI, KONSEP DIRI, dan PENYESUIAN DIRI
BAB I PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
STUDI PERILAKU ORGANISASI
KOMPETENSI.
Bab 11 KOMITMEN ORGANISASI
Model perilaku organisasi
Perasaan terhadap Pekerjaan, Organisasi dan Orang
KONSEP DASAR, PRILAKU DALAM BERORGANISASI
APA ITU KEPRIBADIAN? KEPRIBADIAN CIRI KEPRIBADIAN
Apakah Struktur Organisasi itu?
DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI
PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
COMPETENCIES AND COMITMENT IN ORGANIZATIONAL
BUDAYA PELAYANAN Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH.
MOTIVASI KERJA.
Persepsi Benda dan Persepsi Sosial
sikap & kepuasan kerja Kelompok 1 Dian Purnama Yuliantini
KOMPETENSI Reny Yuniasanti, M.Psi.
PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI DASAR – DASAR PERILAKU INDIVIDUAL
1. Mengenal karakteristik peserta didik
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
EVALUASI KINERJA dan MANAJER SUMBER DAYA MANUSIA PROFESIONAL
BAB ORIENTASI KONSEP PPO
ETOS KERJA, KOMITMEN KERJA DAN KEPUASAN KERJA
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
Kompetensi Desi Susianti, S.Psi., M.Si.
Minggu 1 & 2 Lia Aulia Fachrial, S. Psi., M. Si
Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi & Profesional
BUDAYA DAN ETIKA Perubahan lingkungan semakin turbulen, sistem dan subsitem organisasi menjadi makin terbuka dan tingkat persaingan semakin ketat dan.
MEMPERBAIKI PRESTASI KERJA
Studi Dalam Berorganisasi
PERBEDAAN INDIVIDU Nataya Charoonsri R.
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
PERILAKU ORGANISASI Bab i.
DASAR-DASAR PRILAKU KELOMPOK
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAPORGANISASI
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA
Kompetensi Annisa Julianti.
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
Mengapa Manajer perlu memahami PO ?
PSIKOLOGI PERSONEL (PSIKOLOGI SDM) MSDM.
FILOSOFI PEMBELAJARAN
Motivasi dan Kepuasan Kerja
MEMPERBAIKI PRESTASI KERJA DENGAN UMPAN BALIK & PENGHARGAAN
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
Model perilaku organisasi
Peranan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK)
APA ITU PENELITIAN (RESEARCH)????? SUATU USAHA UNTUK MENEMUKAN SUATU HAL (PENGETAHUAN) MENURUT METODE ILMIAH (sasaran, usaha, metode ilmiah) PENGETAHUAN.
Transcript presentasi:

Competence and Commitment Disajikan oleh : Djoko Djauhari dan Oman Sukirman Competence and Commitment

DEFINISI DAN KONSEP

KOMPETENSI Kompetensi adalah karakteristik yang dimiliki seorang pekerja atau individu yang membuat dirinya menunjukkan kinerja (performance) sesuai dengan ekspektasi pemberi kerja dan membedakannya dengan pekerja atau individu yang lain. Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dan stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang bersangkutan, di tempat kerja atau dalam berbagai situasi. Untuk itu kompetensi seseorang mengindikasikan kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang cukup konsisten untuk suatu perioda waktu yang cukup panjang, dan bukan hal yang kebetulan semata. Kompetensi memiliki persyaratan yang dapat menduga yang secara empiris terbukti merupakan penyebab suatu keberhasilan.

KOMITMEN Komitmen pekerja adalah sebuah penentu atau pembeda adanya pekerja yang dalam posisi sama dan pekerjaan sama namun menunjukkan hasil kerja yang berbeda-beda. Komitmen adalah sebuah sikap. Sikap keutamaan yang meletakkan apa yang diyakini sebagai baik akan ditekuni dengan sepenuh hati, sekuat budi, dan segenap tenaga. Terdapat korelasi yang amat positif dan signifikan antara komitmen dan performance. Seorang pekerja yang memiliki komitmen akan memberikan unjuk kerja yang outstanding. Sebaliknya, pekerja yang tidak memiliki komitmen akan menjadi pekerja yang performancenya poor. Suatu ketika ada seorang pekerja yang pintar namun orang yang pintar itu tidak menunjukkan kepintarannya dalam bekerja, mengapa? Karena komitmen tidak ada. Tidak ada passion, tidak ada gairah, apalagi determinasi. Orang yang senang dengan pekerjaan maka akan mau dan berusaha mampu untuk mendeliver hasil kerja. Komitmen yang hendaknya diperjuangkan adalah komitmen pada perusahaan, komitmen pada profesi, dan komitmen pada pekerjaan.

INDIKATOR KOMPETENSI DAN KOMITMEN

MODEL KOMPETENSI DAN KOMITMEN Indikator Affective commitment Indikator Continuance commitment Indikator Normative commitment kompetensi profesi kompetensi individu kompetensi sosial Emosional Kerugian Kompetensi profesi merupakan kemampuan untuk menguasai keterampilan/keahlian pada bidang tertentu, se-hingga tenaga kerja mampu bekerja dengan tepat, cepat, teratur dan bertanggung jawab. Kompetensi individu, merupakan kemampuan yang diarahkan pada keunggulan tenaga kerja, baik penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) maupun daya saing kemampuannya. Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang diarahkan pada kemampuan tenaga kerja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment yang lebih rendah. Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam organisasi. Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. continuance commitment tidak berhubungan atau memiliki hubungan yang negatif pada kehadiran anggota organisasi atau indikator hasil pekerjaan selanjutnya, kecuali dalam kasus-kasus di mana job retention jelas sekali mempengaruhi hasil pekerjaan. Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. adanya normative commitment diharapkan memiliki hubungan yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan, seperti job performance, work attendance, dan organizational citizenship. Normative commitment akan berdampak kuat pada suasana pekerjaan Suasana

INDIKATOR KOMITMEN Indikator Affective commitment Indikator Continuance commitment Indikator Normative commitment Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment yang lebih rendah. Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam organisasi. Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. continuance commitment tidak berhubungan atau memiliki hubungan yang negatif pada kehadiran anggota organisasi atau indikator hasil pekerjaan selanjutnya, kecuali dalam kasus-kasus di mana job retention jelas sekali mempengaruhi hasil pekerjaan. Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. adanya normative commitment diharapkan memiliki hubungan yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan, seperti job performance, work attendance, dan organizational citizenship. Normative commitment akan berdampak kuat pada suasana pekerjaan

STANDAR KOMPETENSI Keterampilan Pengetahuan Sikap Keterampilan, yaitu kemampuan untuk menunjukkan tugas pada tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus dengan kegiatan yang paling sedikit; Pengetahuan, yakni fakta dan angka dibalik aspek teknis; Sikap, yakni kesan yang ditunjukkan kepada pelanggan dan orang lain bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan bekerja.

KEBUTUHAN KOMPETENSI MASA DEPAN Tingkat Eksekutif Tingkat Manajer Tingkat Karyawan Pada tingkat eksekutif diperlukan kompetensi tentang (1) strategic thinking; (2) change leadership; dan (3) relationship management. Pada tingkat manajer, paling tidak diperlukan aspek-aspek kompetensi seperti: fleksibilitas, change implementation, interpersonal understanding and empowering. Pada tingkat karyawan diperlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, kompetensi menggunakan dan men-cari berita, motivasi dan kemampuan untuk belajar, moti-vasi berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi, dan orientasi pelayanan kepada pelanggan.

KARAKTERISTIK KOMPETENSI DAN KOMITMEN

KOMPETENSI SEBAGAI KARAKTERISTIK INDIVIDU motives traits self concept knowledge skills Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi terlihat pada cara berperilaku ditempat kerja seseorang. Spencer mengemukakan kompetensi dapat bersumber dari lima jenis sumber kompetensi yang berbeda, yaitu: motives, traits, self concept, knowledge, dan skills.

MOTIF Sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau keinginan seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan sehingga berbeda dari yang lain.

KARAKTER (TRAIT) DAN UNSUR BAWAAN Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi ditempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan fisik (seperti postur atletis, penglihatan yang baik), maupun bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter, seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat detail, dan sebagainya.

KONSEP DIRI (SELF-CONCEPT) Konsep diri seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri, sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, yang menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi sulit maupun mudah.

PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Pengetahuan mencerminkan informasi yang dimiliki seseorang pada area disiplin yang tertentu yang spesifik. Nilai akademis atau indeks prestasi akademis seringkali kurang bermanfaat untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang dipentingkan adalah kemampuan mencari informasi

KETERAMPILAN Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data dan rencana) serta pemikiran konseptual ( pengenalan pola data yang kompleks)

KOMPETENSI SEBAGAI PREDIKTOR KINERJA Kompetensi motif, karakter, dan konsep diri memprediksi prilaku keahlian, yang kemudian memprediksikan hasil kinerja pekerjaan seperti dapat dilihat pada gambar. Kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik. Hal ini didasarkan pada teori perilaku klasik yang menjelaskan sebab-akibat (kausalitas) antara intention, action, dan outcome dinyatakan sebagai niat,tindakan, dan hasil untuk memodelkan kompetensi sebagai hubunagan sebab akibat. Secara sadar, tindakan seseorang berasal dari adanya keinginan/niat untuk berbuat sesuatu yang dipicu dan dipengaruhi oleh motif dorongan,konsep diri,karakter, dan unsur bawaan serta pengetahuan deskriptif individu. Jadi niat mendorong tindakan seseorang. Tindakan seseorang yang dilakukan sesuai dengan tuntutan posisi/pekerjaan atau permasalahan/tugas yang dihadapinya didasari oleh keterampilan yang dimilikinya. Perilaku terampil ini pada akhirnya memberikan hasil kerja, yang seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam bekerja. Model ini menjelaskan bahwa kompetensi berada pada tingkatan niat (intent) dan tindakan (action) yang memberikan hasil (outcome) di tempat kerja. Dengan kata lain, segala niat dan tindakan yang tidak memberikan hasil tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN karakteristik pribadi individu karakteristik organisasi pengalaman selama berorganisasi Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel, yaitu variabel demografis; dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi. Hal-hal lain yang tercakup ke dalam variabel disposisional ini adalah kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja yang baik. Selain itu kebutuhan untuk berafiliasi dan persepsi individu mengenai kompetensinya sendiri juga tercakup ke dalam variabel ini. Variabel disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing anggota dalam organisasi tersebut. Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pemimpinnya

PENERAPAN KOMPETENSI DAN KOMITMEN DALAM PENELITIAN

PERANCANGAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN KOMPETENSI SPENCER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo) Penelitian ini membahas tentang sistem penilaian kinerja karyawan yang dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo, khususnya Sub Dinas Pengairan untuk karyawan level bawah (karyawan kontrak). Selama ini pemberian insentif di Sub Dinas tersebut tidak didasarkan atas kinerja karyawan tetapi atas dasar kebersamaan/ gotong royong. Untuk meningkatkannya dirancang sistem penilaian kinerja karyawan berbasis kompetensi, khususnya kompetensi Spencer. Dimensi penilaian Spencer diintegrasikan dengan DP3 dan Competencies for Executive Leadership Development.

KRITERIA PENILAIAN Kriteria diolah dengan Software Expert Choice. Hasilnya bobot kemampuan karyawan kontrak terbagi atas: kemampuan manajerial (0.200) dan kemampuan teknik (0.800). Kemampuan manajerial terdiri dari: disiplin (0.318), melayani (0.289), berprestasi (0.151), proaktif (0.140), dan komitmen pada organisasi (0.102). Sedangkan kemampuan teknis terdiri dari: memimpin (0.500) dan kerjasama (0.500). Dari penelitian tersebut sistem insentif yang tepat adalah sistem insentif pembagian laba, dimana insentif yang diterima berdasarkan pada peningkatan kinerja karyawan.

MENGUKUR KOMPETENSI UNIT RISET Direktorat Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dari hasil pengkajian, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: Faktor SDM dan Manajemen berpengaruh kuat terhadap penguatan kompetensi unit riset, dibanding Fasilitas dan Pembiayaan. Faktor SDM yang paling berpengaruh adalah komitmen dan motivasi pelaku Litbang terhadap kegiatannya. Tenaga peneliti outsourcing/kontrak/honorer pada berbagai unit Litbang memiliki komitmen dan motivasi tinggi mendorong peningkatan kinerja unit Litbang. Pada faktor manajemen, aspek yang paling menonjol adalah terjadinya benturan antara tuntutan birokrasi dengan tuntutan profesional yang memunculkan kondisi kurang berkembangnya iklim inovasi. Kelengkapan peralatan laboratorium dan pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan menjadi faktor utama dalam fasilitas Litbang yang berpengaruh terhadap penguatan kompetensi. Pada faktor pembiayaan, aspek fleksibilitas penggunaan pembiayaan menjadi tuntutan utama pelaku Litbang dalam upaya penguatan kompetensi kegiatan libang.

TERIMAKASIH Tell me and I will forget Show me and I will remember Involve me and I will understand