Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGEMBANGAN SILABUS.
Advertisements

IMPLIKASI STANDAR ISI BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM “SSN”
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI : SEBUAH PENYEMPURNAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Oleh : Trisakti Handayani.
Bagi para guru sebaiknya lebih ditekankan pada pembahasan slide hal: 5,6,7,8,9,
PANDUAN PENGEMBANGAN RPP
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN.
PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KURIKULUM INTI TEKNIK SIPIL BMPTTSSI draft-Februari 2015
IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013
RASIONAL KURIKULUM 2013 (MD.1)
Konsep Dasar Sejarah.
KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA.
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI
(Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses)
SKL, KI, KD, dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Prosedur dan alat evaluasi belajar PKN di SMP/MTS dan SMA/MA/SMK/MAK
KURIKULUM 2013 DAN PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
Strategi Peningkatan Kinerja Pendidikan
5 Penyesuaian Beban 1.
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TELAAH KURIKULUM Oleh: Endah Andayani, S.Pd., MM
DESAIN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
PERENCANAAN PENGAJARAN SEJARAH
DEFINISI, FUNGSI, DAN SEJARAH KURIKULUM Erie Agusta, M.Pd.
Rasional pengembangan kurikulum 2013
PERMENDIKBUD 2016 KEBIJAKAN BARU SUASANA BARU
PENGEMBANGAN SILABUS.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
PDGK4201 Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS dan Mata Pelajaran Lain   Pertemuan Ketiga.
ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Pengembangan Kurikulum dalam Penulisan
PENGEMBANGAN Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
PISA, ATC21S, KKNI, dan Elemen perubahan K.13 dan K.06
Oleh: Apriani Safitri, S.Pd., M.Pd
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN.
PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
Kurikulum Berbasis Karakter
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
IMPLIKASI STANDAR ISI BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM “SSN”
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
Kurikulum 2013 Paparan Bidang Kurikulum SMP Negeri 1 Pontianak PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMP NEGERI 1 PONTIANAK Paparan.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
Rahmat S present PENGEMBANGAN SILABUS.
PEMBELAJARAN PKn di SD MODUL 3
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
STANDAR ISI HENDRA ERIK RUDYANTO.
PENGEMBANGAN SILABUS dan RPP dalam Implementasi KTSP
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
Direktorat Pembinaan SMA PENGEMBANGAN SILABUS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR.
Transcript presentasi:

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah di Indonesia Peluang Pengembangan Sejarah Lokal Dr. Nurul Umamah, M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ Nurul70@unej.ac.id  

Bahasan Pendahuluan Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah Pendidikan Tinggi Perkembangan Kurikulum Sejarah di Sekolah Peluang Pengembangan Sejarah Lokal Analisis KD Mata Pelajaran Sejarah

Urgensi Pendidikan Sejarah: Cicero (106-43 SM), “historia magistra vitae" Bacon “histories make man wise”. Carr (dalam Widja, 1989) “all history is contemporary history”, “unending dialogue between the present and the past”. Sejarah memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan pada umumnya dan pendidikan karakter bangsa pada khususnya (Sartono, 1994). Urgensi Pendidikan Sejarah: KURIKULUM PENDIDIKAN SEJARAH???

Corak sejarah masyarakat Indonesia terkategori menjadi tiga (Taufik Abdulah, 2001), yaitu: (1) sejarah yang diingat (remembered history) merupakan bagian dari warisan bangsa yang dipelihara, namun lama kelamaan menjadi the past yang dibungkus hasrat dan asumsi kultural. Sejarah jenis ini selalu diperingati menjadi hari-hari besar nasional; (2) sejarah yang dibuat (invented history) yang merupakan perwujutan hasrat politik dan kultural dalam bentuk narasi. Banyak peristiwa sejarah telah menjadi memori yang bersifat embodied disubordinasikan oleh sejarah yang embedded. Kedua corak ini berperan penting dalam dinamika sosial . Dalam proses pembentukan bangsa (nation formation) tidak bisa dideskripsikan dengan baik tanpa memperhitungkan dua corak penulisan sejarah ini; (3) sejarah yang ditemukan kembali (recovered history) yaitu bertolak dari keinginan menemukan peristiwa masa lalu yang hilang. Meskipun sejarawan juga perlu memahami dan mengingatkan kelemahan nilai historis sejarah “yang diingat” dan “yang dibuat”, tugas utamanya adalah menemukan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu seringkali terjadi perdebatan sejarah berkaitan dengan “ketepatan faktual” (historical truth/certainty) dan corak subjektivitas remembered history dan invented history.

Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah Pada Perguruan Tinggi (Kemendikbud, 2013)

Tuntutan Globalisasi terhadap kurikulum saat ini: Globalisasi menuntut pengakuan capaian pembelajaran secara internasional. UPAYA: Pengembangan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Setiap tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang bermutu di bidang pekerjaannya masing-masing (Laman KKNI, Ristekdiki).

Menristekdikti (2018) menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu: Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi

Kurikulum Pendidikan Sejarah di Sekolah

Perbedaan paradigma penyusunan Kurikulum 2004, KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013) No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, 4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum SMA/MA Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa muatan lokal adalah bahan kajian untuk membentuk pemahaman peserta didik pada potensi daerah tempat tinggalnya. Pemendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi 2a menyatakan bahwa muatan lokal sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan pada semua ruang pendidikan. DASAR HUKUM

Dasar Hukum Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum SMA/MA Pengembangan sejarah lokal memiliki peluang untuk diwujudkan dalam pembelajaran sejarah. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat (1) Kurikulum 2004 (KBK) Peluang pengembangan sejarah lokal diwujudkan dengan memberikan kebebasan pada sekolah untuk menentukan kurikulumnya yang termasuk didalamnya muatan lokal (Umamah, 2016). Kurikulum 2006 (KTSP) Peraturan Pemerintahan Nomer 32 Tahun 2013 pasal 77N tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menyebutkan, bahwa: (1) muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran potensi dan keunikan lokal; (2) muatan dikembangkan dan dilaksanakan pada tiap satuan pendidikan Permendikbud 81A Lampiran II tentang Pedoman Muatan Lokal yang menjelaskan bahwa salah satu ruang lingkup muatan lokal adalah melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah. Kurikulum 2013 (K-13)

Peluang ada tapi……….. kenapa tidak berdaya?

Fakta (2016) Nama Sekolah Muatan Lokal SMAN 1 Jember Bahasa Jawa SMAN 1 KALISAT Bahasa Madura SMPN 07 JEMBER SMPN 06 JEMBER SMPN 05 JEMBER SMPN 04 JEMBER SMPN 08 JEMBER SMPN 02 JEMBER SMPN 12 JEMBER SMPN 03 JEMBER SMPN 01 BONDOWOSO MTSN 02 ARJASA SMPN 01 JEMBER SMAN 2 Jember SMAN ARJASA

Penelitian Umamah (2016) sejarah lokal memiliki 100% (30 orang) peluang untuk diintegrasikan dalam kurikulum (dalam pembelajaran sejarah). Namun terdapat beberapa kendala yang menghambat pelaksanaannya, yaitu (1) terdapat kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan tujuan pendidikan (5 orang/16.7%). Kesulitan terkait dengan penyusunan kurikulum (7 orang/23.3%), terutama terkait dengan penyusunan desain instruksional di kelas, ketersediaan bahan ajar, kesiapan dan prakarsa belajar peserta didik. Pendidik kurang memahami karakteristik isi bidang studi (8 orang/26.7%). Pendidik kurang memahami metodologi penelitian sejarah, terutama terkait dengan penggalian data-data oral history (10 orang/33.0%).

Peluang Pengembangan Sejarah Lokal Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Wajib Peluang Pengembangan Sejarah Lokal Kurikulum 2013 Revisi 2016 Wajib Peminatan X XI XII 3 2 1 - Pengembangan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah wajib SMA/MA memiliki peluang yang sangat besar pada kelas X, XI, dan XII. Tabel di atas menunjukkan bahwa peluang pengembangan sejarah lokal sebagai berikut: (a) kelas X memiliki 3 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal; (b) kelas XI memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal; dan (c) kelas XII memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal.

Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Peminatan Peluang pengembangan sejarah lokal sebagai berikut: Kelas X memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal; Kelas XI memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal; dan Kelas XII tidak terdapat Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai pengembangan materi sejarah lokal.

d.2 Analisis Kedudukan Mata Pelajaran Sejarah Analisis Tujuan dan Kedudukan Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum Rumusan tujuan pendidikan sejarah kurikulum 2004, 2006 dan kurikulum 2013, mengalami perubahan dari berpikir historis, kronologis dan memiliki pemahaman sejarah (Depdiknas, 2003), berkembang menjadi membangun kesadaran akan pentingnya waktu dan melatih daya kritis, menumbuhkan pemahaman sejarah serta apresiasi terhadap peninggalan sejarah serta membangun kesadaran berbangsa (Permendiknas, 2006) Rumusan tujuan pada kurikulum 2013: membangun kesadaran akan pentingnya konsep waktu, tempat dan ruang, keberlanjutan dan perubahan; mengembangkan historical thinking skill sebagai dasar kemampuan berfikir logis, kreatif, inspiratif dan inovatif; Apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah; menumbuhkan pemahaman terhadap diri sendiri, masyarakat dan bangsa; menumbuhkan kesadaran berbangsa; Mengembangkan perilaku berkarakter, menanamkan sikap yang berorientasi pada masa kini dan masa depan (Kemendikbud, 2013).

Kata Operasional Kurikulum 2013 Revisi 2016 Sejarah Wajib Sejarah Peminatan X XI XII Afektif Menghayati   2 1 Menghargai Meneladani Kognitif Memahami 3 Menunjukkan Menerapkan Mengolah Menalar 4 Menganalisis 5 9 11 Menyimpulkan Mengevaluasi 10 Psikomotor Melakukan Menyajikan 7 Menulis Membuat Mengembangkan Mengkonstruksi Kata kerja operasional yang ada pada KD kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah sudah mengarah pada High Order Thinking Skill (HOTS).

Dari tabel sebelumnya nampak bahwa kemampuan menganalisis untuk domain kognitif memiliki porsi yang lebih banyak. Historical analysis merupakan salah satu elemen yang harus selalu ada dalam keterampilan berpikir sejarah (historical thinking skill). chronological skills, facts exploration skills, imagination skills, interpretation skills and rationalization skills

Berfikir Sejarah Kualitas berpikir: kronologis, pemahaman fakta sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan menganalisis isu kontemporer, dan pengambilan keputusan (historical issues-analysis and decision making)2 (NCHS, 1996: 6-7, Hamid Hasan, 2010)

Historical Analysis National Center of History in School compare and contrast differing sets of idea; consider multiple perspectives; analyze cause-and-effect relationships bearing in mind multiple causation; distinguish between unsupported expressions of opinion and informed hypotheses grounded in historical evidence.

Indikator Analisis Sejarah (Historical analysis) No Indikator Sub Indikator 1. Membedakan dan membandingkan gagasan, perilaku mampu membandingkan dan membedakan gagasan pada peristiwa sejarah mampu membandingkan dan membedakan perilaku pada peristiwa sejarah 2. Mempertimbangkan berbagai sudut pandang mampu mempertimbangkan sudut pandang dengan menunjukkan motif mampu mempertimbangkan sudut pandang dengan menunjukkan keyakinan 3. Menganalisis hubungan sebab-akibat dengan mengingat berbagai penyebabnya mampu menganalisis hubungan sebab-akibat dengan mengingat berbagai penyebab termasuk kepentingan manusia mampu menganalisis hubungan sebab-akibat dengan mengingat berbagai penyebab termasuk pengaruh pentingnya individu 4. Membedakan antara opini dan fakta yang didasarkan pada bukti sejarah mampu menilai kredibilitas sumber-sumber sejarah mampu membedakan antara fakta sejarah dan pendapat sejarah (Sumber: National Center of History in School)