Financial distress & PREDIKSI kebangkrutan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
RESTRUKTURISASI DAN KEBANGKRUTAN
Advertisements

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
HUTANG DAN MODAL (EKUITAS)
Analisis Laporan Keuangan: Pendahuluan
Pengertian kebangkrutan
Analisis Kebangkrutan
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
KONSEP PENILAIAN INVESTASI
Analisis laporan Keuangan
RESIKO INVESTASI DI PERUSAHAAN
RISIKO FINANCIAL DISTRESS
ANALISIS RASIO KEUANGAN
SYARIFAH NUR RADHIYAH C1C013077
PENGAKUAN PENDAPATAN Caecilia Widi Pratiwi.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN DAN ANALISIS KEUANGAN
STRUKTUR DASAR AKUNTANSI
Analisis Laporan Keuangan Accounting, edisi 21, Warren Reeve Fess
By. Ella Silvana Ginting, SE, M.Si
Manajemen Keuangan dan Laporan Akuntansi
PENILAIAN DAN KINERJA PERUSAHAAN
Rizal Yaya SE., M.Sc. Akt. Department of Accounting UMY
Analisis LAPORAN KEUANGAN
MEMAHAMI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan
ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO
Training Manajemen JNE
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Bab 20 Kegagalan Perusahaan dan Reorganisasi
BAB 2 TRANSAKSI BISNIS PERUSAHAAN dan PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
PERSEKUTUAN FIRMA.
ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT UNILEVER INDONESIA,TBK DAN PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR,TBK DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PERIODE 2006 – 2010.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
MANAJEMEN KAS DAN SEKURITAS
MANAJEMEN MODAL KERJA.
LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
PENILAIAN DAN KINERJA PERUSAHAAN
LAPORAN KEUANGAN BAB 3.
Training Manajemen JNE
BAB 2 TRANSAKSI BISNIS PERUSAHAAN DAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
ANALISIS SUMBER & PENGGUNAAN DANA
LAPORAN KEUANGAN BAB 3.
PREDIKSI KEBANGKRUTAN
TRANSAKSI BISNIS PERUSAHAAN dan PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
SISTEM KEUANGAN AGRIBISNIS
AKUNTANSI SEBUAH SISTEM INFORMASI
Penyelesaian Siklus Akhir
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS KREDIT DAN FINANCIAL DISTRESS
ANALISIS RASIO.
ANALISIS RASIO.
Nilai pasar vs Nilai intrinsik
Analisis Modal Kerja 9th LECTURE.
Pengantar Manajemen Keuangan MANAJEMEN KEUANGAN.
ANALISIS RASIO By : Maria Elfrida A.P.A ( )
ANGGARAN KAS 10th Lecture.
LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
PREDIKSI KEBANGKRUTAN
Rasio Likuiditas Nuri Bisiranawati.
FINANCIAL DISTRESS Bayu Desmanto ( ).
Manajemen Modal Kerja Manajemen Keuangan 1.
RESTRUKTURISASI USAHA DAN KEGAGALAN USAHA
LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Materi Manajamen Proyek
Toman Sony Tambunan, S.E, M.Si NIP
PENDANAAN JANGKA PANJANG Kelompok Nama AnggotaNIM KELOMPOK 2 1.Ragil Adhi Nugroho 2.Nurul Hidayat 3.Septian Ardhi Kuncoro 4.Zola Adhika Erlangga 5.Rizky.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS RASIO ANALISIS INDEKS ANALISIS COMMON SIZE.
Transcript presentasi:

Financial distress & PREDIKSI kebangkrutan Manajemen Keuangan 2

Pengantar Perusahaan tidak selalu berjalan sesusai dengan rencana. Pada situasi tertentu, perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas (tidak bisa membayar gaji pegawai, bunga utang, dsb). Jika tidak diselesaikan dengan benar, kesulitan kecil tersebut bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan bisa sampai pada kebangkrutan.

Konsep Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan keuangan yang lebih serius, yaitu tidak solvabel (utang lebih besar dibandingkan dengan aset). Kesulitan keuangan mempunyai banyak implikasi. Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan) atau reorganisasi. Likuidasi dipilih jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Konsep Kebangkrutan sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran dan pendekatan stock. Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Jika perusahaan mempunyai utang Rp1 milyar, sedangkan total asetnya hanya Rp500 juta, maka perusahaan tersebut sudah bisa dinyatakan bangkrut. Dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.

Penyebab Kesulitan arus kas Besarnya utang Kegiatan operasional mengalami kerugian selama beberapa tahun Jenis industri Kenaikan BBM Kenaikan suku bunga utang dsb

Alternatif Perbaikan Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan) atau reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Pemecahan Secara Informal Dilakukan apabila masalah belum begitu parah Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus. Cara: Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo utang-utang. Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, misal klaim utang diturunkan menjadi 60%. Kalau utang awal besarnya Rp1 juta, maka utang yang baru menjadi Rp600.000 (60%  Rp1 juta) Likuidasi: jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai going concern, perusahaan bisa dilikuidias secara informal.

Pemecahan Secara Formal Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan. Cara: Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan Reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya. Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik dilakukan. Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke pemasok modal di bawah pengawasan pihak ketiga.

Perbaikan Informal Jika prospek perusahaan di masa mendatang cukup baik, kesulitan keuangan bersifat sementara, maka restrukturisasi perlu dilakukan. Jika kesulitan tersebut bersifat permanen, maka kebangkrutan atau likuidasi merupakan pilihan yang lebih baik. Jika kesulitan perusahaan bersifat permanen, maka nilai perusahaan yang dilikuidasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan jika dijalankan terus.

Restrukturisasi Cara yang bisa dilakukan adalah mengurangi beban-beban yang menghimpit perusahaan. Extension. Melalui perpanjangan, kreditur bersedia memperpanjang masa jatuh tempo utangnya. Sebagai contoh, utang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun, sekarang diperpanjang menjadi sepuluh tahun. Komposisi (Composition). Komposisi dilakukan melalui perubahan nilai utang lama. Sebagai contoh, utang lama sebesar Rp100 diturunkan nilainya menjadi Rp60. Meskipun nilai utang turun, kreditur masih bisa menerimanya karena nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai utang jika perusahaan dilikuidasi.

Likuidasi Dalam beberapa situasi, likuidasi informal juga bisa dilakukan. Jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan yang going concern (berjalan terus), maka perusahaan sebaiknya dilikuidasi. Likuidasi informal mempunyai kelebihan dibandingkan dengan likuidasi formal, karena lebih cepat dan bisa menghemat biaya pengadilan, sehingga nilai likuidasi yang diperoleh bisa lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh jika likuidasi dilakukan melalui pengadilan.

Perbaikan Formal Perbaikan formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga, pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya. Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama proses perbaikan tersebut.

Reorganisasi Jika nilai perusahaan going concern lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan dilikuidasi, maka pilihan reorganisasi/restrukturisasi layak dilakukan. Dalam situasi ini, operasi perusahaan akan diteruskan setelah dilakukan perbaikan-perbaikan, terutama perbaikan struktur modalnya. Trustee (kurator) bisa ditunjuk untuk menjalankan reorganisasi tersebut. Rencana reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan dan kelayakan. Prinisip keadilan berarti semua pihak harus diperlakukan secara adil (fair). Prinsip kelayakan berarti rencana tersebut harus layak (bisa) dilakukan. Sebagai contoh, jika perusahaan mempunyai beban utang terlalu tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil, maka reorganisasi tidak layak dilakukan.

Likuidasi Kas yang diperoleh dari likuidiasi aset perusahaan akan didistribusikan dengan urut-urutan tertentu, misal (dari yang paling berhak memperoleh pertama, sampai yang paling terakhir memperoleh hak). Biaya administrasi yang berkaitan dengan urusan likuidasi, termasuk biaya pengacara, kurator (trustee) Klaim dari kreditur (utang) yang muncul dari kegiatan bisnis mulai dari saat kasus dibawa ke pengadilan sampai ke saat trustee (kurator) diangkat

Likuidasi Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah (within) petisi kebangkrutan. Premi pensiunan pegawai untuk masa kerja dalam 120 hari petisi kebangkrutan diajukan. Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum memperoleh barangnya Pajak pendapatan sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan, pajak properti sampai setahun sebelum kebangkrutan, dan semua pajak pendapatan yang masih ditahan oleh perusahaan Kreditur umum Saham preferen Saham biasa

Likuidasi Klaim untuk setiap kelas harus dibayarkan penuh, sebelum klaim atas kelas yang dibawahnya bisa dibayarkan. Tujuan pokok dari likuidasi formal adalah likuidasi aset yang teratur dan adil kepada pihak-pihak yang terlibat. Kelemahan likuidasi semacam itu adalah proses yang lambat dan lebih mahal dibandingkan dengan likuidasi informal. Likuidasi formal bisa dihindari jika kreditur dan perusahaan bisa sampai pada kesepakatan untuk melakukan penyelesaian secara informal.

Prediksi Kebangkrutan Ada beberapa indikator yang bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan. Misalnya: Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang lebih rendah. Penggunaan utang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan utang yang lebih tinggi. Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai rata‑rata return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi.

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Model prediksi kebangkrutan yang cukup terkenal dan menjadi pioner adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman (1968). Model tersebut menggunakan tehnik statistik analisis diskriminan, dan secara umum bisa dituliskan sebagai berikut: Z = a + a1 X1 + …… + an Xn dimana Z merupakan skor kebangkrutan, sedangkan X1… Xn adalah variabel bebas.

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Pada awalnya Altman memiliki sampel 66 perusahaan manufaktur yang terdiri dari 35 perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut. Selanjutnya dipilih pula 22 variabel (rasio) yang potensial untuk dievaluasi yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu liquidity, profitability, leverage, solvency, dan activity. Dari 22 variabel tersebut kemudian dipilih 5 variabel yang merupakan kombinasi terbaik untuk memprediksi kebangkrutan. Dari sampel perusahaan dan kelima rasio tersebut terbentuklah fungsi diskriminan yang juga disebut Altman Z-Score sebagai berikut:

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 dimana X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset X2 = Laba yang ditahan / Total Aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset X4 = Nilai pasar saham biasa dan saham preferen/Nilai buku total utang X5 = Penjualan / Total Aset

Klasifikasi Z Model Altman Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z yang diperoleh, yaitu: Bila Z > 2,99, maka termasuk perusahaan sehat. Bila Z < 1,81, maka termasuk perusahaan yang bangkrut. Bila Z berada diantara 1,81 sampai 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan, namun ada pula yang mengatakan termasuk rawan bangkrut)

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Revisi Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara. Mengingat bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memiliki nilai pasar, maka untuk mengganti nilai pasar, Altman kemudian menggunakan nilai buku saham biasa dan saham preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut: Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset X2 = Laba yang ditahan / Total Aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang X5 = Penjualan / Total Aset  Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang tidak go public (privat manufacturer companies)

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Revisi Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut (financial distress). Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau dalam keadaan sehat (safe).  

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Modifikasi Untuk perusahaan selain manufaktur, misalnya perusahaan jasa, formula altman Z-score dimodifikasi menjadi sebagai berikut: Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset X2 = Laba yang ditahan / Total Aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang Terlihat bahwa X5 tidak digunakan karena pada perusahaan non manufaktur, umumnya menawarkan jasa dan bukan menjual barang.  Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan non manufaktur yang tidak go public (privat non manufacturing companies)

Prediksi Kebangkrutan Model Altman Modifikasi Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut (financial distress). Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau dalam keadaan sehat (safe).  

CONTOH Objek Penelitian Enam Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif tahun 2006-2008 NO. KODE NAMA PERUSAHAAN 1 AUTO P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk. 2 GDYR P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk. 3 IMAS P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk. 4 LPIN P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. 5 NIPS P.T. NIPRESS Tbk. 6 PRAS P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.

Overall Indeks Z-Score Overall Indeks Z-Score Overall Indeks Z-Score P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.182 1.2 0.218 X2 0.458 1.4 0.641 X3 0.140 3.3 0.463 X4 2.114 0.6 1.268 X5 1.114 1 Overall Indeks Z-Score 3.704 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.263 1.2 0.315 X2 0.513 1.4 0.718 X3 0.176 3.3 0.581 X4 2.342 0.6 1.405 X5 1.211 1 Overall Indeks Z-Score 4.231 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.249 1.2 0.298 X2 0.558 1.4 0.781 X3 0.200 3.3 0.659 X4 2.266 0.6 1.360 X5 1.341 1 Overall Indeks Z-Score 4.439

P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.375 1.2 0.450 X2 0.528 1.4 0.739 X3 0.081 3.3 0.269 X4 1.559 0.6 0.935 X5 2.160 1 Overall Indeks Z-Score 4.553 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.148 1.2 0.177 X2 0.446 1.4 0.624 X3 0.106 3.3 0.350 X4 1.903 0.6 1.142 X5 1.878 1 Overall Indeks Z-Score 4.171 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.143 1.2 0.171 X2 0.250 1.4 0.350 X3 0.011 3.3 0.037 X4 0.283 0.6 0.170 X5 1.217 1 Overall Indeks Z-Score 1.946

P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 -0.026 1.2 -0.031 X2 -0.090 1.4 -0.126 X3 0.004 3.3 0.014 X4 0.186 0.6 0.112 X5 0.658 1 Overall Indeks Z-Score 0.627 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 -0.107 1.2 -0.129 X2 -0.081 1.4 -0.113 X3 0.029 3.3 0.095 X4 0.310 0.6 0.186 X5 1.036 1 Overall Indeks Z-Score 1.075 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 -0.056 1.2 -0.067 X2 1.4 -0.094 X3 0.055 3.3 0.182 X4 0.233 0.6 0.140 X5 1.469 1 Overall Indeks Z-Score 1.631

P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 -0.084 1.2 -0.101 X2 -0.523 1.4 -0.732 X3 0.004 3.3 0.012 X4 0.270 0.6 0.162 X5 0.269 1 Overall Indeks Z-Score -0.391 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.297 1.2 0.356 X2 -0.279 1.4 -0.391 X3 0.164 3.3 0.541 X4 0.554 0.6 0.332 X5 0.353 1 Overall Indeks Z-Score 1.191 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.160 1.2 0.192 X2 -0.186 1.4 -0.261 X3 0.061 3.3 0.201 X4 0.280 0.6 0.168 X5 0.324 1 Overall Indeks Z-Score 0.624

Overall Indeks Z-Score Overall Indeks Z-Score Overall Indeks Z-Score P.T. NIPRESS Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.034 1.2 0.040 X2 -0.060 1.4 -0.084 X3 0.117 3.3 0.385 X4 0.196 0.6 X5 1.181 1 Overall Indeks Z-Score 1.639 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.030 1.2 0.035 X2 -0.046 1.4 -0.065 X3 0.073 3.3 0.242 X4 0.151 0.6 0.090 X5 1.398 1 Overall Indeks Z-Score 1.701 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.019 1.2 0.023 X2 -0.036 1.4 -0.051 X3 0.058 3.3 0.192 X4 0.174 0.6 0.104 X5 1.478 1 Overall Indeks Z-Score 1.746

P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk. 2006 2007 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.053 1.2 0.064 X2 0.049 1.4 0.069 X3 0.013 3.3 0.044 X4 0.113 0.6 0.068 X5 1.258 1 Overall Indeks Z-Score 1.502 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.033 1.2 0.040 X2 0.059 1.4 0.082 X3 0.024 3.3 0.078 X4 0.181 0.6 0.108 X5 1.212 1 Overall Indeks Z-Score 1.521 2008 Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score (Nilai Rasio) * (Koefisien) X1 0.006 1.2 0.007 X2 0.031 1.4 0.043 X3 -0.010 3.3 -0.032 X4 0.169 0.6 0.102 X5 0.740 1 Overall Indeks Z-Score 0.859

Kesimpulan Besar-kecilnya nilai indeks keseluruhan dipengaruhi oleh ke lima rasio tersebut. Rasio yang sering kali memberikan kontribusi nilai terbesar terhadap indeks keseluruhan adalah rasio penjualan terhadap total aset. Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi keuangan yang sehat selama periode 2006-2008, yaitu P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk. Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi grey area hanya pada periode 2008 (periode 2006 dan 2007 kondisi keuangan sehat), yaitu P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk. Sedangkan empat perusahaan lainnya (P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk., P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk., P.T. NIPRESS Tbk., dan P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.) terancam mengalami kebangkrutan yang serius selama periode 2006-2008.