Rachmat Kriyantono, PhD

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MPK Kuantitatif Program Ekstensi Ilmu Komunikasi Semester Genap 2007/2008.
Advertisements

Paradigma Penelitian Didik HS.
MetPen2 8: Validitas penelitian kualitatif
Pengantar II: Penelitian sebagai cara berpikir
Common Effect Model.
PERKEMBANGAN DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Kamis, 7 Oktober 2010 MPS 2.  A special case of existing statistics: it is reanalysis of previously collected survey or other data that were originally.
Validitas & Reliabilitas
Game Theory Purdianta, ST., MT..
CHARINA AMELIA, Efektivitas Permainan Ular tangga Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Maarif.
ANALISIS INSTRUMEN PENELITIAN 1.UJI VALIDITAS 2.UJI RELIABILITAS.
IMAM ZAENUDIN, Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Pembelajaran Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Pembelajaran Konvensional.
Zulharman. Tujuan Belajar 1. Mahasiswa mampu memahami berbagai metode membuat catatan kuliah (note taking) 2. Mahasiswa mampu memahami metode membaca.
Menulis Kolom  Kolom adalah opini atau artikel. Tidak seperti editorial, kolom memiliki byline.  Kolom Biasanya ditulis reguler. Biasanya mingguan atau.
1 Pertemuan 09 Kebutuhan Sistem Matakuliah: T0234 / Sistem Informasi Geografis Tahun: 2005 Versi: 01/revisi 1.
1 Pertemuan 12 Pengkodean & Implementasi Matakuliah: T0234 / Sistem Informasi Geografis Tahun: 2005 Versi: 01/revisi 1.
ABSTRACT for further detail, please visit
The Research Report. Learning Outcomes Students should be able to writing research report.
THE OLD WAY OF BRANDING Brand (-ing) is only about tagline for promotion Brand (-ing) is only about the logo & creative Brand (-ing) is only for the communication.
Pertemuan 2 Tetty Harahap, ST., M.Eng
RISET AKADEMIK: ORISINALITAS RISET DAN PEMODELAN
Pert. 16. Menyimak lingkungan IS/IT saat ini
Metode Penelitian: Perspektif Administrasi
AKUNTANSI PAJAK EDISI 6 WALUYO
Evidence Based Practice
Cartesian coordinates in two dimensions
Cartesian coordinates in two dimensions
3 METODE KOMBINASI (MIXED METHODS).
CA113 Pengantar Manajemen Bisnis
BY EKA ANDRIANI NOVALIA RIZKANISA VELA DESTINA
DESIGNING AND EVALUATING MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS
the formula for the standard deviation:
Pertemuan <<18>> << Penemuan Fakta(01) >>
Pengampu Mata Kuliah : Yudi Daherman M.I.Kom
Kuis 1 April 2017 Pilih Suatu Proyek IT
Introduction to Sociology
Dr Rilla Gantino, SE., AK., MM
Evidance Based Practice
CA113 Pengantar Manajemen Bisnis
PARADIGMA DAN RAGAM PENELITIAN
YENY DURIANA WIJAYA, M.Psi., Psi
THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW PROBLEM SOLVING
Pertemuan III Filsafat Ilmu Dan Logika
Manajemen Proyek Perangkat Lunak (MPPL)
Dasar-Dasar Sistem Informasi
AR5152 ANALISIS KUANTITATIF
Pertemuan 4 CLASS DIAGRAM.
3 METODE KOMBINASI (MIXED METHODS) OLEH : NANI YUNIARSIH
KONSTRUCTED REALITIES
An assessment of Pedestrian Ways in Unsyiah
Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin-FTUI  Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
ENGINEERING SCIENCE IS ABOUT SOLVING PROBLEMS
How You Can Make Your Fleet Insurance London Claims Letter.
How Can I Be A Driver of The Month as I Am Working for Uber?
How the Challenges Make You A Perfect Event Organiser.
Evidence-Based Medicine Prof. Carl Heneghan Director CEBM University of Oxford.
CA113 Pengantar Manajemen Bisnis
Speaking Strategies Applied by Students at “Kampung Inggris” in Pare Kediri Yudi Setyaningsih Universitas Ma Chung Malang.
ENGINEERING RESEARCH IS A QUANTITATIVE RESEARCH
Communication Strategy in Indonesian Language Foreign Students at the Institute of KH Abdul Chalim suwito Graduate, Surabaya State University
In this article, you can learn about how to synchronize AOL Mail with third-party applications like Gmail, Outlook, and Window Live Mail, Thunderbird.
Pemilihan Metode Penelitian
Right, indonesia is a wonderful country who rich in power energy not only in term of number but also diversity. Energy needs in indonesia are increasingly.
Rank Your Ideas The next step is to rank and compare your three high- potential ideas. Rank each one on the three qualities of feasibility, persuasion,
METODE KOMBINASI (MIXED METHODS)
Media Pembelajaran PATHWAY TO ENGLISH Kelompok Peminatan Untuk SMA/MA Kelas X.
Identification Touch Point Elements of Traveloka Dara Mawar Jelita Aldila Amalia Saufika.
Draw a picture that shows where the knife, fork, spoon, and napkin are placed in a table setting.
2. Discussion TASK 1. WORK IN PAIRS Ask your partner. Then, in turn your friend asks you A. what kinds of product are there? B. why do people want to.
Metode Pengumpulan Data E. Syahrul
Transcript presentasi:

Rachmat Kriyantono, PhD MIXED METHOD Rachmat Kriyantono, PhD

SYARAT RISET PAHAMI PARADIGMA LOGIS DAN KONKRET

PARADIGMA/PENDEKATAN/WORLD OF VIEW/PERSPEKTIF “Keseluruhan sistem berpikir” (Lawrence Neuman, 2006) “Menentukan jenis metode penelitian, yang mencakup cara meneliti, mengukur realitas, mengumpulkan data, dan memahami realitas (Kriyantono, 2014). “Crucially, it is your philosophical orientation towards research which generates the particular form of knowledge (or research conclusions) in your research project, rather than the research techniques you use” (Daymon & Hollaway, 2011).

JENIS-JENIS Positivistik, interpretif/konstruktivis, dan kritis (advocacy/participatory) (Kriyantono, 2014). Di buku ini, saya menyebut konstruktivis sama dengan interpretif. Beberapa literatur, seperti Christine Daymon & Immy Holloway (2011); Lawrence Neuman (2006); Wimmer & Dominick (2011), menyebut interpretif dengan ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri konstruktivis yang digunakan oleh Egon G. Guba & Yvonna S. Lincoln (1994). Deddy Mulyana (2001), memilih paradigma objektif dan subjektif. Menurutnya, paradigma objektif sering diasosiasikan dengan istilah positivistik dan paradigma subjektif diasosiasikan dengan interpretif dan konstruktivis. Dedy N. Hidayat (1999), menggunakan istilah paradigma klasik untuk merujuk istilah positivistik dan menggunakan istilah konstruktivis. Gerald Cupchik (2001) menyebut interpretif secara bergantian dengan konstruktivis. Saya menyamakan paradigma kritis dengan advokasi/partisipatoris karena, mengacu pada Creswell (2009), keduanya memiliki ciri-ciri yang sama.

POSTPOSITIVISTIK Positivistik kemudian mendapatkan kritik, terutama setelah PD II, sehingga memunculkan paradigma postpositivistik, yang memungkinkan kombinasi data kualitatif pada penelitian positivistic. Kritikan itu dipengaruhi oleh besarnya arus Konstruktivis (Kualitatif). (Guba & Lincoln, 1994; Query, Wright, Amason, dkk, 2009). Realitas itu mestinya multirealitas dan intersubjektif sebagian kaum positivis memutuskan mengakomodasi beberapa pandangan kualitatif tetapi masih mempertahankan asumsi dasar dari positivistik. Sebagian kaum positivis memutuskan mengakomodasi beberapa pandangan kualitatif tetapi masih mempertahankan asumsi dasar dari positivistik.

POSTPOSITIVISTIK “Postpositivistik berakar dari perpaduan ilmu alam dan histori dan sosiologi.” (Fischer (1998) “Kita tidak bisa terus menjadi orang yang yakin/positif pada klaim-klaim kita tentang pengetahuan saat mengkaji perilaku manusia.” (Creswell, 2009) “Hanya sedikit ilmuwan positivistik yang memercayai determinisme absolut.” (Neuman, 2006). Ilmuwan positivistik banyak yang lebih percaya bahwa hukum sebab-akibat masih bersifat probabilistik (Littlejohn, 2005; Kriyantono, 2014).

POSTPOSITIVISTIK Dari beberapa literatur (seperti Creswell, 2007; Daymon & Hollaway, 2011; Denzin & Lincoln, 2005; Fischer, 1998; Guba & Lincoln, 1994; O’Donell, Kramar, & Dyball, 2013; Query, dkk, 2009), disimpulkan bahwa postpositivistik mempunyai kesamaan ontologi dengan positivistik, yaitu mempercayai adanya realitas eksternal yang objektif, terpola, teratur, dapat diamati, dan terpisah atau di luar diri individu (peneliti). Hanya saja, postpositivistik mengadopsi prinsip realisme kritis (critical realism), yaitu tidak ada satu-satunya realitas objektif dan tidak semua realitas objektif tersebut dapat dilihat atau dirasakan secara benar oleh individu (atau peneliti), karena keterbatasan mengindera manusia. Guba & Lincoln (1994) mengatakan realitas tersebut dipahami secara tidak sempurna karena sifat dasar manusia sendiri sebagai mesin intelektual yang tidak sempurna. Saya mengartikan pernyataan Guba & Lincoln ini sebagai “mesin yang bukan sepenuhnya mesin” karena masih memiliki sifat humanisnya. O’Donell, Kramar, & Dyball (2013), mengutip Ackroyd (2004), menyebutnya “generative mechanism” (h. 6), yaitu manusia dianggap seperti mesin tetapi masih memiliki kemampuan memproduksi atau mereproduksi realitas.

POSTPOSITIVISTIK Loretta O’Donell, Robin Kramar, & Maria Dyball (2013) memang tidak menyebut istilah postpositivistik. Tapi, mereka menyebut pendekatan “critical realist” yang ciri-cirinya sama dengan ciri-ciri postpositivistik yang disampaikan Guba & Lincoln (1994) dan Querry, dkk (2009). Gerald Cupchik (2001) menyebutnya “constructivis realism”, yaitu paradigma yang mencakup positivistik dan konstruktivistik. Dari pernyataan Guba & Lincoln (1994) ini dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah bersifat mesin sepenuhnya, seperti yang dianut paham positivistik, dan realitas bukanlah determinisme absolut (seperti ditulis Neuman, 2006).

PRAGMATISME Beberapa literatur, juga menyebut paradigma lain, yaitu pragmatis, sebuah paradigma yang mendorong munculnya metode campuran/mixed-methods (baca Creswell, 2007 & 2009; Daymon & Hollaway, 2011; Goldkuhl, 2012; Onwuegbuzie, Johnson, & Collins, 2009). Tokoh: Charles Peirce (1839–1914), William James (1842–1910) and John Dewey (1859– 1952) Pragmatists are interested in the practical consequences of or ‘workable solutions’ to problems (Johnson and Onwuegbuzie, 2004) Paradigma pragmatis ini lebih mengarahkan pada aplikasi-solusi atas masalah-masalah yang ada daripada fokus pada metodenya. Para peneliti pragmatis lebih fokus pada upaya memecahkan masalah tanpa mempersoalkan pendekatan tertentu, bahkan dimungkinkan menggunakan berbagai macam pendekatan (Creswell, 2009).

PRAGMATIS & MIXED-METHOD (MIXED-METHODOLOGY/MULTI-STRATEGY/MULTI-METHODS Mixed methods researchers emphasize the importance of completing the research in a practical and pragmatic way by using whichever method or research strategy is likely to achieve the desired goals, regardless of their ontological and epistemological base (Daymon & Hollaway, 2011)

MIXED-METHODS Ada dua jenis yg umum: Sekuen dan Konkuren (Creswell, 2009; Daymon & Hollaway, 2011; Nancy L. Leech · Anthony J. Onwuegbuzie, 2009) Saya mengartikan metode campuran: Bukan sebagai mencampur paradigma dalam satu tahap penelitian, tetapi setidaknya dua tahap. Misalnya, penelitian dapat dimulai dengan positivistik, kemudian dapat dilanjutkan dengan konstruktivistik, dan sebaliknya. Mengombinasikan dua atau lebih metode (dalam satu paradigm) dalam satu penelitian Metode campuran juga dapat diartikan mencampur data kualitatif dan kuantitatif, dengan cara pengumpulan datanya tetap berdasarkan paradigma tertentu.

DASAR ALASAN SAYA: Saya tdk setuju dengan Pragmatisme. Bagi saya, paradigm itu menjadi dasar penting Paradigma memang bisa berubah, tetapi, perubahan ini tidak bisa sewaktu-waktu. “Most frequently sequential procedures are carried out. This is where one type of data collection and analysis is followed by another.” (Daymon & Hollaway, 2011). “Sequential explanatory design is a more conventional form of mixed methods research.” (Daymon & Hollaway, 2011). “The term “multimethods” refers to the mixing of methods by combining two or more qualitative methods in a single research study (such as in-depth interviewing and participant observation) or by using two or more quantitative methods (such as a survey and experiment) in a single research study (Hesse-Bibber, 2010).

CONTOH: SEQUENTIAL EXPLANATORY Jisu Huh and Leonard Reid asked the question: ‘Do consumers believe advertising is negatively affected when placed near news perceived as biased?’ In the first stage of their research, they surveyed 106 people about news bias, credibility of news media and advertising effects, focusing on what they called ‘rub-off’, the association between negative opinions, beliefs and feelings about news compared with advertisements. In the second stage, they interviewed 50 people, asking them: ‘What do you think these results mean?’ and ‘How do you explain them’. In fleshing out the survey’s findings, the interviews uncovered an overriding explanation for consumers’ beliefs. The authors also noted that their research design allowed them to study ‘the same questions about advertising and its influences from multiple angles for complete empirical understanding’ (Huh and Reid, 2007).

CONTOH: SEQUENTIAL EXPLORATORY In New Zealand, a group of researchers examined consumers’ perceptions and attitudes toward mobile advertising via SMS. The study began with video recorded focus groups where the discussions focused on the main variables that consumers believed influenced their mobile advertising acceptance. These included the control of the wireless service provider, permission to receive mobile advertising messages, relevance of the content, the brand or company sending the message, and more. The extent to which these were accepted more broadly was then tested in a quantitative survey. The authors considered that their research would have been improved if they had undertaken a third phase of research: carrying out further qualitative interviews ‘to further elaborate on the initial quantitative analysis’ (Carroll et al., 2007).

Rachmat Kriyantono, PhD TERIMA KASIH Rachmat Kriyantono, PhD