KERETA API DI INDONESIA ZION SOPHOS PATUAN NIM : UNIVERSITAS MEDAN AREA
PERKEMBANGAN KERETA API DI SUMUT Perkembangan Perkeretaapian tidak lepas dari perkembangan Sarana Kereta Api yaitu Stasiun. Stasiun sendiri merupakan tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang kereta api. Ada 2 kategori stasiun yakni stasiun besar dan kecil. Perbedaan antara kedua stasiun tersebut dapat dilihat memalui luas dan fasilitas yang ada di stasiun tersebut. Melalui stasiun inilah beragam lapisan masyarakat saling berbaur dan menjalin komunikasi. Tidak hanya penumpang banyak pegawai kereta api yang bertugas dan pedagang juga berada di stasiun. Di beberapa stasiun tertentu terkadang dilengkapi dengan dipo lokomotif yang fungsinya sama seperti bengkel bagikereta api yakni sebuah tempat untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap mesin kereta api. Di Sumatera Utara sendiri ada banyak stasiun yang tersebar dalam beberapa wilayah yakni:
BEBERAPA DAFTAR STASIUN YANG SUDAH TERSEBAR
KONDISI PERKERETA APIAN DI INDONESIA KHUSUSNYA DI SUMATERA UTARA Kereta api saat ini tidak hanya digunakan sebagai transportasi pengangkut hasil komoditi perkebunan. Transportasi ini telah berkembang menjadi angkutan penumpang dan barang serta berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kereta api saat ini tidak lagimenggunakan batu bara sebagai sumber 50 tenaganya tetapi sudah mengandalkan mesin. Keberadaan kereta api sendiri kini lebih mudah dijumpai disetiap kota, pasalnya hampir disemua kota yang ada di Sumatera Utara memiliki tempat pemberhentian kereta yang biasaya disebut dengan Stasiun. Melalui Fasilitas yang ada distasiun dapat dilihat perkembangan yang terjadi pada perkeretaapian. Tidak hanya bentuk dan jenis kereta yang berbeda tetapi juga bangunan stasiun dan fasilitas yang diberikan juga berbeda. Saat ini ada 5 jenis kereta penumpang yakni kereta Srilelawangsa, Sribilah, Putri Deli, Sirex dan kereta Kuala Namu.
STASIUN KERETA API MEDAN Keberadaan stasiun besar Medan dinilai penting mengingat bahwa semua kereta api dengan tujuan mana saja bergerak dari stasiun ini dan stasiun lainnya menyesuaikan jadwal oprasional kereta api dengan jadwal kedatangan kereta dari stasiun Medan. Sehingga membuat stasiun kereta api Medan memiliki bangunan tambahan yang digunakan sebagai stasiun khusus bandara yang mana dapat diakses melalui area drop off di lantai 2 atau dapat pula melalui pintu masuk stasiun di lantai 1 lalu naik ke lantai 2 dengan menggunakan eskalator ataupun lift yang ada. Stasiun kereta api bandara Medan terdiri dari tiga bangunan baru yang terbentang dari Jl. Stasiun sampai dengan Jl. Jawa, yang saling terhubung dengan dengan adanya 2 buah bangunan jembatan kaca (sky-bridge).
Café-Resto Di Stasiun Medan Sky-Bridge Stasiun Bandara Di Medan
City Check In yang berada di Stasiun Bandara Medan
STRUKTUR JALAN REL Struktur jalan rel merupakan suatu kontruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi, yaitu : 1. Jalan rel dalam konstruksi timbunan. 2. Jalan rel dalam konstruksi galian.
GAMBAR KONSTRUKSI JALAN REL YANG TAMPAK SECARA VISUAL DAN SECARA SKEMATIK DIGAMBARKAN DALAM POTONGAN MELINTANG.
Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah persawahaan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pegunungan. Contoh potongan konstruksi jalan rel pada daerah timbunan dan galian
KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari komponen- komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie). Struktur bagian bawah,atau dikenal sebagai substructure, yang terdiri dari komponen balas (ballast), subbalas (subbalast), tanah dasar (improve subgrade) dan tanah asli (natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di dibawah subbalas yang berasal dari tanah asli tempatan atau tanah yang didatangkan (jika kondisi tanah asli kurang baik), dan telah mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan khusus (treatment).
KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN JALAN REL 1. Rel 2. Bantalan Rel 3. Plat Landas 4. Plat Penambat Rel 5. Plat Penyambul Rel 6. Rail Anchor 7. Ballast 8. Subballast 9. Lapisan Tanah Dasar (SUBGRADE)
KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN JALAN REL 1. Rel (batangan besi baja) Batang rel terbuat dari besi ataupun baja bertekanan tinggi, dan juga mengandung karbon, mangan, dan silikon. Batang rel khusus dibuat agar dapat menahan beban berat (axle load) dari rangkaian KA yang berjalan di atasnya. Di Indonesia dikenal 4 macam batang rel, yakni R25, R33, R42, dan R54. Misalkan, R25 berarti batang rel ini memiliki berat rata-rata 25 kilogram/meter.
Rel 25 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 25 kilogram (kg). Rel 33 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 33 kilogram (kg). Rel 41 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 41 kilogram (kg). Rel 42 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 42 kilogram (kg). Rel 50 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 50 kilogram (kg). Rel 54 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 54 kilogram (kg). Rel 60 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 60 kilogram (kg).
2. Bantalan Rel Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan ditambatkan. Berfungsi untuk : meletakkan dan menambat batang rel, menjaga kelebaran trek (track gauge, adalah ukuran lebar trek rel. Indonesia memiliki track gauge 1067 mm) agar selalu konstan, dengan kata lain agar batang rel tidak meregang atau menyempit, menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA, sekaligus mentransfer axle load yang diterima dari batang rel dan plat landas untuk disebarkan ke lapisan batu ballast di bawahnya.
3. Plat Landas Pada bantalan kayu maupun besi, di antara batang rel dengan bantalan dipasangi Tie Plate (plat landas), semacam plat tipis berbahan besi tempat diletakkannya batang rel sekaligus sebagai lubang tempat dipasangnya Penambat (Spike). Sedangkan pada bantalan beton, dipasangi Rubber Pad, sama seperti Tie Plate, tapi berbahan plastik atau karet dan fungsinya hanya sebagai landasan rel, sedangkan lubang/tempat dipasangnya penambat umumnya terpisah dari rubber pad karena telah melekat pada beton.
4. Penambat Rel Fungsinya untuk menambat/mengaitkan batang rel dengan bantalan yang menjadi tumpuan batang rel tersebut, agar (1) batang rel tetap menyatu pada bantalannya, dan (2) menjaga kelebaran trek (track gauge). 5. Plat Penyambung Rel Merupakan plat besi dengan panjang sekitar cm, yang berfungsi untuk menyambung dua segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat skrup/baut (Bolt) penyambung serta mur-nya (Nut).
6. Rail Anchor Satu lagi komponen trek rel KA yakni rail anchor (anti creep). Rail anchor digunakan pada rel yang disambung secara CWR. Fungsinya untuk menahan gerakan pemuaian batang rel, karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.
7. Lapisan Pondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast) Konstruksi lapisan balas terdiri dari material granular / butiran dan diletakkan sebagai lapisan permukaan (atas) dari konstruksi substruktur. Material balas yang baik berasal dari batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone). 8. Lapisan Pondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast) Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan subbalas. Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya mengurangi tekanan di bawah balas sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan tanah dasar sesuai dengan tingkatannya.
9. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel yang harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas
KETENTUAN UMUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL 1. Standar Jalan Rel Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen jalan rel di dalam perencanaan geometrik jalan rel tertuang dalam Tabel Klasifikasi Jalan Rel PD.10 tahun Ketentuan tersebut diantaranya: kelas jalan, daya lintas/angkut, kecepatan maksimum, tipe rel, jenis bantalan dan jarak, jenis penambat rel dan struktur balasnya. 2. Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan konstruksi jalan rel. Adapun beberapa bentuk kecepatan rencana digunakan untuk :
a. Kecepatan Maksimum Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diijinkan untuk operasi suatu rangkaian kereta pada lintas tertentu. Ketentuan pembagian kecepatan maksimum dlam perencanaan geometrik dapat dilihat pada Tabel Klasifikasi Jalan Rel. b. Kecepatan Operasi Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api pada petak jalan tertentu. c. Kecepatan Komersial Kecepatan komersial adalah kecepatan rata-rata kereta api sebagai hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh. Beban gandar maksimum yang dapat diterima oleh struktur jalan rel di Indonesia untuk semua kelas jalan adalah 18 ton (PD. No. 10 tahun 1986).
RUANG BEBAS DAN RUANG BANGUNAN a. Definisi - Ruang Bebas Ruang di atas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang, ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api. - Ruang Bangun Ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan seperti tiang semboyan, tiang listrik dan pagar. Ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter. b. Jalur Tunggal Menurut R-10, batas ruang untuk jalur lurus dan lengkung dibedakan sebagai berikut : 1). Batas ruang bebas untuk jalur lurus dan lengkung dengan jari-jari lebih besar dari 3000 m. 2). Untuk lengkung dengan jari-jari 300 sampai dengan 3000 m. 3). Untuk lengkung dengan jari-jari kurang dari 300 m. - Untuk kereta listrik : Kereta listrik disediakan ruang bebas untuk memsang saluran-saluran kawat listrik beserta tiang pendukungnya dan pantograph listrik di kereta. - Untuk peti kemas : Ruang bebas didasarkan pada ukuran gerbong peti kemas standar ISO dengan ukuran standard height. Standar ini digunakan karena banyak negara yang menggunakannya dan cenderung untuk dipakai pada masa yang panjang. c. Jarak Jalur Ganda Jarak jalur sumbu untuk jalur lurus dan lengkung sebesar 4,00 meter.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH