Oleh : Muhammad Amri Nim : Seminar Hasil Tesis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Selasa, 26 Juli 2011.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A
Advertisements

Metode, dan Pendekatan Menafsirkan Al-Qur’an
Metode, dan Pendekatan Menafsirkan Al-Qur’an
Jurusan Tarbiyah PAI 08.T Yanti Mulyanti.
PERJALANAN MENUJU ALLAH.
BAB 8 IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Tekan tombol “F5” atau Tombol slide show jika di Microsoft PowerPoint Click to Continue… Firman Allah: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu.
Agama Islam Pertemuan ke-3.
ADAB / ETIKA MENUNTUT ILMU
MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEJARAH DAKWAH RASUALLAH SAW PERIODE MEKKAH
PENGERTIAN ISLAM DAN AJARANNYA
KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM
IMAN KEPADA RASUL.
AQIDAH UNIT 9 Kelas Bimbingan Dewasa.
SIKAP IKHLAS, SABAR, DAN PEMAAF
Pertemuan Ke-8.
TAQWA KEPADA ALLAH Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
Perkara yang akan dipelajari:
PERTEMUAN KE-3 Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum.
Fikih Ekologi/Lingkungan dan Cinta Tanah Air
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
PROF.DR.KH.DIDIN HAFIDHUDDIN
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
BERIMAN KEPADA RASUL ALLAH
BAB 7 AL- QUR’AN Standar Kompetensi
Oleh: Rohmansyah, S.Th,I., M.Hum
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
PENILAIAN HARIAN IMAN KEPADA HARI AKHIR.
Tafsir Ayat dan Hadis tentang Mudharabah
Munasabah Al-Qur’an Present By : Kelompok 5.
NAMA: NOR HAFIZ AKMAL BIN RAZAK MATRIK:
فَضَائِلُ الدَّعْوَةِ
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
DOA HARIAN RAMADHAN.
Maulid Nabi Muhammad SAW
Pertanggungjawaban pidana dalam islam
ETOS KERJA DALAM ISLAM Rian Hidayat, S.Pd.I.
Azaria Cahyarani Muhammad Dicky Niea Ardella Wahyu Sada
SUDAHKAH ANDA SIAP??? BERKONSENTRASILAH!!!!!.
Ciri Aliran Sesat Oleh Nanang Kohar, SH.
PETA KONSEP : TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN
Menemani Rasulullah di Surga
REDAKSI AYAT إلا الذين تابوا وأصلحوا وبينوا فأولئك أتوب عليهم وأنا التواب الرحيم ,160 فمن تاب من بعد ظلمه وأصلح فإن الله يتوب عليه إن الله غفور رحيم.
Kandungan Kalimat Syahadat (Madlulusy syahadah)
KODE D.11.2 TAFSIR SURAT ASY-SYU’ARA 214 OBJEK PENDIDIKAN
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
KAJIAN JUMAT PAGI KARYAWAN FKK UMJ TAFSIR SURAH ALBAQARAH AYAT 1-5
BAB 8 IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR BAB 8 IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR.
Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
Aqidah sebagai pondasi islam Kajian Rutin LDK IMMNI 2014/2015
KEMULIAAN AL-QURAN.
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
Oleh : Dr. Octaria Saputra SABAR dan BERSYUKUR.
BAB 1 DASAR-DASAR PENCARIAN KEBENARAN
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
Akhlak Islam.
AL QUR’AN SOLUSI SEMUA PROBLEMA
IMAM FASIH FATWA TARJIH 2004.
AQIDAH ISLAM Kelas VII Semester I. A. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM 1.Pengertian Akidah Islam Menurut Bahasa Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang.
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
Makanan Halal يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوخُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
KONSEP AKIDAH DALAM ISLAM KELOMPOK 3 1. CEP MUHAMAD NURUL FALAH 2. RAHMA MARYAM SHALIHAH 3. ULFA NURAJIJAH 4. MELYANA.
IMAN KEPADA MALAIKAT. 1. Pengertian malaikat Allah Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah. Kata malak memiliki arti.
Toleransi, Kerukunan dan Menghindari Tindak Kekerasan Kelompok 1.
IMAN KEPADA MALAIKAT OLEH: ZAINUL ROHMAN. Pengertian malaikat Allah malaikat berarti utusan Allah yang dengan patuh dan tunduk mengemban semua amanat.
Transcript presentasi:

Oleh : Muhammad Amri Nim : Seminar Hasil Tesis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Selasa, 26 Juli 2011

Alquran diturunkan oleh Allah swt. kepada manusia sebagai petunjuk untuk mengarungi kehidupan. Setelah melalui beberapa masa, sejak diturunkannya, Alquran selalu segar dan senantiasa menyajikan hal-hal yang baru meskipun telah dikaji berulang-ulang dengan metode dan pendekatan berbeda. Alquran, sebagai firman Allah swt. merupakan petunjuk mengenai yang dikehendaki-Nya. Jadi, manusia yang ingin menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan yang dikehendaki-Nya itu, demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, harus dapat memahami maksud petunjuk-petunjuk tersebut. Salah satu arahan yang jelas dari Ayat-ayat Alquran, adalah larangan agar umat Islam tidak terjerumus dalam sebuah lubang ke “putus asa”-an. Allah swt., mewanti-wanti larangan akan hal tersebut hingga diulang beberapa kali dalam Alquran. Melihat penekanan Alquran yang mewanti-wanti manusia agar tidak terjerumus dalam al-ya’s (keputusasaan). Realita kehidupan umat islam secara umum, belum sepenuhnya mencerminkan pemenuhan atas arahan tersebut. Bahkan, sebuah hal yang kelihatannya seakan berbanding terbalik antara anjuran kitab suci Alquran (teori) dan kenyataan yang teraplikasi dalam masyarakat (praktek).

Secara spesifik, dalam masyarakat muslim Indonesia, masih banyak didapati kejadian-kejadian yang secara jelas dilatarbelakangi oleh keputusasaan. Telah menjadi hal yang tidak asing lagi dalam masyarakat, adanya orang yang seakan tidak ingin lagi berbuat kebaikan dan beribadah kepada Allah swt. lantaran merasa bahwa dosa yang dilakukannya sudah menumpuk, bahkan adapula yang sampai mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri lantaran merasa tidak mampu lagi memikul beban kehidupan yang ditanggungnya. Hal konkret yang dapat ditempuh dari latar belakang di atas, ialah melihat lebih dekat bahwa Alquran dengan jelas melarang keras “al-ya’s”, sementara lawan kata dari “al-ya’s” dalam bahasa arab adalah “al-raja>‘”. Allah swt. menegaskan kedekatan diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya dalam QS. Al-Baqarah/2:186 (Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)- Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran). Kedekatan yang digambarkan-Nya di sini adalah kedekatan dalam halperasaan dan tidak semata beracu pada kedekatan material. Hal itu lantaran setelah penegasan berupa kata (فَإِنِّي قَرِيبٌ) saya sungguh dekat, disambung dengan (أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ) niscaya saya akan menjawab segala permintaan orang yang berdoa kepada-Ku. Maka sangatlah wajar ketika seorang hamba berharap kepada Allah swt. sebagai pihak yang paling dekat dengannya.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok yang akan diteliti pada kajian ini adalah “Bagaimana Wawasan Alquran tentang al- Raja>’ ?” Untuk menjawab permasalahan pokok di atas, maka dirumuskan beberapa sub masalah sebagai berikut yaitu: Bagaimana Hakikat al-Raja>’ dalam Alquran ? Bagaimana Eksistensi al-Raja>’ dalam Alquran ? Bagaimana Fungsi dan Pengaruh al-Raja>’ dalam Alquran ?

Judul penelitian ini adalah “Wawasan Al-Qur’an Tentang al-Raja>’ “. Ada tiga variabel dalam judul ini, yaitu Wawasan, Al-Qur’an, dan al-Raja>’. Wawasan dalam bahasa Indonesia berasal dari asal kata “wawas, mewawas (mawas)” yang berarti meneliti, meninjau, memandang, dan mengamati. “Wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, dan pandangan; (2) konsepsi cara pandang. diartikan sebagai rancangan, ide, atau pengertian terhadap sesuatu; Istilah “Alquran” adalah merujuk kepada kitab samawi> terakhir yang turun kepada Rasulullah Muhammad saw. sebagai kitab suci Umat Islam berupa wahyu yang diturunkan Allah melalui perantara Malaikat Jibril as. Kepada Nabi Muhammad saw.; dan kata raja>’ merupakan kata bahasa arab yang secara bahasa berasal dari kata رجاه, ورجواً, ورُجُوًّا, ورجاءً, ومرجاة berarti ammalahu> (mencita- citakannya) dan lawan dari kata al-ya’s (putus asa) secara istilah diartikan ketentraman hati untuk menanti tercapainya sesuatu yang diinginkan di waktu mendatang dengan pemenuhan sebab-sebabnya. Maksud dari judul penelitian ini, adalah gambaran umum dan komprehensif mengenai hakikat al-raja>‘ dalam Alquran. Berupa penelusuran ragam penyebutan term al-raja>‘, ragam pemaknaan ayat-ayat Alquran terhadap term al-raja>‘, ragam ungkapan yang sepadan dengan al-raja>‘ yang juga digunakan dalam Alquran, berikut dipaparkan pula hakikat, eksistensi, jenis-jenis, subyek dan obyek, hal-hal yang mendukung tumbuhnya, serta fungsi rasa al- raja>‘.

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), dengan demikian data yang di gunakan dalam tulisan ini adalah kitab-kitab klasik maupun modern untuk kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode Kualitatif. Untuk mengetahui secara jelas mengenai Konsep Qur’a>ni> tentang al-raja>‘ dalam Alquran. maka penulis menggunakan pendekatan Ilmu Tafsir. Menurut ‘Abd al-H{ayy al-Farma>wi>, ada empat macam metode utama penafsiran Alquran, yaitu: Metode Tah}li>li>, Metode Muqa>ran, Metode Ijma>li>, dan Metode Maud}u>‘i>. Lebih lanjut, dari empat macam metode yang dipaparkan, metode Maud}u>‘i> yang berada pada jenis ke empat, adalah suatu metode tafsir yang beusah mencari jawaban Alquran tentang sesuatu masalah tetentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang berhubungan dengan masalah tersebut, lalu menganalisanya menggunakan ilmu-ilmu bantu, untuk kemudian melahirkan konsep utuh yang berasal dari Alquran tentang masalah tersebut.

Berdasarkan pendekatan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir tematik (maud}u>‘i>). Secara operasional langkah-langkahnya terdiri dari : (1) memilih masalah yang akan dikaji secara tematik dari Alquran; (2) melacak dan menghimpun ayat- ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan; (3) menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologis masa turunnya disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat (asba>b al-Nuzu>l); (4) mengetahui korelasi (muna>sabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing- masing surahnya; (5) menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang tepat, sistematis, sempuran dan utuh (outline); (6) melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempuran dan semakin jelas; (7) mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian sama, atau mengkompromikan antara yang ‘a>m (umum) dengan yang kha>s}s} (khusus), antara yang mut}laq (meluas) dan yang muqayyad (terikat), ataupun antara ayat-ayat yang seakan bertentangan secara lahiriahnya; (8) menyusun kesimpulan (hasil penelitian) yang menggambarkan jawaban Alquran terhadap sebuah permasalahan menurut kerangka teoretis yang telah dibuat dalam penelitian.

Al-Qur’an Hadis Al-Raja>’ 1.Hakikat al-Raja>’ 2.Eksistensi al- Raja>’ 3.Jenis-jenis al- Raja>’ 4.Subyek dan Obyek al-Raja>’ 5.Fungsi al-Raja>’ Tujuan Latar Belakang Dampak Memiliki al- Raja>’ Hal-hal yang dapat Menumbuhkan al-Raja>’

Hakikat al-Raja>’ dalam Alquran Firman Allah swt. QS. Fa>t}ir/35: 29, sebagai berikut : إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ Terjemahnya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” Firman Allah swt. QS. Al-Baqarah/2:218. : إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة : 218) Terjemahnya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Firman Allah swt. QS. Al-Ah}za>b/33:21 : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (الأحزاب:21) Terjemahnya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ima>m Muslim : قال الزهري أخبرني حميد بن عبدالرحمن عن أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال أسرف رجل على نفسه فلما حضره الموت أوصى بنيه فقال إذا أنا مت فأحرقوني ثم اسحقوني ثم اذروني في الريح في البحر فوالله لئن قدر علي ربي ليعذبني عذابا ما عذبه به أحد قال ففعلوا ذلك به فقال للأرض أدي ما أخذت فإذا هو قائم فقال له ما حملك على ما صنعت ؟ فقال خشيتك يا رب - أو قال - مخافتك فغفر له بذلك Artinya : “al-Zuhri> berkata saya telah diberitahukan oleh H{ami>d bin ‘Abd al-Rah}ma>n dari Abu> Hurairah dari Nabi saw. bersabda : Ada seseorang yang dalam kehidupannya hidup secara berlebihan dalam berbuat maksiat. Ketika menjelang kematiannya dia mewasiatkan kepada anaknya agar mayatnya dibakar dan abunya diterbangkan dilaut. Kemudian dia bersumpah bahwa kalau memang ditakdirkan niscaya Allah akan menghukumku dengan hukuman pedih yang sam sekali belum pernah dirasakan oleh orang lain. Maka anaknya-pun melakukan semua perintahnya. Ketika dia dibangkitkan, Allah swt. bertanya kepada orang tersebut : Kenapa kamu melakukan hal ini ? Maka dia-pun menjawab : semua itu lantaran saya takut kepada-Mu ya Rabb. Kemudian Allah-pun mengampuninya.”

Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Muslim : عن أبي هريرة : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لو يعلم المؤمن ما عند الله من العقوبة ما طمع بجنته أحد ولو يعلم الكافر ما عند الله من الرحمة ما قنط من جنته أحد Artinya : “Dari Abu> Hurairah bahwasanya Rasul saw. bersabda : Seandainya orang mu’min tahu siksaan yang disiapkan oleh Allah niscaya tidak seorang-pun dari mereka yang berharap akan masuk syurga, dan seandainya orang kafir tahu rahmat yang dimiliki oleh Allah swt. niscaya tidak seorang-pun dari mereka yang berputus asa atas syurga- Nya.” Menurut Al-Ghaza>li, al-raja>’ adalah sesuatu yang merupakan gabungan dari tiga sesuatu, yaitu : h}a>l (keadaan), ‘ilm (pengetahuan), dan ‘amal (perbuatan). Ilmu akan al-raja>’ akan mendorong kepada h}a>l al-raja>’ (keadaan merasakan harapan), kemudian dari h}a>l akan mendorong kepada al-‘amal (perbuatan yang membuktikan sikap raja>’ dalam bentuk nyata). Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa al-raja>’ adalah posisi tertinggi yang ditempuh oleh orang-orang yang berjalan menuju Allah swt.. Ibarat sebuah burung, seorang hamba terbang menuju Tuhan-Nya dengan dua sayap yaitu khau>f dan raja>’. Dengan khau>f hamba menghindari dosa dan kemaksiatan, sedangkan dengan raja>’ hamba bergerak untuk melakukan ketaatan kepada Allah swt.

Akumulasi dari sekian dalil Al-Qur’an dan Hadis, dilengkapi beberapa pandangan ulama mengenai hakikat al-raja>’. Maka didapati bahwa al-raja> adalah keinginan untuk menggapai sesuatu yang diidamkan pada masa lampau yang disertai usaha semaksimal mungkin untuk meretas pencapaian harapan tersebut. Selanjutnya, sesuatu yang diharapkan adalah hal yang masih bersifat kemungkinan dan tidak pasti. Meski demikian, sebuah harapan adalah sesuatu yang mesti dimiliki seumur hidup dan tidak boleh hilang lantaran tertutupi oleh tirai-tirai keputusasaan selama masih menjalani kehidupan. Karena keputusasaan adalah hal yang dilarang keras oleh Allah swt., dan merupakan tirai terbesar yang dapat memupuskan harapan manusia.

Eksistensi al-Raja>’ dalam Alquran Hubungan al-Raja>’ dan Iman QS. Al-Baqarah/2:218. إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة\2 :218) Terjemahnya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Keterkaitan antara raja>’ dan i>ma>n dalam ayat di atas, tergambar dengan jelas sebagai sebuah hubungan timbal balik yang sangat erat. Syarat utama orang-orang yang berharap adalah harus memiliki keimanan terlebih dahulu, dan semakin tinggi keimanan seseorang, semakin besar pula nilai raja>’ yang dimiliki dalam dirinya. Raja>’ adalah rasa harap yang besar terhadap pencapaian sesuatu yang diidamkan pada masa mendatang, dan hal yang utama adalah terlebih dahulu harus didasari oleh kepercayaan terhadap obyek harapan.

Hubungan al-Raja>’ dan Amal QS. Al-Kahf/18:110. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110) Terjemahnya: ”Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Mahaesa”. Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Tuhannya.” Hubungan antara al-raja>’ dengan amal, adalah hubungan erat yang bersifat timbal balik. Al-Raja>’ terbukti adanya dengan amal yang dilakukan, sebaliknya amal akan meningkat dengan adanya raja>’ yang melatarbelakanginya. Pada ayat di atas, dengan jelas disebutkan bahwa barang siapa yang berharap untuk bertemu Allah swt. kelak, adalah dengan cara memperbanyak amal saleh dan menghindar dari segala bentuk kemusyrikan. Secara jelas al-‘amal memiliki posisi penentu terhadap tercapainya sebuah harapan. Semakin tinggi harapan seseorang terhadap sesuatu yang ingin dicapai, maka dorongan untuk beramal akan lebih besar pula.

Hubungan al-Raja>’ dan Ihsan QS. Al-Ah}za>b/33:21. لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (الأحزاب\33 :21) Terjemahnya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Hubungan mendasar yang terjalin antara al-raja>’ dengan al-ih}sa>n, dapat terwakili oleh sifat dari rasa harap itu sendiri. Rasa harap yang tinggi kepada Allah adalah merupakan sebuah ih}sa>n (kebaikan) yang dianjurkan sendiri oleh Allah swt. bagi kita untuk senantiasa melakukannya. Belum lagi, setelah memiliki rasa raja>’ yang tinggi kepada Allah, dorongan akan perbuatan baik dan mengarah kepada kebaikan akan senantiasa tumbuh bahkan dengan intensitas yang lebih tinggi dari orang-orang yang tidak memiliki raja>’ dalam hatinya.

Fungsi al-Raja>’ dalam Alquran Harapan kepada Allah swt. di dunia adalah sebab yang dapat mendatangkan ampunan Allah swt. QS. Al-Taubah/9:106: وَآَخَرُونَ مُرْجَوْنَ لِأَمْرِ اللَّهِ إِمَّا يُعَذِّبُهُمْ وَإِمَّا يَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (106( Harapan dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Isra>’/17:57 أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا Harapan dapat membawa kepada pencapaian sesuatu yang diharapkan Allah swt. berfirman dalam QS. Yu>suf/12:87 يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (87) Harapan dapat mendorong untuk melakukan Ibadah Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Zumar/39:9 أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (9)