Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENANGANAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK TETANUS
Advertisements

Pendahuluan Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa.
SOSIALISASI DAN PENGENALAN PENYAKIT RABIES
TETANUS M. Atoillah.
Mira Febrina Teknik Industri
Tugas Pengendalian Mutu
Migrain.
Tetanus pada Orang Dewasa
2. Studi Farmakoepidemiologi Analisis
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI Disampaikan pada pertemuan Pelaksana Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap 7 April 2015.
ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES
DIFTERI Suharyo.
SENSUS DATA PASIEN Oleh : Yati Maryati.
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
Menghitung Tetesan Infus
Penatalaksanaan diet PENDERITA CHF fc II ec HHD dd/CAD, AKI dd ACUTE CKD, dan DM TIPE II di Rs. UMUM TANGERANG Oleh: Siti Fatimah
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
MANFAAT SENG DALAM PENGOBATAN PNEUMONIA BERAT PADA ANAK-ANAK USIA 2 TAHUN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT INDIA SELATAN Oleh : Annisa Nurjanah
Sunarmi Amalia Aprilia intan murniati
GLOSSARY/ ISTILAH STATISTIK RS
STATISTIK DATA KLINIS DAN DATA CASEMIX
Effect of preventive (β blocker) treatment, behavioural
Oleh Dr. Nugroho Susanto
INFEKSI BAKTERI ANAEROB FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Oleh: Luqman Ardi Setiawan ( ) Muhammad Ali Shodiqin ( )
PEMANFAATAN MIKROBA BAKTERI Lactobacillus sp PADA BIDANG KESEHATAN
Energi dan Fruktosa Dari Minuman Manis Dengan Gula atau sirup jagung fruktosa tinggi menimbulkan risiko kesehatan bagi sebagian orang. Nama : Anita Sonia.
Fatigue in early Parkinson’s disease: the Norwegian ParkWest study
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
Penyakit tetanus Tabita wahyu a.
Demam Tifoid Eggi Arguni.
Comparison of Real Time IS6110-PCR, Microscopy, and Culture for Diagnosis of Tuberculous Meningitis in a Cohort of Adult Patients in Indonesia Nama :
Neurobehavior II Stephanie D. A.
MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK
Oleh : Anisa Larasati P PrOgram Studi DiplOma III Jurusan Fisioterapi
MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL
KERACUNAN.
Sindrom Guillain–Barré
TUGAS RESUME RESUME Nama : IKHFINI NPM :
RIZA HUDA PRATAMA RAHAYU
- JURNAL READING - Farikha Ni’matul Maghfiroh
GOLONGAN ANTI SPASMODIK
Komplikasi Tetanus Inas Amalia
Effect of Exercises on Quality of Life in Women
Perawatan bayi baru lahir
KELOMPOK 4 NI PUTU MITHA DEWI NI LUH GEDE ARIYANTI PUTRI NITYARI
Asuhan keperawatan hipoglikemia
PD3I, PENYEBAB DAN CONTOH VAKSIN
TOPIK NO Keterangan Hlmn, Jelaskan Judul dan abstrak 1 Subyek penelitian 581, pada judul tidak dijelaskan, namun pada abstrak di jelaskan Memberikan ringkasan.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI
MENINGITIS OLEH NUGROHO.
PENYAKIT RABIES.
ANESTESI NAMA KELOMPOK: ARDIAN YUDHITAMA DINA WIDYA ASMARA SOLIN
Oleh : Andri Markhoni Permana
Jurnal Reading Perbandingan Dopamin dan Norepinephrine dalam Pengobatan Syok Pembimbing Dr nunung SpAn Disusun oleh Yudha Ramdani ( ) KEPANITRAAN.
ANALISA JURNAL Equal antipyretic effectiveness of oral and rectal acetaminophen: a randomized controlled trial [ ISRCTN ] (Efektinitas penggunaan.
JOURNAL READING Mucuna Pruriens pada Penyakit Parkinson : A Double-Blind, Randomised, Controlled, Crossover Study PEMBIMBING : Dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan,
dr. Nurtakdir Setiawan, Sp.S
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
POLIOMIELITIS (PENYAKIT POLIO)
GANGGUAN MOOD MENETAP SIKLOTIMIK & DISTIMIK.
Pangkas Berat Badan dengan Operasi Ongkosnya Lebih Murah
KERACUNAN STRYCHNIN KELOMPOK 2. Isep Ramdan Ayuni Stevia Nurul Febriana Safitri Ni Putu Devi W
dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S
Oleh : Raras Windaswara
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF RSUD AMBARAWA 2018
Apa sih HIV itu?? Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
Journal Reading Efficacy and Safety of Acupuncture for Dizziness and Vertigo in Emergency Department: a pilot cohort study Pembimbing : dr. Nurtakdir Kurnia.
Kiki Amelia, M.Farm, Apt FARMAKOKINETIKA KLINIK. PERBEDAHAAN FARKAKOKINETIKA FARMAKOKINETIKA KLINIK Mengetahui apa yang dialami obat dalam tubuh mahluk.
Transcript presentasi:

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Evaluasi efek menguntungkan dari penambahan imunoglobulin tetanus im ke terapi intratekal pada pengobatan tetanus Fatimah Nur Janah 161.0221.007 Departemen Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Abstrak Pengobatan tetanus telah berkembang dari manajemen suportif hanya untuk menetralkan racun tetanus dengan HTIg Penelitian ini untuk mendeteksi efek menguntungkan dari penambahan HTIg IM ke terapi intratekal Latar belakang 125 pasien diacak dan dibagi jadi 2 kelompok (kelompok kontrol dan studi) Setiap kelompok dibagi jadi 3 kelas sesuai tingkat keparahan Diperhatikan dari 3 parameter Metode Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan Dapat mengurangi durasi tinggal di RS, terapi oral, durasi kejang Hasil Tidak terlalu memberi manfaat tetapi dapat menyebabkan pemulihan lebih cepat Kesimpulan

Abad ke - 19 Pada anestesi umum, opium dan beberapa metode aneh Collen : opium dosis besar + laksatif O’beirre : tembakau, tabung karet elastis dan minyak puring Ramon : tetanus toxoid ‘anatoxine tetanique’ untuk profilaksis tetanus pada hewan dan manusia introduction

Clostridium tetani Gram positif Anaerobik Toksin Cl. Tetani Tetanospasmin Tetanolisin Gram positif Anaerobik Spora membentuk bacillus yang menghasilkan toksin Syaraf somatik Hambat mekanisme pengontrol syaraf otonom Menghalangi pelepasan neurotransmiter penghambat glisin dan as. Gamma aminobutiric Sist kardiovaskuler labil, berkeringat, hiperpireksia, dan disfungsi otonom Ketegangan otot dan spasme Basil matang melepaskan toksin Sirkulasi limfatik dan vaskular Didistribusikan ke endplate dari semua syaraf Tingkat penularan paling cepat di sepanjang sensorik Paling lambat di sepanjang neuron andrenergik Kuantitas terbesar : neuron motorik Syaraf terpendek : mengeluarkan racun yang menimbulkan gejala Menghasilkan serpihan serotonin oleh semua syaraf Mengarah sentripetal ke SSP

Tingkat keparahan tanda dan gejala Tergantung toksin yang di keluarkan ke dalam darah yang ditularkan oleh syaraf ke sumsum tulang belakang Penatalaksanaan Untuk menetralisir racun dalam sirkulasi dan cairan serebrospinal sebelum diperbaiki neuron Penghapusan racun menyisakan racun yang mengalir di sepanjang syaraf sehingga efek hanya dapat diminimalkan/dicegah Penatalaksaan spesifik dan konservatif Antitoksin -> ATS (antitetanus serum) -> HTIg Dukungan kehidupan Perawatan yang baik Lingkungan yang tenang Antibiotik Obat penenang Relaksan otot

Tahun 2004 Miranda – Filho membandingkan HTIg im (3000 IU) ditambah HTIg intratekal (1000 IU) dengan HTIg im saja -> tidak menemukan perbedaan signifikan pada mortalitas Meta analisis Menemukan manfaat signifikan penggunaan pengobatan intratekal dosis tinggi (>250 IU) Dosis maksimum perawatan intratekal adalah 1500 IU Perawatan intratekal lebih efektif dari pada im Penelitian ini untuk mengukur apakah ada efek menguntungkan pada penambahan terapi im HTIg ke terapi intratekal Parameter pemulihan : durasi kejang, durasi masa inap di RS, dan beralih ke terapi oral

metode 65 kelompok studi Diberi HTIg intratekal + im Kriteria eksklusi Pasien <2 tahun / >70 tahun Meninggal dalam 12 jam setelah masuk 125 pasien (setuju partisipasi) 60 kelompok kontrol Diberi HTIg intratekal saja

2-5 tahun : intratekal 500 + im 500 Dosis HTIg 2-5 tahun : intratekal 500 + im 500 5-10 tahun : intratekal 1000 + im 750 >10 tahun : intratekal 1500 + im 1000 Kriteria (C) tingkat keparahan penyakit C-1 : lockjaw C-2 : spasme C-3 : masa inkubasi atau kurang C-4 : periode onset kejang 48 jam atau kurang C-5 : demam (suhu aksila 99 F / suhu rektal 100 F saat masuk/dalam 24 jam setelah masuk) Grading (modifikasi kriteria Patel & Joag) Ringan : 1 atau 2 dari 5 (C1 dan/atau C2, sesekali dema (C5) dengan C1 atau C2) Sedang : 3 dari 5 (C1+C2 dan salah satu dari ketiga kriteria lain) Berat : 4 dari 5

hasil Angka kematian 0 pada tetanus ringan di kedua kelompok Tidak ada perbedaan signifikan dalam mortalitas karena penambahan HTIg im pada tetanus sedang dan berat Keseluruhan mortalitas 15,38% pada kelompok studi tidak berbeda secara signifikan untuk tingkat keparahan pada kelompok kontrol 14,88% hasil

Penambahan im HTIg memiliki efek signifikan pada durasi kejang pada tetanus ringan, sedang dan berat Durasi kejang pada kelompok studi lebih singkat pada tetanus ringan Kejang hanya berlangsung rata-rata 1 hari pada tetanus sedang pada kelompok studi dibandingkan kelompok kontrol

Penambahan im HTIg memfasilitasi pergeseran lebih awal ke terapi oral Rata – rata 5.08 hari pada tetanus ringan dalam kelompok studi dibandingkan 7,21 hari dalam kelompok kontrol Pada tetanus moderat pergeseran ke terapi oral lebih cepat (5,9 hari) pada kelompok studi dari pada kelompok kontrol (7,5 hari) Pada tetanus berat, terapi oral dimulai pada 8,61 hari pada kelompok studi dan 10,41 hari pada kelompok kontrol Perbedaan signifikan secara statistik

Manfaat juga ditemukan pada durasi rawat inap di RS Durasi rata-rata perawatan di rumah sakit 10.92 hari pada tetanus ringan, 12,7 ahri pada tetanus sedang dan 15,82 hari pada tetanus berat Lebih awal dari pada kelompok kontrol yang berkisar 14,79 hari (ringan), 15.06 hari (sedang), 18,82 (berat) Tidak ada efek samping Tig yang diamati pada kedua kelompok

diskusi Terapi intratekal sangat mengurangi angka kematian pada tetanus dan sudah menjadi terapi standart di banyak pusat Pada penelitian ini mortalitas cukup banyak walaupun pada tetanus berat Dalam penelitian ini 1500 IU JTIg intratekal digunakan pada pasien >10 tahun Angka kematian total 15,38% pada kelompok studi dan proporsi mayoritas pasien mengalami tetanus berat Penelitian ini menegaskan bahwa manfaat mortalitas menggunakan dosis HTIg intratekal yang lebih tinggi HTIg im secara signifikan mengurangi durasi kejang, manfaat penambahan im ini terlihat pada semua subkelompok karena spasme berlangsung selama rata-rata 0,33, 1 & 1,45 hari pada tetanus ringan, sedang, berat

Menambahkan HTIg im terus setelah kontrol kejang untuk mengalihkan pasien ke terapi oral. Untuk memulai terapi oral 2,13 hari sebelum nya (ringan), 1,6 hari lebih awal (sedang), 1,8 hari sebelumnya (berat) Dalam kelompok studi pasien tetanus ringan, sedang dan berat memiliki durasi rawat inap rata-rata 10,92 hari, 12,7 hari dan a5,82 hari Penelitian ini menunjukan pengurangan rawat inap di RS ketika HTIg im ditambahkan ke terapi intratekal Penelitian ini tidak ada efek samping HTIg yang diamati pada kedua kelompok Dengan demikian manfaat menambahkan HTIg im ditemukan di ketiga parameter yang diamati Pemberian HTIg intratekal dapat menetralisir toksin tetanus dalam CSF, dosis im mentralkan itu dalam sirkulasi sebelum berada di syaraf, tetapi penambahan terapi im tidak dapat membantu dalam mengurangi angka kematian

Kesimpulan Penambahan im HTIg untuk terapi intratekal pada tetanus tidak memberi manfaat kelangsungan hidup tetapi dapat menyebabkan pemulihan lebih cepat, pengontrolan kejang lebih dini, pergeseran lebih awal ke terapi oral, mengurangi durasi rawat inap di RS dan tanpa efek samping