Pedoman pencegahan kebakaran
Latar Belakang Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yang berisi tentang syarat-syarat keselamatan kerja untuk : mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ; mencegah dan megurangi peledakan ; memberikan kesempatan/jalan menyelamatkan diri dalam bahaya kebakaran ; pengendalian penyebaran asap, gas, dan suhu.
Proses Terjadinya Kebakaran Kebakaran adalah api yang tidak terkontrol dan tidak dikehendaki karena dapat menimbukan kerugian baik harta benda maupun korban jiwa. Api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan tiga unsur yang terdiri dari bahan bakar, oksigen, dan panas. Hubungan ketiga komponen ini biasanya disebut dengan segitiga api, sehingga bila salah satu unsur tersebut dihilangkan maka api akan padam.
Segitiga api
Metode Pemadaman Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman: dengan merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi.
Prinsip dapat dilakukan dengan teknik 1. Pendinginan (Cooling) Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan bahan yang terbakar menggunakan semprotan air sampai suhu dibawah titik nyala. Bahan bakar dengan titik nyala rendah seperti bensin, pendinginan dengan menggunakan bahan air kurang efektif. Pendinginan digunakan dalam memadamkan kebakaran yang melibatkan bahan bakar dengan titik nyala yang tinggi.
2. Penyelimutan (Smothering) Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan bakar dengan oksigen atau udara yang diperlukan bagi terjadinya proses pembakaran. Menyelimuti suatu kebakaran dengan CO2 atau busa akan menghentikan supply udara untuk kebakaran. 3. Memisahkan bahan yang dapat terbakar (Starvation) Memadakan api dengan memisahkan bahan yang dapat terbakar dengan jalan menutup aliran bahan bakar yang menuju tempat kebakaran atau menghentikan supply bahan bakar.
4. Memutus reaksi rantai kimia Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur menghasilkan gas-gas lainnya seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan benda yang terbakar). Hasil reaksi yang penting adalah atom bebas O dan H yang dikenal sebagai atom atom radikal yang membentuk OH dan pecah menjadi H2 dan O. Atom radikal O dapat membentuk api lebih besar. Maka cara pemadaman ini adalah dengan memutus rantai reaksi pembakaran dengan media pemadam api yang bekerja secara kimia.
Klasifikasi Kebakaran (API) Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media pemadam api sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di Indonesia yang ditetapkan dalam Permenaker No. 04/Men/1980 sebagai berikut :
Klasifikasi Api (kebakaran) 1. Klas A : Bahan Padat kecuali logam (Kayu, arang, kertas, plastik dan lain-lain) 2. Klas B : Bahan cair dan gas (Bensin, Solar, minyak tanah, aspal, alkohol, elpiji, dll.) 3. Klas C : Peralatan listrik yang bertegangan 4. Klas D : Bahan Logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)
Jenis Media Pemadam A. Media Pemadam Cair 1. Air : Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran klas A dan B. 2. Busa : Efektif memadamkan kebakaran klas A dan B terutama jika permukaan yang terbakar sangat luas. 3. CO2 :Cocok untuk memadamkan kebakaran klas B dan C.
B. Media Pemadam Padat 1. Pasir dan Tanah Efektif untuk memadamkan kebakaran klas A dan B namun hanya untuk ceceran minyak atau oli dalam jumlah yang kecil. 2. Tepung Kimia Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api adalah dengan memisahkan atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara kimia memutuskan rantai reaksi pembakaran.
Dalam pemadaman perlu diperhatikan : 1. Arah angin 2. Jenis bahan yang terbakar 3. Volume dan potensi bahan yang terbakar 4. Letak dan situasi lingkungan 5. Lamanya terbakar 6. Alat pemadam yang tersedia
Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran A. Hydrant Untuk teknik pemadaman dengan hydrant yang harus diperhatikan untuk pemegang nozzle adalah: 1. Posisi kaki selalu kuda-kuda 2. Buka atau tutup pancaran air harus diarahkan ke atas. 3. Saat Pancaran jet sebaiknya nozzleman harus dalam posisi di tempat (berhenti) dan ingat bahaya tekanan balik dari pancaran air.
4. kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda. 5. Pandangan selalu ke depan ke arah api dan selalu memperhatikan kerja sama team. 6. Cara memegang nozzle sesuai dengan prinsip ergonomi yang aman dan disesuaikan dengan teknik pemadaman yang diiginkan.
Prinsip Cara Menggelar Selang 1. Arah lemparan dari sumber air kearah api 2. Gelaran selang tidak boleh terpuntir 3. Selang tidak boleh ditarik atau diseret sepanjang permukaan tanah
4. Untuk selang gulungan : - Dengan dilemparkan mendatar ke bawah - Dengan dibawa berjalan (khusus kopling instantaneous) 5. Untuk selang lipatan ujungnya langsung dibawa ke arah api.
Prinsip Cara Meringkas Selang 1. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekukan 2. Buang air dalam selang dari sumber air ke arah api 3. Gulung selang dari arah api ke sumber air 4. Letakan kopling dalam gulungan tunggal/ganda
B. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus di test terlebih dahulu dengan membuka kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke atas.
1. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan arahkan nozzle ke atas, handle di tekan/dipukul. 2. Jenis CO2 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan nozzle ke atas jangan memegang corong (horn) saat memadamkan kebakaran. 3. Jenis Busa mekanik: nozzle dipegang pada lubang masuk udara. 4. Jenis busa kimia : perhatikan selang APAR jangan sampai tersumbat. 5. Selesai pemadaman pancaran nozzle harus selalu diarahkan ke bawah.
Pedoman Keselamatan Pemadam Sebagai pedoman setiap akan bertindak dalam pemadaman kebakaran harus mengutamakan keselamatan jiwa (safe life first) baik diri sendiri atau keselamatan team. Untuk itu setiap pemadam harus : 1. Tegas dan disiplin 2. Tenang, waspada (mudah berfikir) dan percaya diri. 3. Kompak dalam kerja sama team 4. Cepat dan efesien 5. Setiap selesai pemadaman yakinkan api telah padam mundur sampai jarak aman dan jangan langsung balik badan. Hal ini dapat dicapai karena terbiasa, dari pengalaman dan keterampilan yang diperoleh dalam latihan.
Terimakasih