dipakai di daerah Pulau Sumatera, misalnya Batak dipakai di daerah Pulau Sumatera, misalnya Batak. Di Batak dikenal penanggalan Batak yang disebut porhalaan dan bambu peramal yang disebut tondung sahala. Porhalaan terbuat dari ruasan bambu yang diukir dengan garis melintang dan membujur berbentuk petak segi empat. Tiga puluh garis membujur untuk hari dalam sebulan dan dua belas garis melintang untuk bulan dalam setahun. Ukuran porhalaan berbeda-beda, yang paling kecil kira-kira 10 cm panjangnya dan yang paling besar mencapai 100cm. Porhalaan (hala dari bahasa Sansekerta kala ‘waktu’) merupakan penanggalan untuk menentukan hari baik dan hari buruk. Tondung sahala ialah alat untuk meramal atau merenungkan sahala (pembawaan) seseorang. Alat ini diyakini membantu sang datu meramalkan masa depan seseorang. Tondung sahala terdiri dari kira-kira empat puluh buah bilah bambu yang memuat tulisan-tulisan, terikat jadi satu. Bahan tulis dari bambu ini tidak membudaya di Pulau Jawa.