Kegiatan Pembelajaran 4 Pemanfaatan Limbah Pertanian
Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pupuk Organik Limbah pertanian dapat berasal dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Limbah pertanian yang mengalami pelapukan akan menjadi pupuk dengan kandungan yang dibutuhkan oleh tanah. Pupuk organik ini dipercayai sebagai pupuk lengkap yang memiliki kandungan unsur makro maupun mikro. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah serta kecukupan hara sehingga dapat membuat pertumbuhan tanaman lebih baik.
Pupuk merupakan suatu kebutuhan untuk meningkatkan kesuburan lahan dan produktivitas tanaman Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa pupuk organik mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, daya tahan tanah menjadi lebih baik dalam menahan laju erosi, kesehatan tanah lebih terjaga, dan tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman.
Peluang sisa panen tanaman pangan menjadi pupuk organik Peluang sisa panen tanaman pangan menjadi pupuk organik. Berdasarkan hasil penelitian ahli di bidang ini menunjukkan bahwa hasil panen padi berupa jerami dapat menjadi pupuk kompos sebesar 50%. Pada tanaman Jagung dapat menghasilkan sisa limbah pertanian seperti batang, daun, dan tongkol kering hingga 8-10 ton/ha. Tanaman pangan lainnya seperti kacang tanah mengahasilkan biomass hingga 4 ton/ha dan tanaman kacang kedelai maupun kacang hijau dapat menghasilkan 2 ton/ha.
Peluang Pupuk Organik Pertanian terpadu dan terintengrasi yang dinamakan bioindustri bertujuan tidak adanya limbah pertanian yang terbuang. Ternak memiliki peran penting bila diintegrasikan dengan tanaman pangan. Adapun keuntungan integrasi tersebut akan menjadikan ekologi lingkungan yang baik, nol limbah, memberikan keuntungan akibat efisiensi penggunaan komponen produksi. Hal ini akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani.
Limbah pertanian merupakan sisa-sisa hasil pertanian yang berasal dari tumbuhan dan hewan ternak misalnya sisa dari pemanenan hasil tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, sampah rumah tangga, kotoran hewan ternak dan sebagainya. Pemanfaatan limbah pertanian sangat perlu kita lakukan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan selain itu dapat dijadikan masukan/tambahan bagi petani ataupun masyarakat yang memanfaatkan limbah tersebut.
Pupuk organic cair dari limbah sayur dan buah
Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak Pakan dalam melakukan usaha budidaya ternak, merupakan salah satu sarana produksi yang amat penting dan sangat strategis, karena kecukupan dan mutunya yang secara langsung berkorelasi dengan performan ternak. Keterbatasan pakan dapat menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi. Hal ini dapat diatasi bila potensi pertanian/industri maupun limbahnya dapat dioptimalkan penggunaannya sebagai bahan pakan ternak Penggunaan bahan pakan alternatif sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain bahan pakan tersebut tersedia dalam satu tempat dalam jumlah yang banyak, sehingga untuk memperolehnya tidak membutuhkan biaya yang besar.
Limbah pertanian untuk pakan ternak
Sumber limbah pertanian diperoleh dari komoditi tanaman pangan, dan ketersediaanya dipengaruhi oleh pola tanam dan luas areal panen dari tanaman pangan di suatu wilayah. Jenis limbah pertanian sebagai sumber pakan antara lain : limbah tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kedelai, tanaman kacang tanah, tanaman ubi kayu, tanaman ubi jalar, dan lain-lain.
Dedak dan Bekatul Dedak dan bekatul sebagai limbah dari penggilingan padi, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ternak ruminansia. Banyaknya dedak yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Dedak kasar dapat dihasilkan sebanyak 14,44%, dedak halus sebanyak 26,99%, bekatul sebanyak 3% dan 1-17% menir dari berat gabah kering
Dedak dan Bekatul
Tanaman Jagung Setelah produk utamanya dipanen hasil ikutan tanaman jagung dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia, yaitu berupa jerami, klobot dan tongkol jagung baik sebelum atau sesudah melalui proses pengolahan. Jumlah produk ikutan jagung dapat diperoleh dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber serat/pengganti hijauan untuk 1 satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan konsumsi pakan kering 3% bobot hidup) dalam setahun
Tanaman Ubi Kayu Tanaman ubi kayu (Cassava) merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman tropis yang potensial dan sangat penting sebagai pakan ternak sumber energi (umbi) dan protein (daun) dalam jumlah besar. Limbah tanaman ubi kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: Berasal dari lahan pertanian, berupa daun ubi kayu setelah masa panen. Produksi biomass hijauan ubikayu terdiri atas daun, tangkai daun dan batang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wanapat et al. (2002) dalam Sirait dan Simanihuruk, 2010) menunjukkan produksi daun merupakan proporsi tertinggi, yakni sebesar 61,6 % pada pemanenan yang dilakukan saat tanaman berumur 4 bulan dengan tinggi pemotongan sekitar 40 cm diatas permukaan tanah dari total produksi bahan kering sebesar 1.434 kg/ha.
Berasal dari pabrik pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka atau industri makanan berupa kulit ubi kayu, potongan-potongan yang tidak bisa masuk ke mesin penggiling dan onggok. Akan tetapi penggunaan umbi dan daun ubi kayu dalam ransum ternak cukup terbatas dikarenakan adanya faktor pembatas berupa racun asam sianida (HCN). Beberapa proses pengolahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar HCN dalam ubi kayu adalah pengeringan, perendaman, perebusan, fermentasi dan kombinasi proses-proses ini. Sedangkan untuk daunnya, kandungan HCN dapat diturunkan dengan pengeringan, perebusan atau penambahan metionin atau senyawa lain yang mengandung sulfur. Penggunaan ubi kayu dalam ransum ternak unggas sebesar 5-10% dan untuk ternak ruminansia sebesar 40-90%
Pupuk Bokasi Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa jepang yang berarti “Bahan organik yang telah difermentasikan” jadi pupuk organik bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (kotoran ternak, jerami padi, sekam padi, serbuk gergaji, sampah, rumput dan lain-lain) yang diolah dengan menggunakan aktifator Effektif Microorganisme4 (EM4).
Manfaat Pupuk Organik Bokashi Menggemburkan tanah. Menghasilkan unsur hara mikro dan makro yang cepat terserap oleh perakaran tanaman. Mencegah timbulnya jamur pada pupuk kandang dan tanah lingkungan tanaman. Merangsang pertumbuhan yang cepat dengan populasi maksimal. Mengurangi penggunaan pupuk kimia 50% sampai 70%. Menekan populasi perkembangan hama atau bakteri patogen sehingga mengurangi penggunaan insektisida, pestisida maupun fungisida.
Jenis-jenis Bokashi Menurut bentuknya bokashi dibagi dalam 2 jenis yaitu Bokasih padat dan Bokashi cair, Bokashi padat terbuat dari limbah pertanian yang berbentuk padat, misalnya kotoran ternak, sampah organik, dll. Sedangkan pupuk bokashi cair terbuat dari kotoran ternak atau limbah pertanian lainnya yang diolah berbentuk cair dengan penambahan air sesuai anjuran.
Jerami Jerami yang merupakan limbah pertanaman padi, merupakan material yang potensial dan mudah didapatkan sehingga dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber pupuk bagi tanaman Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak telah umum dilakukan di daerah tropik, terutama sebagai makanan ternak pada musim kemarau. Jumlah jerami yang dihasilkan dalam satu hektar padi sawah adalah sebanyak 1,44 kali dari jumlah hasil panennya
Pupuk Kompos Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk yang ramah lingkungan. Selain berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah yang dapat menigkatkan produksi pertanian, juga sangat aman bagi kelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan untuk pembuatan pupuk kompos ini berasal dari tumbuh-tumbuhan yang juga berasal dari alam itu sendiri. Selain itu pembuatan pupuk kompos ini hanya memerlukan biaya yang elatif murah, sehingga dapat menekan pengeluaran yang dibayarkan oleh petani.
Pupuk kompos
Syarat-syarat bahan kompos Struktur bahan-banah yang akan dibut kompos tidk boleh terlalu kasar. Bahan-bahan seperti jerami, bahkan pangkasan pupuk hijau sebaiknya di potong-potong menjadi potongan yang lebih halus. Bahan-bahan yang miskin n harus dicampur dengan bahan yang kaya N, juga dengan bahan yang banyak mengandung jasad renik, misalnya pupuk kandang, humus,dan lain sebagainya. Kadang-kadang juga diberi sedikit pupuk N buatan. Cara penumpukkan bahan kompos Bahan untuk kompos ditumpuk berlapis-lapis di atas tanah. Tiap lapisan setebal 30 cm, dan tinngi total penumpukkan sekitar 1.5 meter dengan luas lapisan lebih kurang 2 x 3 meter. Untuk mempercepat proses penguraian, pada setiap lapisan dapat diberi kapur atau abu dapur. Tumpukkan kompos harus cukup basah dan terlindung dari cahaya matahari dan hujan. Kemudian setiap minggu tumpukkan di bongkar untuk dibalik dan ditumpuk kembali. Dengan jalan demikian perubahan di dalam tumpukan dapat merata. Setelah 3-4 kali pembalikan dan penumpukan kembali akan di peroleh kompos yang sudah masak.
Faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos Beberapa faktor yang mempengaruhi penguraian bahan tanaman utama dalam pembuatan kompos adalah : Kandungan bahan asal. Kadar lignin, wax damar dan senyawa sejenisnya di dalam bahan asal. Makin banyak bahan ini, makin lambat proses penguraian. Ukuran bahan asal. Makin halus bagian-bagian tanaman yang digunakan, penguraiannya akan berlansung lebih cepat. Oleh karena itu sebaiknya bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat kompos dipotong-potong terlebih dahulu. Kadar N bahan kompos. Bahan asal yang kaya n akan cepat terurai karena jasad renik yang mengurai tersebut memerlukan N untuk pertumbuhannya. Oleh sebab itu pada pembuatan kompos perlu ditambah sedikit pupuk N buatan. pH tumpukkan kompos. Supaya proses penguraian berlansung cepat, pH tumpukkan kompos tidak boleh terlalu rendah maka perlu diberi kapur ataupun abu dapur. Cukup mengandung air dan udara (O2). Bila tumpukan kurang mengandung air, akan bercendawan sehingga penguraiannya terhambat dan tidak sempurna. Sebaliknya bila terlalu banyak mngandung air, keadaanya menjadi anaerob yang akan merugikan jasad renik perombak. Suhu Optimal. Bagi berlansungnya proses perombakan suhu optimal adalah 30-45o C.
Bahan asalnya. Sebaiknya merupakan campuran dari berbagai macam bahan tanaman, maka proses penguraiannya relatif lebih cepat dari pada bila hanya terdiri dari bahan-bahan tanaman yang sejenisnya. Porositas. Porositas adalah ruang antara partikel dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu. Kandungan Bahan Berbahaya. Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. Aerasi. Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos, dan sebagainya.
Manfaat pupuk kompos Aspek Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas jerap air tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Terima Kasih