Definisi Bioremediasi Setiap proses yang menggunakan mikroorganisme, fungi, tanaman atau enzim yang dihasilkannya untuk memperbaiki lingkungan yang telah tercemar.
Prinsip Kerja Metabolisme – Katabolisme: penguraian – Anabolisme: sintesis – Katabolisme dan anabolisme
Membutuhkan N, P, S, trace elements Periode aklimatisasi= fase lag atau adaptasi Metabolisme bakteri: – Aerobik – Anaerobik Cara Kerja: Metabolisme
Tipe bioremediasi Biostimulasi Nutrien dan kondisi lingkungan Bioaugmentasi Penambahan mikroba/tanaman Bioremediasi intrinsik Terjadi secara alami
Konversi setiap g N-NH 4 + menjadi N-NO 3 - diperlukan: 1.4,18 g O 2 terlarut 2.7,05 g alkalinitas (1,69 g C anorganik) Dan dihasilkan: 1.0,20 g biomas mikroba 2.5,85 g CO 2 Nitrifikasi NH ,83O 2 + 1,97HCO 3 - 0,0244C 5 H 7 O 2 N + 0,976NO ,90H 2 O + 1,86CO 2
Proses: 1.Oksidasi amoniak – Nitrosomonas, Nitrosovibrio, Nitrosococcus, Nitrolobus, Nitrospira 2.Oksidasi nitrit – Nitrobacter, Nitrococcus, Nitrospira Nitrifikasi
Nitrifikasi vs Heterotrof Konversi amoniak oleh bakteri nitrifikasi lebih lambat daripada oleh bakteri heterotrof Nitrifikasi diperlukan penambahan alkalinitas: kapur, soda Heterotrof diperlukan penambahan karbon
Denitrifikasi Konversi nitrat menjadi gas N Bakteri anaerob keberadaan O2 tidak diinginkan Menghasilkan alkalinitas Bakteri : 14 genera – Pseudomonas, Bacillus, Alkaligenes
Assimilasi Assimilasi ammonium atau nitrat: 1.Fitoplankton 2.Tanaman
Assimilasi oleh Fitoplankton Sistem fotoautotrofik Diperlukan: – Alkalinitas – CO2 Menghasilkan: – Biomas fitoplankton – O2 Variasi O2, pH, konsentrasi ammoniak
Assimilasi oleh Tanaman Phytoremediasi Tanaman air: rumput laut, Hydrilla Tanaman darat: hidroponik, aquaponik
4. Bioremediasi H 2 S Pada kondisi aerobik: – S organik S 2 - SO 4 2- – SO 4 2- bersifat mudah larut dalam air Pada kondisi anaerobik: – SO 4 2- akan digunakan dalam metabolisme bakteri sebagai pengganti O 2 – Bakteri akan mereduksi SO 4 2- menjadi gas H 2 S
Bakteri fotosintetik benthik memiliki klorofil menguraikan H 2 S untuk fotosintesis pada kondisi anaerob Bakteri sulfur ungu dan hijau tumbuh pada daerah anaerob antara batas sedimen dan air Bakteri fotosintetik non-sulfur: menguraikan bahan organik, H 2 S, NO 2 dan bahan polutan lainnya. Chromatiaceae dan Chlorobiaceae 4. Bioremediasi H 2 S
Bioremediator Komersial untuk Akuakultur
Penerapan Prinsip Bioremediasi Bioremediasi: – Langsung secara in situ – Sistem pengolahan limbah budidaya terpisah Sistem pengolahan limbah budidaya: – Sistem resirkulasi – Sistem konvensional – Sistem alami: Bioremediasi intrinsik
Sistem Pengolahan Limbah Konvensional 1.Perlakuan primer 2.Perlakuan sekunder
BIOSTIMULASI Menyediakan kondisi optimal untuk mikroorganisme/tanaman Menyediakan nutrien
BIOSTIMULASI: Lingkungan TemperaturCahayapH Potensial redoks
OksigenKarbonNitrogenFosforusSulfur BIOSTIMULASI: Nutrien TEKNOLOGI BIOFLOK
Teknologi Bioflok (BFT) Paka n Sisa pakan Fese s TAN NO 2 NO 3 N2N2 CahayaSumber karbon Bioflok
Dengan penambahan karbon organik kelebihan nitrogen dalam sistem budidaya dikonversi menjadi biomas bakteri. Biomas bakteri bioflok Teknologi Bioflok (BFT)
Bioflok : mikroorganisme pembentuk flok, bakteri filamen, partikel, koloid, polimer organik, kation dan sel-sel mati. Mengapa bakteri membentuk flok???? – Pembentukan habitat mikro – Perlindungan dari predator – Peningkatan difusi nutrien Teknologi Bioflok (BFT)
Aplikasi BFT: – Perbaikan kualitas air – Peningkatan efisiensi pemanfaatan protein – Penurunan biaya pakan – Biosekuriti Budidaya ikan nila dan udang Teknologi Bioflok (BFT)
Aspek Penting dalam BFT 1.Intensitas pengadukan Mempengaruhi struktur dan ukuran flok Pengadukan terlalu kuat: ukuran flok lebih kecil Manipulasi input energi Penggunaan jenis aerator yang tepat
2. Oksigen terlarut Dipengaruhi oleh pengadukan dan aerasi Mempengaruhi aktivitas metabolisme bakteri Mempengaruhi struktur flok o DO tinggi: flok lebih besar dan padat o DO rendah: bakteri filamen mendominasi floc terapung Aspek Penting dalam BFT
3. Sumber C Penambahan C: 1.Langsung ditambahkan 2.Dicampur dalam pakan Sumber C: molase, glukosa, tapioka, glyserol,… Mempengaruhi komposisi kimia (protein, lemak, asam lemak) bioflok Aspek Penting dalam BFT
4. Laju akumulasi bahan organik Mempengaruhi komposisi mikroba pembentuk flok Dipengaruhi oleh metode pemberian pakan 5. Temperatur Mempengaruhi komposisi kimia bioflok, DO, laju metabolisme, pertumbuhan organisme budidaya 6. pH Mempengaruhi stabilitas bioflok Aspek Penting dalam BFT
Contoh Perhitungan Kebutuhan C 1.Asumsi: kepadatan ikan 50 kg/m3 2.Pemberian pakan – 2%BB/hari – Pakan mengandung 30% protein – Protein mengandung 16% N 3.Jumlah pakan per hari = 1000 g/m 3 4.Jumlah protein yang masuk ke kolam = 30% x 1000 = 300 g/m 3 /hari 5.Jumlah N yang masuk ke kolam = 16% x 300 = 48 g/m 3 /hari 6.75% dari total N tersebut masuk ke dalam air 7.Jumlah N yang masuk ke dalam air = 75% x 48 = 36 g/m 3 /hari 8.Rasio C/N yang dibutuhkan oleh mikroorganisme = 10 9.Jumlah C yang perlu ditambahkan = 10 x 36 = 360 g/m 3 /hari 10.Hampir semua bahan karbon organik mengandung 50% C 11.Jumlah sumber karbon organik yang harus ditambahkan ke kolam = (100%/50%) x 360 = 720 g/m 3 /hari