MODUL 1 KEGIATAN BELAJAR 4
Materi-materi bidang-bidang kajian sosiologi dibuat dalam enam pokok bahasan: Fakta Sosial sebagai “Eksternal” Ilmu Budaya dan Ilmu Masyarakat Makna dari Persyaratan “Hubungan Sosial” Kerjasama dan konflik Studi Sistem Sosial Perilaku Individu dan perulangannya Materi ini akan membatu anda dalam memetakan fenomena sosial sesuai klasifikasi kenyataan sosial sebagai obyek kajian sosiologi.
Fakta sosial adalah nilai-nilai, norma-norma budaya, dan struktur sosial yang melampaui individu dan mampu menekan individu (social facts arethe values, cultural norms, and social structures which transcend the individual and are capableof exercising a social constraint) (Jaky, 2015:33).
Durkheim mengajukan tiga karakteristik untuk dapat memetakan gejala sosial yang bersifat fakta sosial : fakta sosial yang bersifat ekternal. Bahasa, sistem moneter, norma- norma profesional, dan seterusnya dan manusia bertindak, berpikir dan berperasaan yang memperlihatkan sifat patut sebagai sesuatu yang ada diluar kesadaran individu. fakta sosial bersifat memaksa individu. individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong, atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Fakta sosial bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat, dengan kata lain fakta sosial merupakan milik bersama, bukan sifat individu perorangan sehingga fakta sosial sifatnya kolektif dapat mempengaruhi individu.
KEBUDAYAAN dan MASYARAKAT Sosiologi menggunakan dan mengkaji masalah kebudayaan karena kebudayaan tak lepas dari hubungan antara sesama manusia dalam masyarakat. Mengabaikan kajian kebudayaan tentu akan membuat sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat menjadi hambar dan kehilangan nuansa dinamisnya. Sosiologi juga banyak memberikan banyak kajian tentang bagaimana interaksi sosial dalam masyarakat melahirkan suatu pola kebudayaan, bagaima lembaga-lembaga masyarakat memiliki kebudayaan-kebudayaan tertentu, dan bagaimana ketika antar-kelompok sosial yang berbeda secara budaya itu berinteraksi.
Budaya dapat digolongkan menjadi tiga kategori umum (Roymond Williams dalam Lubis, 2015:67). 1. Kategori ideal’ sebagai suatu keadaan proses penyempurnaan diri manusia dan berkaitan dengan nilai-nilai absolut atau nilai-nilai universal tertentu; 2. Catatan dukumenter atau teks dan praktik budaya dilihat sebagai suatu kerangka intelektual imajinatif dimana dengan cara yang rinci pengalaman serta pemikiran; 3. Ketiga“kategori sosial” budaya dilihat sebagai gambaran pandangan hidup tertentu, bentuk dan tujuan analisis budayanya adalah untuk menyusun struktur perasaan, maksudnya adalah nilai-nilai yang dianut oleh kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu.
Berkaitan dengan tiga kategori budaya, Simmel dalam bukunya ”The Conflict of Modern Culture (Simmel, 1976) memaknai hidup sebagai potensi kreatif (creative potential) pada tingkat individu sebagai kekuatan produktif dari kebudayaan, meskipun bukan kajian utamanya. Simmel lebih menitikberatkan pada kreatifitas kebudayaan sebagai usaha-usaha kultural yang bersifat kollektif dari individu yang menggunakan kekuatan produksi (Marxian) sebagai proses perubahan kebudayaandan menjadi kekuatan penggerak perubahan sosial (Widyanta, 2002:122). Jadi sebenarnya berkembangnnya dan rusaknya kebudayaan itu bergantung pada masyarakatnya.
KAJIAN MAKNA DARI PERSYARATAN HUBUNGAN SOSIAL Pendekatan sosiologi mikro berpangkal pada interaksi sehari-sehari yang selalu dirasakan oleh setiap individu dalam melakukan hubungan sosial: Hubungan interaksional yang terjadi dalam hubungan antar pribadi; hubungan interkasi sosial yang terjadi, pola-pola hubungan yang terjadi, jenis transaksi yang dibangunnya. Hubungan antar individu memiliki kepentingan atau warna hubungan yang sangat luas Hubungan interaksi yang dilakukan manusia selaku pribadi/ anggota kelompok yang lebih besar: bentuk hubungan inrteraksi onal yang terjadi, jenis transaksi yang mengikat individu dalam kelompoknya, pola hubungan kelompok yang dibangunnya dan sejauh mana hubungan itu dapat berlangsung.
c.Hubungan interaksional antar kelompok masyarakat; dalam bentukkelembagaan sosial, transaksi sosial yang dibangun, jenis hubungandan norma tertentu, yang mengikat hubungan itu (apakah ada struktur formal, apakah membantu sistem jaringan sosial tertentu dannorma apa yang membentuknya. Dalam hidupnya, pasti individu pernah merasakan berbagai peran institusi berawal dari keluarga, sekolah, keluarga yang lain, institusi pekerjaan, jika demikian halnya, keberadaan individu ditentukan oleh keberadaan kelembagaan yang menaunginya.
KAJIAN KERJASAMA DAN KONFLIK Biasanya dalam memulai “hubungan sosial” kesesuaian atau kecocokan dalam proses interaksi yang berulang-ulang, sehingga muncul rasa percaya terhadap hubungan masing-masing. Dari hubungan saling percaya itulah, ada keinginan untuk melakukan kerjasama. Dariproses hubungan itu akan diwarnai perbedaan-perbedan dan itu bisa memicu terciptanya konflik. Dalam kehidupan manusia, konflik tidak bisa kita hindari dimana situasi konflik bisa tampak ataupun tersembunyi. Semua unsur dalam masyarakat pasti pernah mengalami konflik misalnya konflik individu, kelompok-kelompok suku, agama, ras, dan golongan, organisasi dan kelompok organisasi publik, bisa pada skalasi antara bangsa/Negara. Konflik bisa terjadi tiba-tiba ataupun sudah terencana dan tersusun, demikian pula proses Penyelesaiannya secara terhormat ataupun tidak terhormat, cara beradab ataupun cara tidak beradab.
SISTEM SOSIAL Sistem merupakan satu kesatuan yang kompleks, terdiri dari antar hubungan dan dipisahkan dari lingkungan sekitarnya oleh batas tertentu. Organisme sebagai contoh dalam memahami sistem, karena dasar pemikiran dari teori sistem oleh Parsons bermula pada pendahulu-pendahulunya auguste Comte dan Herbert Spenser menganalogikan masyarakat sebagai organisme biologis (Sztompka, 2004:1). Sistem sosial merupakan sebagai suatu pola interaksi yang terdiri dari komponen- komponen sosial yang teratur dan melembaga. Salah satu karakteristik dari sistem sosial adalah kumpulan dari beberapa peran sosial seperti peran dalam bidang Pemerintahan (menteri, bupati, kepala desa dan sebagainya); peran dalam bidang pendidikan (rektor dan para wakilnya, dekan, dosen, kepala sekolah; peran dalam keluaraga (Ayah, ibu, anak dan sebagainya. Peran yang dimaksudkan adalah tingkah laku yang diharapkan atau tingkah laku normatif yang yang melekat pada status seseorang
PERILAKU INDIVIDU DAN PERULANGANNYA Berbicara tentang perilaku sosial dan perulangannya setidaknya perlu memahami kajian teori pertukaran sosial oleh George Homans dan Peter Blau. Teori pertukaran sosial dilandasi oleh prinsip transaksi ekonomi yang elementer dalam artian pilihan rasional.Misalnya orang yang menyedia kan barang atau jasa sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan kedua ahli ini memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi soial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi, mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak akan selalu dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan yang tidak nyatadapat berupa penghargaan dan penerimaan atas nilai yang diant bersama sehingga individu melakukan pertukaran mendapatkan kepuasan.
Homans percaya pertukaran dapat dijelaskan dengan lima pernyataan proporsional yang saling berhubungan yaitu: sukses, stimulus, nilai, deprifasi satiasi dan restu agresi. Proposisi sukses Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu Prposisi stimulus Jika dimasa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama Proposisi nilai Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu Proposisi deprivasi-satiasi Proposisi deprivasi-satiasi: Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu Proposisi restu-agresi Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah; dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi yang lebih benilai baginya Sumber: Homans (dalam Poloma, 2010:61-65)