Berdasarkan Sumber, Sifat Bentuk, Penggunaan & Efek yang ditimbulkan Visi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA: “Program Studi Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA pada tahun 2020 Menjadi Salah Satu Pusat Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Yang Menghasilkan Lulusan Unggul Di Tingkat Nasional Yang Memiliki Kecerdasan Spiritual, Intelektual, Emosional, Dan Sosial”. KLASIFIKASI TOKSIKAN (1) Berdasarkan Sumber, Sifat Bentuk, Penggunaan & Efek yang ditimbulkan
Jalan Masuk Toksikan Cara masuk bahan beracun (toksik) dan penyerapannya ke dalam tubuh pekerja dapat melalui 3 jalan : Melalui mulut/alat pencernaan dengan jalan termakan atau terminum Melalui mulut jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan-bahan beracun, dapat juga melalui makanan yang tercemar dan dapat juga karena disengaja mencampurkan bahan racun tsb. 2) Melalui kulit dengan jalan kontak/bersentuhan, tertumpah ke kulit dengan jalan tusukan oleh gigitan binatang berbisa, melalui suntikan seperti obat-obat narkotik Melalui absorpsi kulit lebih sering terjadi, biasanya terjadi pada pekerja-pekerja yang kesehariannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia seperti keracunan CS2 (Carbon Disulfat) air raksa, Mercury (Hg), Pb, dan senyawa organik lainnya seperti senyawa arsen, anilin, tetraetyl, dll. Bahan kimia tersebut merupakan bahan-bahan kimia yang dapat diabsorpsi oleh kulit yang selain dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan setempat pada kulit dapat menyebabkan keracunan sistemik yaitu kerusakan bagian tubuh dalam. 3) Melalui pernapasan melalui jalan aspirasi (pengisapan) Keracunan melalui alat pernapasan paling banyak terjadi dan merupakan yang harus diperhatikan oleh setiap orang, karena absorpsi bahan kimia melalui pernapasan sebagian bahan kimia diabsorpsi oleh selaput lendir bagian atas alat pernapasan dan sebagian lagi menembus jaringan paru-paru. Absorpsi melalui kulit dan pernapasan langsung memasuki sirkulasi darah dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh sebelum tanpa melalui hati, absorpsi melalui mulut akan melalui hati dahulu sebelum diedarkan ke sirkulasi darah. Hati merupakan organ penting untuk menghilangkan (detoksifikasi) berbagai macam racun yang masuk ke dalam tubuh melalui alat pencernaan.
Klasifikasi dan Karakteristik Toksikan (Bahan Toksik) Klasifikasi toksikan (Bahan Toksik). Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan: Sumber, misalnya fauna (hewan) atau flora (tumbuhan) Sifat Fisik, misalnya gas, cair, dan debu Penggunaan, misalnya pestisida, pelarut, dan food additive Efek yang ditimbulkan, misalnya kanker dan mutasi.
Klasifikasi Berdasarkan Sumber Toksikan Sumber Flora & Fauna Sumber Toksikan Sumber berbentuk titik dan area yang bergerak Sumber domestik, komersial dan industri Klasifikasi sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya digunakan untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan dari pada sumber area yang bergerak. Kalsifikasi sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat, dan jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida, sisa obat, dll.
Sumber Racun Fauna Klasifikasi ini membedakan racun yang berasalkan fauna dan flora, serta kontaminasi organisme. Racun dari Fauna : contohnya pekerja yang bekerja dan kontak langsung dengan ular beracun yang berada di perkebunan, pertambangan, kehutanan. Racun ular atau bisa ular (venom), tersusun atas bahan kimia dari bisa ular sangat kompleks sekitar 90 % tersusun atas protein yang sebagian besar adalah enzim, Protein penyusun bisa ular tsb jika di suntikkan dan masuk ke aliran darah akan mempengaruhi sistem kardiovaskuler, sirkulasi, respirasi, syaraf para pekerja. Ada 2 jenis daya toksik ular (venom), yaitu: a. Neurotoxic yaitu bisa ular bersifat racun terhadap saraf, yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan sel saraf mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiruan dan hitam (nekrosis), penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat seperti saraf pernapasan dan jantung, penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh pekerja ialah melalui pembuluh limfe. Racun jenis ini dimiliki oleh ular Kobra, ular Mamba, ular Laut, Ular Karang. Ular welang yang hidup dipematang sawah warna hitam dan pada perut berwarna putih.
Sumber Racun Fauna Hemotoxic: bisa ular yang bersifat racun terhadap darah yaitu bisa ulara yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah) sehingga sel darah merah menjadi hancur dan larut (hemolysine) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah mengakibatkan timbulnya pendarahan pada selaput tipis (lendir) pada mulut, hidung tenggorokan dll. Daya kerja bisa ular pelarut darah ini hampir sama dengan toksik bahan kimia ASH3 (Arsenicum). Dapat menyerang sistim sirkulasi darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene, kelumpuhan permanen kemampuan bergerak otot. Racun jenis ini dihasilkan oleh keluarga ular Viperidae, ular kobra (sinduk), ular hijau yang hidup dipohon, ular tanah atau ular gibuk.
Sumber Racun Fauna Bisa Laba-laba (Spider venom) Sebagian besar laba-laba mempuyai bisa (beracun) tetapi hanya sebagian kecil saja yang dapat menembus kulit manusia: Laba-laba Latrodectus yang berbisa bersifat racun terhadap (neurotoxic) dan dapat menyebabkan sakit (kolik) perut, pengeluaran keringat, gemetar (tremor) dan kelemahan badan. Laba-laba Loxosceles berbisa bersifat merusak/mematikan jaringan-jaringan kulit (necrotic) dan menyebabkan kekurangan oksigen pada tempat yang digigit (local ischemia) dan mengakibatkan luka tipis merata (ulceration). Black Widow (Latrodectus mactans) Loxosceles arizonica
Sumber Racun Flora Racun flora, paparan nikotin dalam tembakau yang terjadi pada pekerja anak Gejala yang dijelaskannya muntah dan mual konsisten dengan gambaran orang terkena racun akut akibat nikotin, satu jenis penyakit akibat pekerjaan di pertanian tembakau ketika pekerja menyerap nikotin melalui kulitnya saat menyentuh tanaman tembakau. Nikotin terdapat di semua bagian tanaman dan daun tembakau dalam semua tahapan produksi. Penelitian kesehatan masyarakat telah menunjukkan bahwa petani tembakau menyerap nikotin melalui kulit mereka saat menangani tembakau, terutama ketika tanaman tersebut basah. Penelitian menunjukkan petani tembakau dewasa yang tidak merokok memiliki jumlah nikotin yang sama dengan perokok di masyarakat umum. Nikotin adalah toksin alias zat racun, dan paparan nikotin telah lama dikaitkan dengan dampak buruk berjangka panjang atas perkembangan otak. Penelitian kesehatan masyarakat soal merokok menunjukkan bahwa pemaparan nikotin selama masa kanak dan remaja dapat memicu konsekuensi langgeng pada perkembangan otak. Korteks prefrontal, bagian otak yang berperan untuk fungsi eksekutif dan atensi, adalah salah satu bagian terakhir otak yang matang dan terus berkembang selama masa remaja dan menginjak dewasa. Bagian ini sangat rentan terhadap dampak stimulan, seperti nikotin. Paparan nikotin pada masa remaja berkaitan dengan gangguan mood, dan masalah memori, atensi, kontrol impuls, dan kognisi di kemudian hari.
Sumber Racun Flora Tabakosis adalah nama penyakit akibat pengaruh debu tembakau kepada para pekerja. Debu tersebut dihirup oleh pekerja, ketika dilakukannya pengolahan daun tembakau yang kering terutama pada pekerja peranjangan. Daun tembakau yang disimpan lama dan lapuk menimbulkan banyak debu. Menghirup udara yang mengandung debu tembakau yang cukup banyak menyebabkan reaksi akut pernapasan dengan gejala demam, batuk dan pusing. Menghirup debu tembakau dapat menyebabkan radang tenggorokan dan dalam jangka waktu yang panjng radang paru dan menjadi aktifnya kembali penyakit TBC paru.
Sumber Racun Flora Jengkol (Pethecollobium labatum) Merupakan bahan makanan yang mengandung vitamin B1, cara pengolahannya bermacam-macam ada yang dibuat emping jengkol, ada yang dimakan mentah sebagai lalapan. Jengkol mempunyai bau yang khas, keracunan jengkol karena memakan jengkol yang dimasak maupun mentah maupun emping jengkol yang digoreng dapat menyebabkan kejengkolan. Biji jengkol mengandung asam jengkol (hamud jengkol) berupa asam amino yang mengandung belerang, asam jengkol sukar larut dalam air. Pekerja yang mempunyai indikasi penyakit ginjal atau fungsi ginjal kurang baik dapat mengakibatkan kefatalan. Gejala rasa nyeri (kolik), buang air kecil sedikit-sedikit urine berwarna merah bercampur putih seperti warna air pencuci beras (dalam urine terdapat sel darah meraah dan sel darah putih), perut gembug dan tidak bisa buang air besar, buang air kecil berbau jengkol.
Sumber Racun Flora Keracunan singkong (Manihot Utilissima) Singkong dibuat juga sebagai bahan tepung tapioka untuk bahan makanan biskuit dll, jenis singkong ada yang manis memiliki kadar Sianida yang rendah (≤ 50 mg/kg singkong) untuk bahan makanan dan ada yang jenis singkong yang pahit untuk dijadikan tepung tapioka umumnya menggunakan varietas berkadar HCN tinggi (varietas pahit), untuk mendapatkan pati yang banyak, hal ini disebabkan adanya korelasi antara kadar HCN singkong segar dengan kandungan pati. Semakin tinggi kadar HCN yang rasanya semakin pahit, kadar pati semakin meningkat dan sebaliknya. Namun demikian, pada industri dilakukan proses pengolahan dengan baik sehingga kadar HCNnya berkurang. Tepung aci untuk bahan kanji yang dipakai dalam industri tekstil untuk bahan perekat (lem) Hidrogen sianida (HCN) atau asam sianida ini merupakan racun pada singkong, Masyarakat mengenal sebagai racun asam biru karena adanya bercak warna biru pada singkong dan akan menjadi toksin (racun) bila dikonsumsi pada kadar HCN lebih dari 50 ppm. Singkong maupun daunnya mengandung zat amydalin yang sewaktu-waktu asam cyanidanya dapat bebas dari ikatannya yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan cyanida bagi pekerja yang memakannya. Asam cyanida bersifat racun karena menghambat sistem cytichrom oksidase untuk mengangkut oksigen dal sel-sel darah.
Sumber Kontaminasi Organisme Diare menjadikan tubuh pekerja menjadi lemah dan dehidrasi Air minum Terkontaminasi bakteri Coliform: Escherichia Coli Dalam jangka lama dapat merusak ginjal dan organ tubuh lainnya yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Pada anak-anak, e. coli dapat menciptakan racun yang dapat melemahkan dinding usus kecil. Lapisan-lapisan beberapa pembuluh darah kecil pada ginjal juga bisa menjadi lemah. Ini merupakan komplikasi serius yang disebut dengan sindrom uremik hemolitik (HUS), dan dapat memungkinkan bagi penderita mengalami kegagalan ginjal atau komplikasi lain, seperti kelumpuhan, kebutaan, dan kejang.
Kalsifikasi Berdasarkan Sifat Fisik Klasifikasi atas dasar sifat fisik sangat bermanfaat dalam memahami efek yang mungkin terjadi serta pengendaliannya. Bentuk toksikan dapat bersifat : Padat, (debu & kabut) walaupun kecil kemungkinan untuk menyebabkan keracunan, tetapi dapat masuk ke mulut melalui makanan, dapat terhirup maupun terabsorpsi melalui kulit jika berubah bentuk. Padahal beberapa proses industri memungkinkan zat padat berubah menjadi debu, gas maupun uap dan akhirnya menjadi cair. Misalnya: debu kayu, asap dan uap las, pembakaran polyurethane (bahan plastik). Liquid (Cair& larutan), banyak ditemukan dalam proses dan produk industri, misal: asam dan solvent. Banyak dari cairan kimia juga mengeluarkan uap yang sangat toksik jika terhirup. Cairan ini juga terabsorpsi ke dalam sistem peredaran darah melalui kulit. Gas & Uap, Gas dapat berasal dari perubahan bentuk zat padat maupun cair dalam kondisi panas. Gas dapat terdeteksi dari bau dan warna, tetapi ada beberapa gas yang tidak bisa terdeteksi dengan bau dan warna, contoh gas CO. Gas mudah terhirup dan efeknya sering dirasakan ketika kondisi tubuh sudah sangat rapuh. Gas juga dapat bersifat flammable atau explosive. Uap,bisa berasal dari bentuk alamiah zat tersebut dalam temperatur normal maupun uap dari zat cair. Selain dapat bersifat iritatif bagi kulit, mata dan saluran pernafasan, uap juga dapat bersifat flammable atau mudah terbakar dan explosive atau mudah meledak.
Klasifikasi Penggunaan: Pestisida Tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja dipertanian diracuni oleh pestisida oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan pekerja di pertanian lainnya terkontaminasi (terpapar) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida. Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terkontaminasi pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida juga beresiko terkontaminasi pestisida. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin, peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.
Klasifikasi Penggunaan: Pelarut Pelarut organik adalah bahan kimia yang berbentuk cair pada suhu kamar, berfungsi sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Pelarut organik sangat beragam dengan struktur kimia yang bermacam-macam: golongan hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xylena, dll), hidrokarbon alifatik, aldehida, alkohol, eter, keton, glikol, hidrokarbon terhalogenisasi, dan lain-lain. Kesamaannya adalah kemampuannya melarutkan dan mendispersikan lemak, minyak, cat. Penggunaan Pelarut organik di bidang industri bermacam-macam, contohnya benzena, toluena, xylena di gunakan sebagai lem, pelarut, cat, dan lain-lain. Penggunaan toluena sebagai sebagai pelarut cat, thinner, tinta, lem, bahan tambahan produk kosmetik, industri pestisida, crude petroleum, disinfektan, industri plastik, dan serat sintetik. Jalan masuk ke dalam tubuh dapat melalui tiga mekanisme, yaitu inhalasi (terhirup), ingesti (tertelan), dan kontak langsung melalui kulit. Pelarut organik seperti benzena, toluena, xylena mudah menguap, seringkali uap xylena terhirup oleh pekerja yang tidak mengunakan alat pelindung diri. Pelarut organik ini berbahaya bagi kesehatan pekerja karena dapat menyebabkan : Iritasi hidung, tenggorokan, dan saluran napas, Iritasi dan inflamasi pada paru, Gangguan susunan saraf pusat, Gangguan susunan saraf tepi, Gangguan neurologis: gangguan pendengaran contohnya toluena Gangguan sistem reproduksi, Beberapa bersifat karsinogenik contohnya benzena, Gangguan organ seperti ginjal, hati, Iritasi mata, Iritasi kulit. Studi epidemiologi terhadap para pekerja yang terpajan benzena dalam periode waktu yang lama menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker, seperti kanker darah (leukemia)
Klasifikasi Penggunaan: Food Adiktif Sekarang tidak cukup hanya dengan bahan utama itu saja, masih perlu tambahan bahan lainnya, misalnya perasa atau flavor (bahan untuk menimbulkan aroma dan rasa tertentu) dan bahan pewarna. Jadi, ketika makanan olahan diproses ke dalam makanan tersebut telah ditambahkan zat – zat kimia dengan tujuan tertentu. Zat – zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitasnya yang mencakup rasa, penampilan, warna, keawetan. Bahwa pemakaian zat aditif pada makanan tidak pernah dapat dihindari karena dalam beberapa hal fungsinya memang diperlukan dalam proses pembuatan bahan makanan tersebut. Selain itu, tidak semua zat aditif pada makanan berbahaya atau tidak bernilai gizi. Beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh kita karena mengandung vitamin, penggunaan zat aditif makanan yang berlebihan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu, pemakaiannya arus selalu terkendali sehingga dampak negatifnya dapat diminimalkan. Zat aditif pada makanan yang digunakan harus mempunyai sifat – sifat sebagai berikut: Dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut Tidakmengurangi zat – zat esensial di dalam makanan Mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan Menarik bagi konsumen, tetapi tidak merupakan suatu penipuan.
Food Adiktif : Pewarna Makanan Tujuan pemberian pewarna pada makanan hanyalah untuk memperbaiki penampilan makanan sehingga lebih menarik perhatian. Sekarang sudah banyak diproduksi pewarna makanan sintesis. Misalnya: violet GB (warna ungu), sunset yellow FCF (warna oranye), tartrazine (warna kuning), indigo carmine (warna biru). Namun, harga pewarna makanan sintesis tersebut relatif mahal, sehingga ada orang yang tidak bertanggung jawab menggantinya dengan pewarna tekstil yang harganya murah tapi berbahaya bagi kesehatan. Pewarna tekstil yang sering disalah gunakan sebagai pewarna makanan, antara lain rhodamine B (warna merah) dan metanil yellow (warna kuning). Bahan – bahan itu dapat memicu terjadinya kanker.
Food Adiktif : Pemanis Makanan Gula putih dan gula merah adalah pemanis alami yang sangat umum pemakaiannya, bagi penderita diabetes (kencing manis) dan obesitas (kegemukan) dapat meningkatkan kadar gula dan menambah berat badan. Untuk itu telah tersedia pemanis sintesis renda kalori seperti siklamat dan sakarin. Namun, sejak tahun 70-an penggunaan siklamat dan sakarin telah dilarang di Amerika Serikat karena dicurigai dapat mengakibatkan kanker. Sebagai gantinya, tahun 1981 diproduksi aspartam sebagai pemanis sintetis yang kemanisannya kira – kira 160 kali gula putih. Sorbitol adalah salah satu jenis pemanis sintetis yang tidak terurai dalam mulut sehingga tidak merusak gigi, tetapi pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan diare. Baru – baru ini telah ditemukan pemanis sintetis generasi terkini, yaitu neotam. Pemanis ini merupakan turunan dari aspartam yang kemanisannya 7.000 – 13.000 kali tingkat kemanisan gula. Beberapa Penelitian telah membuktikan bahwa neotam aman karena tidak dicerna tubuh dan dibuang seluruhnya melalui urine dan feses, mengandung nol kalori tapi dapat dikombinasikan dengan pemanis yang lain dan dapat mempertegas rasa buah.
Food Adiktif : Pengawet Makanan Kerusakan makanan terutama disebabkan oleh mikroba (bakteri, jamur, dan ragi). Untuk mengawetkan makanan. Gula dan garam adalah pengawet alami yang sudah digunakan sejak zaman dahulu, misalnya pada manisan, asinan, telur asin, ikan asin. Namun, penggunaan gula dan garam sebagai pengawet dapat mengakibatkan makanan berasa terlalu manis atau asin. Asam cuka merupakan pengawet alami yang efektif karena mikroba tidak dapat bertumbuh dengan baik pada suasana asam. Asam cuka sering digunakan sebagai bahhan pengawet untuk mentimun, bawang, cabe. Bahan kimia pengawet : Natrium nitrit, digunakan sebagai pengawet dalam sosis, burger, dan daging kaleng. Natrium nitrit dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Clostridium botulinium yang menyebabkan keracunan makanan. Asam benzoat / natrium benzoat, digunakan sebagai pengawet makanan dan minuman, jus buah, saos, sambal, dan kecap, serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan ragi yang merusak makanan.
Food Adiktif : Pengawet Makanan c. Asam propionat / natrium propionat, digunakan sebagai pengawet roti dan keju, dan menghambat pertumbuhan jamur dan ragi. Penggunaan zat pengawet tersebut harus selalu dikontrol karena pemakaian yang berlebihan dapat merugikan kesehatan. Misalnya, natrium nitrit dapat mengakibatkan kanker, sedangkan natrium benzoat dapat mengakibatkan gangguan syaraf dan alergi. Penyalahgunaan pemakaian bahan pengawet untuk makanan seperti boraks yang merupakan bahan kimia pembuatan keramik sering digunakan sebagai pengawet pada proses pembuatan mie dan bakso. Sedangkan formalin, bahan kimia pengawet mayat, banyak digunakan untuk mengawetkan ikan segar dan tahu. Hal ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan keracunan, gatal-gatal, iritasi paru-paru, gangguan sistem pencernaan dan kematian.
Food Adiktif : Penyedap Makanan Tujuan penambahan penyedap rasa adalah untuk memperkaya rasa makanan dan memberi rasa pada makanan yang tidak mempunyai rasa misalnya, es krim, dan jelly. Penyedap rasa alami sudah digunakan sejak zaman dahulu, misalnya garam, gula, cuka, bumbu, rempah – rempah, bawang, dll. Untuk menguatkan atau mempertegas rasa beberapa bahan , makanan, misalnya daging, ikan, sayur, mie, serta idangan lainnya digunakan penyedap rasa sintetis, seperti MSG (Monosodium Glutamate) atau vetsin. Pemberian 0,1% MSG telah dapat meningkatkan rasa suatu makanan menjadi lebih sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan dapat mengakibatkan sesak nafas, sakit dada, pusing dan mudah letih.
Klasifikasi Efek Yang Ditimbulkan Klasifikasi efek yang ditimbulkan toksikan berupa dampak bahan toksik bagi kesehatan manusia, yaitu: Fibrosis yaitu pertumbuhan jaringan ikat dlm jumlah yg berlebihan Granuloma yaitu benjolan akibat proses peradangan menahun Demam yaitu meningkatnya temperatur tubuh Asphyxia yaitu keadaan dimana darah & jaringan kekurangan oksigen Alergi yaitu reaksi berlebih terhadap materi tertentu Kanker yaitu pertumbuhan sel yg tdk terkendali Mutasi yaitu perubahan susunan & jumlah gen Teratogen yaitu cacat Sistemik yaitu racun yg menyerang hampir ke seluruh organ tubuh.
TERIMA KASIH