Biologi SMA/MA Kelas XI BAB 9 SISTEM KOORDINASI Biologi SMA/MA Kelas XI
KOMPETENSI DASAR Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mebgaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat. Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia dan melakukan kampanye antinarkoba pada berbagai media. Melakukan kampanye antinarkoba melalui berbagai bentuk media komunikasi, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
TUJUAN PEMBELAJARAN AFEKTIF Siswa dapat mengubah sikap untuk mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur, fungsi, dan bioproses sistem koordinasi pada manusia. Siswa dapat menunjukkan sikap ilmiah, yaitu teliti, tekun, jujur sesuai dengan data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, peduli lingkungan, gotong royong, serta bekerja sama dalam melakukan observasi dan eksperiman tentang sistem koordinasi pada manusia. Siswa dapat mengubah sikap untuk peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan sistem koordinasi di laboratorium dan di lingkungan sekitar.
TUJUAN PEMBELAJARAN KOGNITIF Siswa dapat memerinci organ-organ yang tergabung dalam sistem koordinasi dengan menggunakan gambar/torso manusia. Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian neuron dengan menggunakan gambar neuron. Siswa dapat memberikan contoh-contoh gerak refleks yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menjelaskan mekanisme penghantaran impuls dengan menggunakan gambar. Siswa dapat menjelaskan struktur sistem saraf pusat melalui pengamatan gambar. Siswa dapat mengumpulkan informasi atau data-data yang berkaitan dengan susunan saraf tepi dari media.
TUJUAN PEMBELAJARAN KOGNITIF (lanj.) Siswa dapat menganalisis berbagai jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Siswa dapat menganalisis perbedaan sistem saraf dengan sistem hormon. Siswa dapat menunjukkan struktur panca indra (mata, telinga, kulit, lidah, dan hidung) dengan menggunakan gambar. Siswa dapat menyajikan hasil analisis kelainan dan gangguan sistem koordinasi melalui media presentasi. Siswa dapat menjelaskan mekanisme melihat dengan menggunakan bagan. Siswa dapat mengurutkan tahapan mekanisme melihat oleh mata.
TUJUAN PEMBELAJARAN PSIKOMOTORIK Siswa dapat mengumpulkan data informasi berbagai jenis NAPZA besarta bahayanya melalui media internet. Siswa dapat menentukan kiat-kiat untuk menghindari penyalahgunaan NAPZA. Siswa dapat melakukan percobaan untuk menentukan area kepekaan lidah terhadap rasa.
Tahukah Anda, bagaimana mekanisme kerja organ-organ sistem indra berikut?
I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA A. Neuron (Sel Saraf) Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, terdiri atas bagian: Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel. Akson. Juluran sitoplasma yang panjang untuk mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson dibungkus selubung mielin. Bagian akson tanpa mielin disebut nodus Ranvier untuk mempercepat jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh selubung Schwann (neurilema).
Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun serabutnya dapat beregenerasi. Neuron berdasarkan fungsi: Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor ke saraf pusat. Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat ke organ motor atau kelenjar. Neuron konektor: penghubung antar neuron. Neuron berdasarkan juluran sitoplasma: Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih. Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson. Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya berfusi.
Gambar 9.3. Struktur sel saraf (neuron)
B. Sel Neuroglia (Glia) Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Jenis sel glia: Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron. Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin. Mikroglia, untuk pertahanan imun. Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan medula spinalis.
C. Sinapsis Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu ujung akson satu neuron dengan dendrit dari neuron lain; atau hubungan ke otot dan kelenjar. Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal), celah sinaps (ruang antara prasinaps dengan pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit). Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter untuk mengirimkan impuls. Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi (meningkatkan impuls) atau inhibisi (menghambat impuls).
Sinapsis
D. Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan Refleks Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf. Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerak sadar (disengaja/disadari): impuls reseptor/indra saraf sensoris otak saraf motor efektor/otot Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari): Impuls reseptor/indra saraf sensoris sumsum tulang belakang saraf motor efektor/otot
E. Mekanisme Penghantaran Impuls Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian dihantarkan ke neuron lainnya. Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi potensial membran untuk bekerja mengirim impuls. Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler. Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+, dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+ rendah. Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke dalam sel dan Na+ ke luar sel.
Tahap penghantaran impuls Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls, ekstraseluler bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-). Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif. Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka sehingga K+ keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap istirahat.
F. Sistem Saraf Pusat (SSP) Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges, yang terdiri atas: Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh darah. Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh darah. Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan terluar melekat pada kranium. Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu (bagian luar) dan substansi putih (bagian dalam).
1. OTAK Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis membentuk anyaman kompleks. Bagian-bagian otak: (1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal. Area fungsional korteks serebral: Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara. Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area auditori, area alfaktori, dan area pengecap. Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan fisik), area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan area wicara Wernicke. Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.
Bagian-bagian otak
Area fungsional serebrum
Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi. (2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri atas: Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke korteks otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor. Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf otonom, pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem endokrin. Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi. (3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola perilaku soioseksual, motivasi, dan belajar.
Sistem limbik penciuman dan respons emosional
(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi penglihatan dan pendengaran. (5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan bernapas. (6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan keterampilan. (7) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian ferkuensi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar pencernaan, dan mengatur gerak refleks. (8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.
2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG) Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum. Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih mengisi struktur bagian luar.
Struktur medua spinalis
G. Sistem Saraf Tepi (SST) 1. Saraf kranial No Nama saraf kranial Fungsi 1 Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman 2 Saraf optik (CN II) Indra penglihatan 3 Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata 4 Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata 5 Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut 6 Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata 7 Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva 8 Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran 9 Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada lidah 10 Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen 11 Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid 12 Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah
2. Saraf spinal Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang. Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke organ efektor. Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron motor pada otot polos) Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis Saraf Parasimpatis Asal serat saraf Berasal dari bagian toraks dan lumbar medula spinalis Berasal dari area kranium (kepala) dan sakrum Ukuran serat praganglion Pendek Panjang Ukuran serat pascaganglion Jenis neurotransmiter Aaasetilkolin dan noradrenalin Asetilkolin efek Untuk aktivitas fisik berat Untuk keadaan tenang
H. Gangguan Sistem Saraf Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus. Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus. Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan. Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12). Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol. Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan. Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi mental atau kesadaran.
II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON) Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.
A. Karakteristik Kelenjar Endokrin Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel. Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar paratiroid. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan ikat. Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda. Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya dan senyawa nonhormon dalam darah, serta impuls saraf.
B. Kelenjar Endokrin dan Sekresi Hormon 1. HIPOFISIS (PITUITARI) a. Lobus anterior, menghasilkan hormon: Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH): Mengendalikan pertumbuhan sel, tulang, dan kartilago; mengatur laju sintesis protein; serta mengatur pemakaian lemak. Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju produksi hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid. Hormon gonadotropin: Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi hormon estrogen (wanita); menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa (laki-laki) Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan FSH menstimulasi produksi estroge, berperan dalam ovulasi dan sekresi progesteron (wanita); menstimulasi produksi testosteron (laki-laki)
b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin (mengilangkan nyeri alamiah, merespon stres, dan aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) (merangsang pembentukan pigmen dan penyebaran sel penghasilnya (melanosit) pada epidermis. c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic Hormone (ADH) (menurunkan volume air yang hilang dalam urine) dan oksitosin (menstimulasi kontraksi otot polos saat melahirkan dan pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
2. TIROID (KELENJAR GONDOK) Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju metabolisme sel, menstimulasi konsumsi oksigen, meningkatkan pengeluaran energi panas, serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan saraf) dan triiodotironin. 3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK) Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid Hormone/PTH) untuk mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui stimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), aktivasi vitamin D, dan stimulasi reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL) Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin) (meningkatkan frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan noradrenalin (norepinefrin) (meningkatkan tekanan darah dan menstimulasi otot jantung). Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron (mengatur keseimbangan air dan elektrolit), glukokortikoid (memengaruhi metabolisme glukosa, protein, lemak, dan menjaga membran lisosom), dan gonadokortikoid (sebagai prekursor pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan lain.
5. PANKREAS Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan penguraian glikogen di hati menjadi glukosa, dan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat), insulin (menurunkan katabolisme lemak dan protein, menurunkan kadar gula darah, serta meningkatkan sintesis protein dan lemak), somatostatin (penghalang hormon pertumbuhan dan penghambat sekresi glukagon dan insulin), dan polipeptida pankreas (fungsi belum diketahui)
6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI) Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi melanin. 7. TIMUS Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan sistem imun. 8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron; testis menghasilkan testosteron; plasenta menghasilkan gonadotropin korion, estrogen, progesteron, dan somatotropin.
Kelenjar endokrin pada manusia
III. PERBEDAAN SISTEM SARAF DENGAN SISTEM ENDOKRIN No Aspek Pembeda Sistem Hormon Sistem Saraf 1. Aksi Lambat Cepat atau segera 2. Respons Tidak langsung, distribusi lebih luas Langsung, distribusi lebih sempit 3. Pengaturan Jangka panjang (misal pertumbuhan) Jangka pendek (misal kontraksi otot jantung) 4. Sekresi Hormon Neurotransmiter 5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui sinapsis
A. Indra Penglihat (Mata) IV. SISTEM INDRA A. Indra Penglihat (Mata) Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor dan mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata, otot mata, dan air mata.
Struktur mata Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan kornea (untuk mentransmisikan dan memfokuskan cahaya). Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris (bagian yang berwarna, mengendalikan diameter pupil), dan pupil (ruang terbuka yang dilalui cahaya) Lensa, struktur bikonveks yang bening. Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor (mengandung nutrisi untuk lensa dan kornea) dan ruang posterior berisi vitreous humor (mempertahankan bentuk bola mata dan posisi retina terhadap kornea).
Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari: Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen rodopsin, tidak sensitif terhadap warna) dan sel kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap warna). Lutea makula Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan benda tepat jatuh di bintik kuning, bayangan akan terlihat jelas. Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar hipofisis. Bintik buta, bagian yang tidak mengandung fotoreseptor.
Anatomi mata manusia
Anatomi mata manusia
Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak. 1. MEKANISME MELIHAT Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap mata, menembus kornea dan pupil. Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya diteruskan menembus lensa mata ke retina. Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat jatuh di bintik kuning retina. Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak. Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat. Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas. Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas.
Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A. 2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang, atau sebaliknya. Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai dengan cepat dan hanya tersisa sedikit. Berpindah tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan waktu untuk menyintesis ulang rodopsin agar dapat melihat jelas pada kondisi gelap. Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A. Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan menyempit dalam ruang terang
3. GANGGUAN/KELAINAN MATA Miopia (rabun dekat) Hipermetropia (rabun jauh) Presbiopia Kebutaan Kerabunan Rabun senja Buta warna Katarak Astigmatisma Mata juling (strabismus)
B. Indra Pembau (Hidung) Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk menerima rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas. Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktori. Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung larut pada selaput mukosa merangsang silia sel reseptor rangsangan diteruskan ke otak untuk diolah jenis bau dapat diketahui. Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia, hiperosmia, sinusitis, dan polip.
Epitelium olfaktori
C. Indra Pengecap (Lidah) Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup pengecap yang terdapat pada papila lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan faring. Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata (menonjol dan tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti daun). Area kepekaan rasa: Rasa manis, di ujung lidah. Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping. Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang. Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. Indra Pendengar (Telinga) Struktur telinga Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran timpanum (gendang pendengar). Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga dengan faring, berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpanum) dan osikel auditori (tulang pendengaran maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi)). Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula (mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea (mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin membranosa (terdiri dari utrikulus dan sakulus yang dihubungkan oleh duktus endolimfa).
1. MEKANISME MENDENGAR Gelombang bunyi ditangkap daun telinga ke kanal auditori eksternal membantuk getaran pada membran timpanum ke osikel auditori ke fenestra vestibuli terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibuli ke skala timpani getaran pada membran basilar sel-sel rambut melengkung memicu impuls saraf ke serabut saraf vestibulokoklear (CN VIII) ke korteks auditori di otak bunyi diinterpretasikan.
2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh diam. Reseptor yang berperan: makula pada dinding utrikulus dan sakulus. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut membentuk masa gelatin yang mengandung otolit. Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di puncak sel rambut. Jika kepala miring arah otolit berubah dan sel rambut melengkung aktivasi sel reseptor ke saraf vestibulokoklear.
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat merespons gerakan. Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada duktus semisirkular. Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk lapisan gelatin kupula 3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media, dan mastoiditis.
E. Indra Peraba (Kulit) Reseptor sensor pada kulit: Korpuskula Pacini, mendeteksi tekanan yang dalam (kuat) dan getaran. Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan. Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai reseptor raba yang beradaptasi lambat. Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan tegangan di sekitar jaringan ikat. Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan sentuhan, kesadaran posisi, dan gerakan. Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri, sentuhan ringan, dan suhu (panas/dingin).
V. PENGARUH NAPZA TERHADAP SISTEM KOORDINASI A. Pengertian NAPZA NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif, yaitu zat-zat yang jika dikonsumsi akan memengaruhi sistem saraf pusat. Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan. Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas normal dan perilaku. Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
B. Jenis NAPZA Stimulan, dapat merangsang sistemsaraf pusat dan menyebabkan organ tubuh bekerja lebih cepat. Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan gembira untuk sementara waktu. Contoh: amfetamin, ekstasi, kokain, kafein, dan alkohol. Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat, alkohol, dan ganja. Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat, memberi mengaruh halusinasi berlebihan, dan khawatir berlebihan. Contoh: ganja, bunga kecubung, lem, bensin, dan jamur kotoran sapi.
C. Dampak Buruk Penyalahgunaan NAPZA Gangguan fisik Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan rasa atau akibat yang sama. Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di sekujur tubuh. Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru. Psikologis Kemampuan berpikir rasional menurun drastis. Ketergantungan psikologis Gangguan mental dan emosional
Ekonomi Butuh biaya besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap obat-obatan. Kerugian dalam berbagai aspek, seperti kemanan, biaya kesehatan, dan kesempatan pendidikan. Sosial Rusuknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan. Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
D. Kiat-kiat Menghindari Penyalahgunaan NAPZA Tidak mencoba-coba menggunakan obat terlarang. Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi persoalan hidup. Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.