Rokok Merusak Paru-paru Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama bertahun-tahun disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara merokok dan kanker paru-paru. Kesimpulan ini dibuat setelah mereka mencatat peningkatan kasus kematian di Amerika Serikat akibat kanker paru-paru sebesar 40% dalam 20 tahun terakhir. Selain itu, angka penjualan rokok juga melonjak mencapai 40% dalam waktu yang sama. Angka-angka ini tidak serta merta membuktikan bahwa merokok dapat mengakibatkan kanker, namun temuan ini mengindikasikan satu petunjuk berharga untuk bahan penyelidikan lebih lanjut. Faktor lain yang membuat mereka mencari penyebab kanker adalah sifat asap. Menurut Dr. Alton Ochsner, asap rokok menyebabkan iritasi pada selaput paru-paru. Iritasi yang terjadi secara kontinu dan dalam waktu yang lama mengakibatkan perubahan pertumbuhan sel normal menjadi liar, tak terkendali, dan menyimpang. Sel liar ini akan berkembang menjadi kanker. Catatan dari rumah sakit menguatkan pernyataan tersebut dimana terjadi peningkatan jumlah penderita kanker paru-paru yang kesemuanya adalah perokok berat. Apa yang Perlu Kita Ketahui tentang Kanker? Jika rokok menyebabkan kanker, mengapa tidak semua perokok mengidapnya? Jawabannya sederhana. Hanya orang-orang tertentu yang peka terhadap kanker. Meskipun demikian, belum pernah dilakukan tes terhadap perokok yang mengaku dirinya tidak terkena kanker. Penyakit kanker tidak bisa ditentukan dengan cara mengira-ngira saja. Apabila selama merokok tidak ada keluhan apa pun, bukan berarti Anda bebas dari bahaya kanker. Kanker adalah semacam penyakit sel. Tubuh terdiri atas jutaan sel yang terbagi dalam kelompok-kelompok yang menjalankan berbagai fungsi. Seperangkat sel membentuk jaringan otot, yang lain membentuk jaringan saraf, paru-paru, atau lever. Ketika kanker menyerang sekelompok sel, maka sel-sel yang tadinya normal akan tumbuh tanpa dapat dikontrol oleh tubuh. Akibatnya, sel-sel ini akan berkembang menjadi tumor. Dari tumor, sel-sel kanker yang mematikan menyebar dengan cepat ke bagian tubuh yang lain. Perkembangan sel kanker dapat terjadi di bagian tubuh mana pun yang telah mengalami iritasi dalam waktu lama. Perokok Berisiko Terserang Kanker 20 Kali Lebih Besar Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa lebih dari 98% penderita kanker paru-paru adalah perokok. Dari 2.930 pasien, yaitu orang-orang yang berusia di atas 45 tahun yang merokok minimal 25 batang per hari, berisiko terkena kanker paru-paru 50 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Dari penelitian yang melibatkan 5.000 pasien kanker, dapat disimpulkan bahwa perokok yang menghisap lebih dari satu bungkus per hari dalam jangka waktu tertentu, berisiko menderita kanker paru-paru 20 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Dan yang lebih mengerikan lagi, sebelum kanker merenggut nyawa perokok, ada penyakit lain yang lebih dahulu mampu membunuh perokok dengan lebih cepat, yaitu penyakit jantung. Tar Menyebabkan Kanker Berdasarkan indikasi dari data statistik, bahwa merokok merupakan faktor penyebab kanker, para ilmuwan mulai mencari penyebab kanker yang sesungguhnya. Selama ini mereka hanya mengetahui perokok menyerap tar dan beragam racun lainnya dari asap rokok. Akan tetapi, mereka masih dibingungkan dengan zat manakah yang berperan sebagai pemicu kanker? Doktor A.C. Ivy dari University of Illinois yang telah bertahun-tahun menyelidiki rokok, menemukan bahwa orang yang merokok sebungkus per hari selama 10 tahun menghirup sekitar 7 liter tar dalam jangka waktu tersebut. Pernyataan tersebut dikaji ulang oleh Dr. Graham dan Dr. Wynder. Mereka mengecat punggung tikus dengan tar tembakau. Tar yang mereka gunakan diambil dari asap rokok yang dihasilkan oleh sebuah mesin yang mampu mengisap 60 batang rokok sekaligus. Tar yang sudah terkumpul dilarutkan oleh suatu pelarut, kemudian dioleskan pada punggung tikus yang telah dicukur terlebih dahulu, tiga kali dalam sepekan. Jaringan kulit pada daerah tersebut mirip dengan jaringan paru-paru manusia. Dalam penelitian ini digunakan 81 ekor tikus. Selama dua bulan pertama, secara bertahap mereka menaikkan kadar larutan tar sebesar tiga kali dari kadar terdahulu. Pada pekan ke-42, seekor tikus memperlihatkan gejala awal penyakit kanker. Memasuki pekan ke-72, rata-rata setiap tikus telah terserang kanker. Tujuh puluh dua pekan adalah separuh masa hidup seekor tikus. Pada manusia, serangan kanker paru-paru juga baru terasa setelah mereka mengisap rokok selama separuh usia hidup mereka, yaitu sekitar 30-35 tahun. Penelitian Dr. Graham dan Dr. Wynder berlangsung selama dua tahun. Setelah data dianalisis, mereka menyimpulkan bahwa 44% tikus terserang kanker paru-paru (pada penelitian terdahulu, tikus yang terkena kanker mencapai 77%). Memang tidak semua tikus yang diteliti mengidap kanker, karena di antara tikus-tikus itu sebagaimana manusia ada yang tidak peka terhadap kanker, namun angka 44% itu dinilai sangat tinggi dan mengejutkan kalangan dokter. Kesimpulan lain yang diperoleh adalah ada sesuatu di dalam asap rokok yang dapat menyebabkan kanker. Zat itu adalah tar. Dari penelitian tersebut, perusahaan rokok tidak dapat lagi berkelit dengan fakta yang menyatakan bahwa merokok membahayakan kesehatan.