UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% RIMPANG KUNYIT “ Curcuma domestica Val.” TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM Disusun oleh: Muhammad Zakaria Jalil 15036
Latar Belakang Penyakit infeksi banyak di alami oleh penduduk Indonesia. Salah satu penyebab infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus. Pengobatan dengan bahan alam efek samping yang diberikan relatif lebih kecil. Salah satu tanaman yang dapat digunakan u/ infeksi adalah kunyit (Curcuma domesstica Val.). Banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi berbagai macam olahan kunyit termasuk rimpang kunyit (mengandung curcumin >> diantara tanaman jahe-jahean lainnya)
Apakah pemberian ekstrak etanol 70% Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) kedalam Mueller Hinton Agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Tujuan penelitian Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Tujuan umum
a Untuk mengetahui daya hambat antibakteri ekstrak etanol 70% rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. b Untuk mengetahui efektifitas antibakteri dengan melihat diameter zona hambat dari ekstrak etanol 70% rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan konsentrasi 15%, 20%, 30%, 50% dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Tujuan khusus
kunyit
Antimikroba Senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Antimikroba dapat bersifat Bakteriostatik dan Bakterisid.
Penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikrobia dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode: Difusi Dilusi
Metode difusi Metode disc diffusion ( tes Kirbi & Bauer ) kertas cakram saring berisi sejumlah obat tertentu, obat ditempatkan pada permukaan media padat yang sebelumnya diberi bakteri uji pada permukaannya. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.
Kuman Uji
S EFALOSPORIN GENERASI PERTAMA Sefadroksil merupakan analog para-hidroksi sefaleksin. Konsentrasi sefadroksil dalam plasma urin sedikit lebih tinggi dibanding sefaleksin. Obat ini dapat diberikan secara oral satu atau dua kali sehari untuk pengobatan infeksi saluran urin, dianjurkan pula untuk radang tenggorokan/ pharyngitis. Obat ini diberikan secara oral dua kali sehari 0,5-1 g. Sefadroksil
Sterilisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk membebaskan alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan mikroorganisme. Dalam praktek sterilisasi dapat dilakukan secara mekanis (penyaringan), secara kimia (menggunakan desinfektan), secara fisik (pemanasan, otoklaf dan oven).
Jenis penelitian Tempat dan waktu penelitian Penelitian uji ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dilaksanakan pada tanggal 17 sampai 27 juli tahun 2018 di Laboratorium Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% rimpang kunyit dengan konsentrasi 15%, 20%, 30% dan 50%. Variabel independen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah adanya zona hambat yang terlihat disekitar cakram setelah di beri larutan uji. Variabel dependen
Populasi pertama adalah ekstrak etanol 70% rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) Populasi kedua adalah bakteri staphylococcus aureus yang dibiakkan dalam Natriun Agar (NA). Sampel pertama adalah larutan ekstrak rimpang kunyit dengan konsentrasi 15%, 20%, 30%, dan 50%. Sampel kedua yaitu satu koloni bakteri staphylococcus aureus yang di ambil secara random.
Sebanyak 50g serbuk rimpang kunyit masukkan dalam bejana maserasi, tambahkan etanol 70% sebanyak 500ml. Direndam dan ditutup dengan alumunium foil, selama 18 jam sambil diaduk beberapa kali. Setelah 24 jam, saring dengan kertas saring, hasil maserat disimpan dalam erlenmeyer. Sisa ampas ditambah etanol 70% 500 ml. Penambahan pelarut diulang sampai 3 kali. Hasil maserat dikumpulkan menjadi satu lalu diuapkan diatas waterbath hingga membentuk ekstrak kental.
R ENDEMEN EKSTRAK ETANOL 70% RIMPANG KUNYIT (C URCUMA DOMESTICA V AL.)
Cara Pembiakkan bakteri Tujuannya adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Diambil satu sengkelit bakteri dari biakkan murni Staphylococcus aureus dengan menggunakan kawat ose steril, lalu goreskan zig-zag pada seluruh media nutrient agar miring secara merata. panaskan ujung tabung lalu tutup dengan kapas. Masukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Cara Pembiakkan bakteri Tujuannya adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Diambil satu sengkelit bakteri dari biakkan murni Staphylococcus aureus dengan menggunakan kawat ose steril, lalu goreskan zig-zag pada seluruh media nutrient agar miring secara merata. panaskan ujung tabung lalu tutup dengan kapas. Masukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 0 C selama 24 jam.
Timbang Mueller Hinton Agar (MHA) sebanyak 6,8 gram kemudian tambahkan aquadest ad 200 ml panaskan di atas lampu spiritus aduk hingga MHA larut sempurna. Tutup rapat erlenmeyer dengan kapas. Sterilkan dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu 121°C. Tuang media ke dalam cawan petri yang telah disterilkan masing masing sebanyak 10 ml kemudian diamkan hingga mengeras. Pembuatan media Mueller Hinton Agar (MHA) (34 g/l)
Pembuatan suspensi bakteri Staphyl ococcus aureus Diambil satu koloni bakteri NB Suspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan NB
Sefadroksil 75 mg + Aquadest steril 10ml Pembuatan suspensi antibiotik Sebanyak sefadroksil 75mg dimasukan dalam tabung reaksi kemudian ditambah aquadest steril 10 ml. Kocok hingga terjadi suspensi sefadroksil dalam aquadest.
Konsentrasi 15% Konsentrasi 20% Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Pembuatan suspensi ekstrak etanol 70% rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) Ditimbang ekstrak rimpang kunyit 1,5 g, 2 g, 3 g, dan 5 g. Masing-masing + aquadest steril 10 ml. Kocok hingga tejadi suspensi Aquadest steril 10ml
MHA 15% 50% 30% 20% Kontrol - Kontrol + Pengujian daya hambat antibakteri Oleskan dengan kapas steril Tunggu hingga mengering Inkubasi jam
Diameter Zona Hambat (mm) Uji 15%20%30%50% kontrol + kontrol mm1,5 mm2 mm4 mm10 mm0 mm 2 1,5 mm2 mm 3 mm9,0 mm0 mm 3 1 mm1,5 mm2 mm3 mm9,5 mm0 mm rata- rata 1,16 mm1,6 mm2 mm 3,33 mm9,5 mm0 mm Hasil penelitian efektivitas antibakteri dari ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol 70% rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki antibakteri yang lemah (resisten), daya hambat yang lebih efektif sebagai antibakteri dibanding konsentrasi yg lebih kecil yaitu di konsentrasi 50% sebesar 3 sampai 4 mm.
Konsentrasi 15% Konsentrasi 50% Konsentrasi 30% Konsentrasi 20%
SARAN * Untuk mengetahui sejauh mana daya hambat ekstrak rimpang kunyit pada bakteri Staphylococcus aureus perlu diadakan penelitian dengan konsentrasi yang lebih besar. * Untuk penelitian-penelitian selanjutnya perlu menggunakan metode ekstraksi lainnya seperti soxhletasi, destilasi atau perkolasi.
1. Metode dilusi Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja.