PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Perkembangan Bahasa Indonesia BAHASA INDONESIA Bahasa resmi dan digunakan sebagai bahasa persatuan Resmi : setelah proklamasi kemerdekaan dan mulainya konstitusi
BAHASA MELAYU Segi LinguistikVarian dari bahasa Melayu BAHASA AUSTRONESIA Sunda Sulawesi LINGUA FRANCA bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan modern
BAHASA MELAYU NUSANTARA INDONESIA Bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan.
BAHASA MELAYU Mempengaruhi dan mendorong rasa persaudaran bangsa Indonesia BAHASA MELAYU Mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (bahasa persatuan, bahasa Nasional)
BAHASA INDONESIA Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Imperialisme Bahasa
Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
1.Bahasa melayu merupakan Lingua Franca di Indonesia, yaitu bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan. 2.Sistem bahasa Melayu yang sederhana, sehingga mudah di pelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). 3.Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi awal bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. 4.Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Faktor yang menyebabkan Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia
Latar belakang pengembangan Bahasa Indonesia BAHASA INDONESIA Lambang kebangsaan Nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu masyarakat dan bangsa Indonesia Masalah Materil Kekurangan – kekurangan Aspek tata bunyi, tata kata, tata kalimat, tata makna, istilah
Tujuan dan Fungsi Pengembangan Bahasa Indonesia BAHASA INDONESIA mengarahkan Bahasa yang satu Bahasa yang modern Bahasa yang cendekia
Strategi Pengembangan Bahasa Indonesia Komponen – Komponen Pengembangan Bahasa Indonesia Proses Pengembangan Bahasa Indonesia Orientasi Bahasa Sumber dalam Pengembangan Bahasa Indonesia Objek Alat atau instrumen Sasaran Lingkungan Harapan Sasaran Penggarapan: Bidang Kebahasaan Tata bunyi, bentuk, kalimat, kosakata, ejaan a.Berdasarkan sumber sendiri b.Berdasarkan unsur bahasa serumpun c.Berdasarkan bahasa asing
Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan Bahasa Indonesia KelembagaanProfesi Pusat Bahasa Fakultas Sastra di Universitas - Universitas Lembaga Pendidikan Para ahli Bahasa Indonesia Guru Bahasa Indonesia
Hasil Pengembangan Bahasa Indonesia Hingga pada tahun 2010, Indonesia telah banyak menghasilkan hasil pengembangan bahasa Indonesia yang dicapainya. Hasil yang selayaknya diketahui antara lain adalah Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, Pedoman Penyusunan Istilah, bermacam – macam Kamus Bahasa Indonesia, bermacam – macam majalah Bahasa Indonesia, dan pengajaran bahasa Indonesia, serta tentu saja Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia merupakan hasil fisik program pengembangan bahasa Indonesia. Hasil material kebahasaan yang telah dicapai adalah bertambahnya unsur bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Tentu, hasil akhir adalah terwujudnya bahasa yang satu, modern, beku dan cendekia dalam berbagai bidang kehidupan.
SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia “EJAAN” Cara atau aturan menulis kata – kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : 1901: Ejaan van Ophuysen (Charles Aadrian van Ophuysen) 1947: Ejaan Suwandi (Menteri PP&K) 1954: Ejaan Pembaharuan (1957) 1959: Ejaan Melindo 1967: Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesustraan) 1972: EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
1901: Ejaan van Ophuysen (Charles Aadrian van Ophuysen) 1 Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : Sajak rancangan bahasa Melayu dengan huruf Latin dengan bantuan Engku Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Tahib Soetan Ibrahim. Selama Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo (1938), disarankan agar ejaan bahasa Indonesia lebih diinternasionalkan.
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : 1947: Ejaan Suwandi (Menteri PP&K) 2 Di tetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan tanggal 19 Maret 1947, No. 246/ Bhg. A; Perubahan ejaan dilakukan berdasarkan Ejaan van Ophuysen kemudian lebih disederhanakan. Kemudian masyarakat menyebutkannya sebagai Ejaan Republik.
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : 1954: Ejaan Pembaharuan (1957) 3 Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : Dilakukan Kongres Bahasa ke-II di Medan atau prakarsa Menteri Mohammad Yamin. Kongres ini memutuskan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Dengan Surat Keputusan tanggal 19 Juli 1956 Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan membentuk suatu panitia (Priyono-Katoppo sebagai Ketua) kemudian berhasil merumuskan patokan-patokan setahun kemudian.
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : Berlangsung suatu perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dengan persekutuan Tanah Melayu salah satunya berupa usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara pada akhir tahun 1959, sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syed Nasir bin Ismail sebagai Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama atau dikenal sebagai Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia). Karena politik pada tahun- tahun setelahnya, ejaan Melindo diurungkan. 1959: Ejaan Melindo 4
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : Sesuai dengan laju pembangunan nasional Lembaga Bahasa dan Kesustraan menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto tanggal 19 September 1967, disahkan Panitia Ejaan Bahasa Indonesia (A.M. Moeliono sebagai Ketua) untuk menyusun konsep yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Konsep itu ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun. 1967: Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesustraan) 5
Kaidah Bahasa Indonesia yang telah dikenal dengan beberapa penyempurnaan ejaan : Dalam komunike bersama yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Mashuri dan Menteri Pelajaran Hussein Onn, rancangan tersebut disetujui untuk dijadikan bahan dalam usaha bersama di dalam pengembangan bahasa nasional di kedua negara. Kemudian rancangan tersebut dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak tahun 1972; diperkenalkan secara luas oleh panitia antar departemen yang diketuai oleh Ida Bagus Mantra yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972 No.03/A.I/72. Pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1972 akhirnya diresmikan aturan ejaan yang baru berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 tahun : EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) 6
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Kedudukan Bahasa Indonesia Dirujuk dari hasil seminar “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Indonesia” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal Februari 1975 bahwasannya Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai Bahasa Nasional yang memiliki fungsi sebagai berikut : Lambang Kebanggaan Nasional Lambang Identitas Nasional Alat Pemersatu Bangsa Indonesia
Lambang Kebanggaan Nasional Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai lambang kebanggaan nasional seperti halnya penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan Negara lain yang tidak menjunjung tinggi bahasa asli dari Negara mereka dan lebih memilih menggunakan bahasa negara yang dulunya menjajah mereka. Maka dari itu kita sebagai bangssa Indonesia harus berbangga dengan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari
Lambang Identitas Nasional Kedudukan Bahasa Indonesia yang kedua yakni sebagai Lambang Identitas Nasional. Bahasa Indonesia sebagai lambang indentitas nasional seperti yang tertera pada poin sumpah pemuda yang disampaikan bahwasannya massyarakat Indonesia berbahasa satu yaitu Bahasa Indonesia, dan pada delegasi Internasional presiden dan mentri Republik Indonesia wajib menyampaikan pidatonya dalam Bahasa Indonesia.
Alat Pemersatu Berbagai Kalangan Masyarakat yang Berbeda Latar Belakang Sosial Budaya dan Bahasanya. Sebagai alat pemersatu berbagai kalangan masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social dan budaya dan bahasanya Bahasa Indonesia berfungsi sebagai : Bahasa Resmi Kenegaraan Kedudukan pertama dari kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam penulisan naskah Proklamasi kemerdekaan Repuublik Indonesia pada tahun Mulai saat itu dipakailah Bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan.
Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pengantar Dalam Dunia Pendidikan Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengantar atau penyampaian materi dalam dunia pendidikan dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak hingga jenjang perguruan tinggi yang menggunakan buku-buku berbahasa asing diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Hal ini menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang fleksibel dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam negeri Bahasa Indonesia Sebagai Penghubung Pada Tingkat Nasional Seperti kedudukan Bahasa Indonesia yang sebelumnya kedudukan Bahasa Indonesia pada poin ini menekankan bahwasannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung antar suku dan budaya untuk berinteraksi. Selain antar suku, Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat penghubung acara resmi kenegaraan dalam acara tertulis maupun tidak tertulis.
Alat Komunikasi Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi nasional seperti yang kita tahu Bahasa Indonesiaa sering kali digunakan untuk menyampaikan suatu informasi penting dari media cetak dan media elektronik, hal ini juga menjadi kedudukan penting Bahasa Indonesia.
RAGAM BAHASA (FORMAL – INFORMAL) INDONESIA (MULTIKULTURALISME DALAM BERBAHASA)
Pengertian Menurut Para Ahli Pengertian ragam bahasa menurut Bachman (1990) Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999). bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed (1968). suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Macam Ragam Bahasa Bahasa Formal Bahasa Non Formal
Bahasa Formal Merupakan ragam bahasa yang biasa digunakan dalam lingkungan resmi, formal, dan kedinasan. Lingkungan kedinasan ini, contohnya adalah lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan, dan sebagainya. Ragam bahasa formal dibagi menjadi dua bagian, yakni ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis Masing-masing ragam memiliki kekhasannya sendiri. Ragam lisan formal lebih menitikberatkan kepada pilihan kata, sikap penutur, serta situasi pembicaraan. Sedangkan ragam tulis formal lebih menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, serta format-format yang resmi.
Ciri-Ciri Ragam Formal (Yacub Nasucha dkk) Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten Menggunakan imbuhan secara lengkap Menggunakan kata ganti resmi Menggunakan kata baku Menggunakan Ejaan yang Disempurnakan, dan Menghindari unsur kedaerahan.
Fungsi Bahasa yang Menuntut Penggunaan Ragam Formal (Harimurti Kridalaksana) Komunikasi resmi, Wacana teknis, Pembicaraan di depan umum, dan Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
Situasi Penggunaan Ragam Bahasa Formal Komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi, surat menyurat dinas,pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang- undangan dan sebagainya. Wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan kerangka teknis. Pembicaraan di depan umum, yaitu dalam ceramah, kuliah, khotbah dan sebagainya. Pembicaraan dengan orang lain yang dihormati.
Fungsi Ragam Bahasa Formal fungsi pemersatu, fungsi penanda kepribadian, fungsi penambah wibawa, fungsi sebagai kerangka acuan.
Ragam Bahasa Non Formal Ragam bahasa non formal digunakan dalam situasi yang tidak resmi, dalam situasi yang santai,sehingga menimbulkan keakraban antara para pemakai bahasa (komunikator dan komunikan). Hal yang paling penting dalam komunikasi nonformal adalah yang penting komunikatif,saling memahami dan tidak terjadi kesalahan komunikasi.
Fungsi Ragam Bahasa Non Formal Ragam non formal tulis dipakai untuk: Menulis surat kepada kerabat Menulis surat kepada teman Menulis catatan harian Ragam non formal lisan dipakai untuk: Berbicara sehari hari dirumah Bergunjing Bercerita Mengobrol
CIRI – CIRI RAGAM BAHASA TULIS SANTUNEFEKTIF BAHASA DISAMPAIKAN SEBAGAI UPAYA KOMUNIKASI SATU PIHAK EJAAN DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN PENGGUNAAN KOSA KATA PADA DASARNYA SUDAH DIBAKUKAN
RAGAM BAHASA ILMIAH BAHASA INDONESIA sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah
CIRI – CIRI BAHASA KEILMUAN : Bahasa ilmu itu lugas dan cermat, menghindari segala macam kesamaran dan ambiguitas. Bahasa ilmu itu gayanya ekonomis Bahasa ilmu itu objektif dan berusaha tidak memperlihatkan ciri perseorangan Bahasa itu tidak melibatkan perasaan. mengutamakan informasi bukan imajinasi Bahasa ilmu cenderung membakukan makna kata, ungkapan bahkan bisa muncul istilah-istilah khusus (jargon) dalam setiap bidang ilmu Bahasa ilmu itu gayanya tidak meluap-luap
CIRI RAGAM BAHASA ILMIAH MENURUT WIDJONO HS (l) struktur kalimat jelas dan bermakna lugas, (2) struktur wacana bersifat formal, mengacu kepada standar konvensi naskah, (3) singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap, (4) cermat dalam menggunakan unsur baku istilah/kata, ejaan bentuk kata, kalimat, paragraf, wacana, (5) cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan tcpik pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sdampai dengan kesimpulan dan saran, (6) menggunkan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu, (7) objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk personal, dan ungkapan subjketif. (8) konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, permasalahan, tujuan, penalaran, istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai dengan kesimpulan dan saran.
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH MINTO RAHAYU Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam yang yang digunakan dalam menulis karya ilmiah cendekia, lugas, dan jelas dalam memaparkan fakta, konsep, teori, atau gabungan dari ketiganya
RAGAM BAHASA unsur-unsur keindahan seni, penuh cenderung menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur intrinsik dan ekstrinsik, misalnya dalam roman, novel, cerita pendek RAGAM SOSIAL DAN FUNGSIONAL Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang, misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi.
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembicaraan Ada berbagai varian situasi yang menuntut norma kebahasaan yang berbeda. Ada situasi yang sedang duka cita, situasi darurat (emergensi), situasi khusuk, situasi santai, situasi kekeluargaan yang akrab, dan sebagainya Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan yang berlaku. Sedikitnya kita bias menyebutkan lima kaidah ketatabahasaan, yakni: (l) Morfologi :tata bentuk (2) Fonologi :tata bunyi (3) Sintaksis :tata kalimat (4) Semantik :tata makna (5) EyD :tata tulis
MULTIKULTURALISME RAGAM BAHASA INDONESIA
Furnival masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua kelompok atau lebih secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural MULTIKULTURALISME RAGAM BAHASA INDONESIA
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut
pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena: 1.Letak geografis indonesia 2.perkawinan campur 3. iklim
PROBLEMATIKA DALAM BERBAHASA
Problematika Berbahasa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional masyarakat Indonesia, meskipun banyak bahasa daerah dan kebanyakan masyarakat daerah menggunakan bahasa mereka sendiri, tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa nasional dan kita harus mampu menguasainya. Tetapi, banyak juga masyarakat yang salah melafalkan maupun mengartikan kata dalam bahasa Indonesia.
Problematika Berbahasa Lafal Bahasa Indonesia hingga kini belum dapat dibakukan karena keanekaragaman bahasa di Indonesia. Pada umumnya penutur bahasa Indonesia melafalkan kata sesuai dengan bunyi- bunyi hurufnya, serta menghindari aksen atau lafal daerah atau bahasa asing. Lafal bahasa Indonesia banyak coraknya. Bahkan bahasa Indonesia merupakan bahasa terapan dari bahasa Melayu. Adapula kata dalam bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Inggris.
Problematika Berbahasa NoBentuk AsalLafalBentuk Serapan Lafal 1. PhsycologySikolojiPsikologi 2. SystemSistem 3. ComputerKempyuterKomputer 4. ManagementMenejemenManajemen 5. StandardStandartStandar
Pengertian Berbahasa yang Baik, Benar, Sopan, dan Efektif Bahasa yang baik Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Bahasa yang benar Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku. Bahasa yang sopan/santun Pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah yang benar. Bahasa yang efektif Bahasa yang dipakai oleh seseorang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hati mencapai sasarannya, apapun jenis maksud yang diutarakan.
Penyebab Munculnya Ragam Bahasa Indonesia Penutur bahasa Indonesia dwibahasawan atau bilingual. Menguasai bahasa asing tetapi kurang memperhatikan kaidah bahasa Indonesia. Perkawinan antarsuku yang berlatar belakang perbedaan bahasa. Pendidikan penuturnya. Perpindahan penduduk. Kemajemukan masyarakat. Dialek penuturnya. Gejala interfensi.
Problem Bahasa Baku dan Nonbaku Berdasarkan ragamnya, bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua macam, yaitu ragam bahasa baku (standard) dan ragam bahasa tidak baku (nonstandard), sedangkan dilihat dari ragam bentuknya dibedakan menjadi dua pula, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan.
Problem Bahasa Baku dan Nonbaku Bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam komunikasi yang bersifat formal baik itu komunikasi secara lisan maupun komunikasi secara tertulis. Di dalam situasi kebahasaan yang bersifat formal ini pemakai bahasa dituntut untuk menggunakan bahasanya secara benar. Berbahasa secara benar diartikan melakukan aktivitas berbahasa diiringi ikhtiar maksimal menaatatasasi kaidah-kaidah bahasaan yang telah diatur, yang telah berlaku, dan disepakati bersama. Bahasa baku perlu memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Namun, kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan yang bersistem di bidang kosakata dan peristilahan mauoun untuk perkembangan berjenus ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna (Moeliono, 1989)
Problema Kesalahan Berbahasa Di dalam berbahasa sering kita temukan berbagai kesalahan penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa yang dimaksud meliputi berbagai hal, meliputi: (1) ketidakefektifan kalimat, (2) pemilihan kata (diksi), (3) kesalahan pemakaian tanda baca, (4) ketidaktepatan penulisan kata jadian, dan (5) gejala kontaminasi kata dan kalimat.
Contoh ketidakefektifan kalimat: Dalam penulisan buku ajar menggunakan ragam bahasa Indonesia. Seharusnya : Di dalam penulisan buku ajar digunakan ragam bahasa Indonesia. Contoh kesalahan penggunaan bahasanya: Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan/tentang/mengenai pentingnya kesehatan lingkungan.Seharusnya: Banyak anggota masyarakat belum menyadari pentingnya kesehatan lingkungan.
Contoh kekurangtepatan pemakaian kata: Data yang disimpulkan oleh penulis diharapkan data-data yang betul-betul solid.Seharusnya: Data yang disimpulkan oleh penulis diharapkan data-data yang betul-betul valid. Contoh kekurangekonomisan dalam penggunaan kata: Pembangunan di bidang transportasi adalah merupakan bagian pembangunan.Seharusnya: Pembangunan di bidang transportasi merupakan bagian pembangunan.