Istilahskizofrenia berasal dari bahasa jerman yaitu schizo (= perpecahan / split) dan phrenos (= mind). Pada skizofrenia terjadi suatu perpecahan pikiran,

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERSEPSI TENTANG SEHAT-SAKIT & PERILAKU SAKIT
Advertisements

Christopher Rico A Deriyan Sukma W Farah Asyuri Diskusi Topik 2 Modul Praktik Klinik Psikiatri Kelompok E.
GANGGUAN DEPRESI BERAT
A. Pengertian 1. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang : Onsetnya akut ( 2 minggu) Sindrom polimorfik Ada stresor.
Peran keluarga / caregiver dalam perawatan pasien dengan epilepsi
ASKEP WAHAM.
GANGGUAN AFEKTIF & BUNUH DIRI
Kegawatdaruratan Psikiatri & Tatalaksana
Psikiatri: Asesmen psikiatri dasar
PSIKOLOGI ANAK KHUSUS Minggu 1
GANGGUAN SUASANA PERASAAN ( A F E K T I F )
GANGGUAN PSIKOTIK FUNGSIONAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
PENGERTIAN EMOSI Perasaan (feeling) atau afek yang meliputi antara perubahan fisiologis dengan tingkah laku nyata (overt behavior) Klasifikasi emosi :
MOOD DISORDER M. Chandika (002) Azka Ananda S (015)
Kelompok 4 Febri Prihatnanto Dian Karimawati Windasari K
ASKEP DEPRESI PD LANSIA
PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep SpKom
PSIKOSIS dan DEPRESI POSTPARTUM
STRESS KERJA PERTEMUAN KE 8.
PSIKOSOSIAL PADA PASIEN DENGAN MASALAH SISTEM HEMAIMMUNOLOGI
ASUHAN KEBIDANAN IV.
SKIZOPRENIA.
Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis
Dissociative disorder
depresi Dinas Kesehatan Kota Palembang
NASKAH PSIKIATRI Kuliah 6
dr. ELLY ANGGRENY ANG, SpKJ
SKIZOFRENIA.
Intervensi Psikososial
SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK LAINNYA
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Oleh : Ners Anang Satrianto
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR, GANGGUAN PSIKOTIK, GANGGUAN DEPRESI
FARMAKOTERAPI 2 “BIPOLAR”
ASPEK PSIKOLOGIK PADA ANAK DENGAN KELAINAN ENDOKRIN
PSIKOSIS Dr DEWI SURIANY A.
GANGGUAN CEMAS, FOBIA,PANIK, SOMATOFORM DAN OBSESI KOMPULSIF
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JIWA
Gangguan psikosos akut
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
PSYCHOSOCIAL PROBLEMS RELATED TO DISASTER AND MANAGEMENT
Oleh Wildan Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
GANGGUAN ALAM PERASAAN
PSIKOSIS DAN DEPRESI POSTPARTUM
MACAM-MACAM GANGGUAN JIWA
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JIWA
Pembimbing: dr. Dina Fitriningsih,SpKJ, MARS
KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
Depresi Dr. Juwita, Sp.KJ.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
PSIKOLOGI KECEMASAN.
MOOD DISORDER REGHINA AMELIA HANIM MUHAMMAD SHIDIQ KRIDANI
Psikologi Perkembangan
DEMENSIA.
OLEH : Dr. Hubertus Kasan Hidajat,Sp.KJ. SEMINAR PROFESIONAL.
SITI FATIMAH Di bimbing oleh: 1.Dr. Wawang S. Sukarya, dr., SpOG (K)., MARS., MH.Kes 2.Dr. Usep Abdullah Husin, dr., MS. SpMK PERBANDINGAN.
GELANDANGAN PSIKOTIK.
GANGGUAN WAHAM MENETAP
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JIWA
GANGGUAN MOOD MENETAP SIKLOTIMIK & DISTIMIK.
GANGGUAN AFEKTIF TIPE DEPRESI GANGGUAN AFEKTIF TIPE DEPRESI A. Soraya Tenri uleng.
Migrain Without Aura; A New Definition
GANGGUAN PSIKOTIK FUNGSIONAL
Kegawatdaruratan Psikiatri & Tatalaksana. Pengertian Kedaruratan Psikiatri  Adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang memerlukan.
Transcript presentasi:

Istilahskizofrenia berasal dari bahasa jerman yaitu schizo (= perpecahan / split) dan phrenos (= mind). Pada skizofrenia terjadi suatu perpecahan pikiran, perilaku dan perasaan.

Epidemiologi Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1 % dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%). Angka insidens skizofrenia adalah 1 per orang pertahun. Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin ras dan budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas dibandingkan laki-laki. Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada wanita. Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia tahun. Skizofrenia jarang terjadi pada penderita berusia kurang 10 tahun atau lebih dari 50 tahun. Pengobatan skizofrenia pada penderita yang berusia antara tahun kira2 hanya sebanyak 90%. Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70% tidak pernah menikah. Penderita skizofrenia 25-50% berusaha untuk bunuh diri dan 10%nya berhasil melakukan bunuh diri. Umumnya penderita skizofrenia akan menggunakan zat untuk menurunkan depresi dan kecemasan serta untuk mendapatkan kesenangan. Penderita skizofrenia sekitar 88% ketergantungan dengan nikotin.

etiologi Model diatesis stress Faktor neurobiologis

Model diatesis stres Menurut teori ini skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis) jika dikenai stressor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia. Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu skizofrenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan skizofrenia. Kembar identik dipengaruhi oleh gen sebesar 28% sedangkan pada kembar monozygot dan kembar dizygot pengaruhnya sebesar 1,8-4,1%. Skizofrenia kemungkinan berkaitan dengan kromosom 1, 3, 5, 11 dan kromosom X. penelitian genetik ini dihubungkan dengan COMT (Catechol-O-Methyl Transferase) dalam encoding dopamin sehingga mempengaruhi fungsi dopamin. Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia diengaruhi oleh emotional turbulent families, stressful life events, diskriminasi, dan kemiskinan. Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar pada perkembangan skizofrenia. Stressor sosial juga mempengaruhi perkembangan suatu skizofrenia. Skizofrenia lebih banyak didapatkan pada masyarakat di lingkungan perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

Faktor neurobiologis Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh asupan gizi selama hamil (wanita hamil yang kurang gizi mempunyai risiko anaknya berkembang menjadi skizofrenia) dan trauma psikologis selama masa kehamilan. Pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima oleh anak, sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak sehingga anak lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari. Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi dari daerah oak pada penderita skizofrenia. Dengan Positron Emission Tomography (PET) dapat terlihat kurangnya aktivitas di daerah lobus frontal, dimana lobus frontal itu sendiri berungsi sebagai memori kerja, penurunan dari aktivitas metabolik frontal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang telah lama dan gejala negatif yang lebih berat.

Simptom skizofrenia 1.Simptom positif 2.Simptom negatif 3.Simptom kognitif 4.Simptom agresif dan hostile 5.Simptom depresi dan anxious

Simptom positif Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas, meliputi waham, halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku seperti katatonia atau agitasi.

Simptom negatif 1.Affecttive flattening Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas. 2.Alogia Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan produktivitas. 3.Avolition Keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan. 4.Anhedonia Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita. 5.Ganggun atensi Suatu gejala dapat dikatakan simptom negatif apabila ditemukan adanya penurunan fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul, penarikan emosi (emotional withdrawl) dalam berkomunikasi, rapport yang buruk dengan lingkungan sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif, dan menarik diri dari hubungan sosial.

Hal lain yang sering tampak dari simptom negatif adalah kesulitan dalam berfikir abstrak, pikiran yang stereotipik dan kurangnya spontanitas. Perawatan diri dan fungsi sosial yang menurun juga dapat menjadi tanda dari simptom negatif pada penderita skizofrenia. Penyebab dari simptom negatif pada skizofrenia dapat terjadi secara primer atau sekunder. A.Primer Adalah penurunan yang disebabkan perjalanan penyakit skizofrenia itu sendiri, sehingga memunculkan simptom negatif. B. Sekunder Adalah EPS (Extrapyramidal symptom) yang di akibatkan karena pemakaian obat antipsikotik, simptom depresi yang muncul pada penderita, maupun enviromental deprivation (penyingkiran dari lingkungan) yang dialami ketika seseorang didiagnosis menderita skizofrenia.

Simptom kognitif Simptom kognitif pada penderita skizofrenia dapat saling tumpang tindih dengan simptom negatif. Simptom kognitif selain gangguan pikiran dapat juga terjadi inkoheren, asosiasi longgar atau neologisme. Gangguan kognitif spesifik yang lain adalah gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Gangguan kognitif yang paling berat dan paling sering didapatkan pada penderita skizofrenia adalah: 1.Gangguan verbal fluency (kemampuan untuk menghasilkan pembicaraan yang spontan). 2.Gangguan serial laerning (urutan peristiwa). 3.Gangguan dalam vigilance (kewaspadaan). 4.Gangguan eksekutif (masalah dengan atensi, konsentrasi, prioritas dan perilaku pada hubungan sosial).

Simptom agresif dan hostile Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat tumpang tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada masalah pengendalian impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa berupa penyerangan secara fisik atau verbal terhadap orang lain di lingkungan sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik atau kata-kata yang kasar.

Simptom depresi dan anxious Simptom depresi dan anxious pada penderita skizofrenia sering kali didapatkan bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi, mood cemas, rasa bersalah (guilt), tension, irritabilitas, atau kecemasan.

Kriteria diagnostik skizofrenia menurut PPDGJ III (F20) 1.Apabila terdapat 1 atau lebih gejala yang amat jelas (biasanya 2 atau lebih gejala kurang jelas atau kurang tajam), dari gejala-gejala di bawah ini: A. Thought echo, thought insertion atau withdrawl, atau thought broadcasting. B. Delusion of control, delusion of influence, atau delusion of passivity. C. Halusinasi. D. Waham. 2. Minimal terdapat 2 gejala dari gejala-gejala di bawah ini, apabila semua gejala di atas tidak ditemukan, yaitu: E.Halusinasi yang menetap. F.Arus pikir terputus atau mengalami sisipan sehingga inkoheren atau pembicaraan yang tidak relevan. G.Perilaku katatonik. H.Gejala negatif. 3. Gejala-gejala tersebut diatas khas dan berlangsung 1 bulan atau lebih. Kriteria ini tidak dapat digunakan apabila penderita masih fase prodromal dari skizofrenia. 4. Skizofrenia tidak dapat ditegakkan jika terdapat : gejala-gejala depresif atau manik secara luas, penyakit otak yang nyata atau epilepsi (penyakit otak lain), intoksikasi atau withdrawl zat. 5. Apabila gejala skizofrenia dan gejala afektif berkembang bersama-sama secara seimbang dan sama banyak maka gangguan tersebut dikenal dikenal dengan gangguan skizoafektif.

Tipe skizofrenia menurut PPDGJ III : 1.Tipe paranoid (F20.0) Merupakan tipe skizofrenia yang paling sering ditemukan. Gambaran klinisnya didominasi oleh waham yang bersifat stabil, biasanya disertai oleh halusinasi dan gangguan persepsi. Kriteria diagnostik: 1.Halusinasi atau waham harus menonjol 2.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik yang tidak nyata. 3. Halusinasi auditorik, atau halusinasi tanpa bentuk verbal seprti bunyi peluit, mendengung atau bunyi tawa. Halusinasi olfaktori atau halusinasi gustatori. 4. Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi, passivity atau kejar.paling khas adalah waham kejar.

2. Tipe hebefrenik (F20.1) Menegakkan diagnosis skizofrenia tipe hebefrenik ini perlu dilakukan observasi selama 2-3 bulan untuk melihat apakah gejala- gejala tersebut tetap bertahan atau tidak. Terdapat gangguan afektif, dorongan kehendak, dan gangguan proses pikir yang menonjol. Ciri khas tipe hebefrenik adalah adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud (empty of purpose). 3.Tipe katatonik (F20.2) Skizofrenia tipe ini jarang ditemukan. Kriteria diagnostik: 1.Terpenuhi kriteria diagnosis skizofrenia 2. Terdapat 1 atau lebih gejala berikut, yaitu: stupor atau mutisme, kegelisahan, posturing, negativisme, rigiditas, waxy flexibilitas, atau command outomatisme. Apabila psien tidak komunikatif dan terdapat manifestasi perilaku katatonik, maka untuk sementara penegakan diagnosis skizofrenia harus ditunda sampai diperoleh adanya bukti yang mendukung skizofrenia katatonik.

4.Tipe tak Terinci (F20.3) Kriteria diagnosis tipe ini dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria diagnosisi untuk skizofrenia, tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau pasca skizofrenia. 7.Tipe depresi pasca skizofrenia (F20.4) Skizofrenia sudah berlangsung selama 12 bulan (1 tahun). Gejala skizofrenia masih tetap ada Terdapat geala-gejala depresif yang menonjol dan mengganggu, memenuhi episoda depresif dan berlangsung minimal 2 minggu. 6. Tipe residual (F20.5) Tipe ini merupakan stadium kronis dari skizofrenia. Kriteria diagnostik 1.Gejala negatif skizofrenia yang menonjol. 2.Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lalu yang memenuhi kriteria skizofrenia. 3.Paling sedikit melampaui kurun waktu satu tahun, intensitas dan frekuensi gejala yang nyata sangat berkurang dan telah menimbulkan sindrom negatif

7. Tipe simpleks (F20.6) Simptom negatif bersifat perlahan-lahan tetapi progresif. Tidak terdapat waham dan halusinasi. Kurang nyata gejala psikotik jika dibandingkan dengan skizofrenia tipe lain. Simptom negatif timbul tanpa didahului oleh gejala-gejal psikotik yang nyata. Pola perjalanan skizofrenia menurut PPDGJ III dengan kode lima karakter. F20.X.0: Berkelanjutan. F20.X.1: Episodik dengan kemunduran progresif. F20.X.2: Episodik dengan kemunduran stabil. F20.X.3: Episodik berulang. F20.X.4: Remisi tidak sempurna. F20.X.5: Remisi sempurna. F20.X.8: Lainnya. F20.X.9: Periode pengamatan kurang 1 tahun.

Penatalaksanaan skizofrenia A.Terapi psikososial Penderita skizofrenia perlu ditatalaksana secara integrasi, baik dari aspek psiko farmakologis (terapi somatik) dan aspek psikososial. Hal ini berkaitan dengan tiap penderita skizofrenia merupakan seseorang dengan sifat individual, memiliki keluarga dan sosial psikologis ang berbeda-beda, sehingga menimbulkan gangguan bersifat komleks, karena itu perlu penanganan dari beberapa modalitas terapi. Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif diberikan pada saat penderita berada dalam fase perbaikan dibandingkan pada fase akut. Penatalaksanaan psikososial meliputi psikoterapi individual, terapi kelompok, terapi keluarga, rehabiliasi psikiatri, latihan keterampilan sosial, dan manajemen kasus. Psikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia bertujuan sebagai promosi terhadap kesembuhan penderita atau mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri dari: fase awal difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase menengah difokuska pada relaksasi dan kesadaran untuk mengatasi stres, kemudian fase lanjut difokuskan pada inisiatif umum dan keterampila di masyarakat dengan mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

Psikoterapi kelompok, meliputi terapi suportif, terstruktur dan anggotanya antara 3-15 orang. Kelebihan terapi kelompok adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dari teman kelompok, dan dapat mengamati respons psikologis, emosional, dan perilaku penderita skizofrenia terhadap berbagai sifat orang dan masalah yang timbul. Terapi keluarga, bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan tanda-tanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi dari efek samping pengobatan, dan peran keluarga terhadap penderita skizofrenia. Rehabilitasi psikiatri, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penderita skizofrenia dalam hal merawat diri sendiri, bekerja, menikmati kesenangan, berhubungan dengan orang lain dan keluarga. Rehabilitasi psikiatri diharapkan terjadi perubahan menuju perbaikan dari ketidakmampuan, meningkatkan kemampuan baru yang menjadi penyebab kelemahan, memanipulasi lingkungan agar dapat lebih memberi dukungan serta meningkatkan fungsi.