AGROFORESTRY (1) Dr Ir Hariyadi, MS Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas pertanian – IPB
AGROFORESTRY Konsepsi “agroforestry” dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang sekitar tahun Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan di bidang kehutanan pun sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas. Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad- abad (Michon dan de Foresta, 1995),
Definisi Agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Koppelman (1996) mendefinisikan Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu : - sistem agroforestri sederhana - sistem agroforestri kompleks
Reijntjes (1999) : Agroforestry sebagai pemanfaatan tanaman kayu tahunan (pepohonan, belukar, palem, bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman yang layak tanam, padang rumput dan atau hewan, baik dengan pengaturan ruang secara campuran atau ditempat dan saat yang sama maupun secara berurutan dari waktu ke waktu. King and Chandler, (1978) : agroforestry adalah Suatu system pengelolaan lahan yang lestari untuk meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil tanaman pangan (termasuk hasil pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan dan/atau kegiatan peternakan baik secara bersama-sama maupun berurutan pada sebidang lahan yang sama, dan menggunakan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan pola kebudayaan penduduk setempat
adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Sistem agroforestri sederhana
Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar. Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalam Hairiah et al. 2003)
Tiga komponen pokok dalam agroforestri : kehutanan, pertanian dan peternakan Contohnya : Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian. Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan Agropastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan peternakan/hewan
Menurut FAO (1989) agroforestri merupakan suatu sistem penggunaan lahan yang tepat untuk mendukung pertanian berkelanjutan, karena disamping memiliki konstribusi produksi yang nyata dan beragam, juga fungsi konservatif terhadap lingkungan dan keadaan sosial sehingga menjamin ekonomi yang lebih luas dan keamanan pangan lebih tinggi.
Beberapa indikator terselenggaranya sistem pertanian yang berkelanjutan dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam jangka panjang, penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah, tidak adanya kelaparan tanah, tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air, rendahnya emisi gas rumah kaca serta terjaganya keanekaragaman hayati
CONTOH sistem PHBM (sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat) NolokasiKomoditiPetani terlibat 1Perhutani KPH Madiun dan Ngawi Jati + tanaman pangan (jagung, kedelai, 2KPH Banyuwangi SelatanHutan + jagung (550 ha)2750 3KPH Banyuwangi BaratDamar / pinus + vanili + lidah buaya KPH KediriSengon + nanas (4000 ha)8700 5KPH BlitarJati + jeruk + pepaya550 6Lampunggamal (Gliricisidia sepium), dadap (Erythrina sp.), sengon (Paraserianthes falcataria) atau lamtoro (Leucaena leucocephala) Kopi (Coffea canephora) 750
Integrasi tanaman Albizia dan kopi Aspek Ekologi : Albizia sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kopi Albizia sebagai tanmanan legum dapat menyumbangkan N bagi tanah Konservasi tanah dan air dan mengurangi erosi tanah Sebagai rosot karbon Memperbaiki iklim mikro Aspek Ekonomi : Pendapatan semesteran dari biji kopi Tabungan pendapatan dari tanaman Albizia
integrasi tanaman lada-gamal-kambing Aspek Ekologi : Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat bagi tanaman lada dan menyumbangkan bahan organik bagi tanah Kotoran kambing dapat menyumbang bahan organik dan N bagi tanah. Bahan organik akan meningkatkan kesuburan tanah dan sangat baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman lada Aspek Ekonomi : Adanya sumbangan unsur N dari tanaman Gamal dapat menghemat pemberian pupuk urea pada tanaman lada Kotoran kambing dapat diolah menjadi bokashi dan mengurangi pengeluaran petani untuk pembelian pupuk organik. Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata 576 kg/ha/tahun, lebih baik dari cara petani dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)
TERIMAKASIH