PESAN NON-VERBAL MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel Antonio Parulian, S.Psi, M.I.Kom
Pengantar (1) Dalam kehidupan sehari-hari ada/beberapa/banyak kata-kata yang tidak diucapkan sama sekali dalam satu interaksi komunikasi. Dalam interaksi komunikasi terdapat hal lain yang dapat kita perhatikan dalam penampilan masing-masing individu. Penampilan itu terdiri dari: ekspresi wajah, pakaian yang dikenakan, tindakan yang memberikan isyarat penting yang ditafsirkan & untuk ditindaklanjuti. Sebagai contoh senyuman, kontak mata & gerakan fisik.
Pengantar (2) Hal atau sikap itu terjadi khususnya saat kita membentuk kesan pertama. Pesan non-verbal jauh lebih berpengaruh dari pesan verbal. Albert Mehrabian tentang bagaimana perasaan kita terhadap orang lain, pesan verbal menyumbang 7% seluruh kesan kita dan sisanya dipengaruhi oleh faktor pesan non-verbal. Perasaan = 7% (pesan verbal) + 38% pengaruh suara + 55% ekspresi wajah.
Pengantar (3) Sebagian besar faktor non-verbal memberi kontribusi bagi kesan yang dibentuk orang. Kesan yang terbentuk bersifat akurat, sering kali memiliki sifat yang tidak benar/berlebihan/tidak lengkap. Tiga karakteristik penting dari komunikasi non-verbal, antara lain: Sejumlah faktor yang mempengaruhi komunikasi non-verbal. Pesan non-verbal umumnya memiliki berbagai makna. Penafsiran komunikasi non-verbal tergantung pada pesan non-verbal itu sendiri, keadaan dan pengamat.
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (1) Aturan dalam pesan non-verbal dapat diidentifikasi seperti halnya pesan verbal. Produksi pesan non-verbal berkaitan dengan cara-cara dimana emosi ditampilkan. Aturan-aturan yang terkait dengan pembuatan perilaku non-verbal: berjabat tangan mirip dengan fonetik (komunikasi verbal). Aturan yang menetapkan urutan yang tepat mengenai hubungan pesan non-verbal satu sama lain – dalam pertemuan pertama dengan seseorang mirip dengan tipe tata kalimat (komunikasi verbal).
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (2) Aturan-Perintah – pola umum penataan makna untuk banyak perilaku non-verbal yang dapat diidentifikasi, ada konvensi kapan dan bagaimana sebuah isyarat tertentu digunakan – mirip dengan pragmatik (komunikasi verbal). Pola pesan non-verbal bersifat umum untuk perilaku perseorangan. Contohnya: mimik/ekspresi wajah – emosi kegembiraan, kesedihan, marah, jijik, terkejut atau takut & adanya gerakan khusus dari otot wajah. Ekspresi wajah terlepas dari latar belakang pribadi atau budaya seseorang.
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (3) Gerak isyarat seperti anggukan kepala – berhubungan dengan respon “ya” atau “tidak”. Selain itu, menangis & tertawa bersifat universal. Tetapi, ada juga pola yang unik untuk individu tertentu, kelompok, daerah, pekerjaan atau budaya.
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (4) Kesengajaan - bahasa adalah suatu komponen yang secara sadar untuk tujuan pengiriman pesan, juga terjadi dalam komunikasi non-verbal. Kita sadar menggunakan ekspresi wajah tertentu, gerak tubuh, dan pilihan pakaian pada pertemuan pertama/wawancara kerja/pertemuan kelompok dengan tujuan untuk menciptakan efek yang diinginkan. Ada pesan non verbal, yang dihasilkan dan ditransmisikan secara tidak sengaja. Seperti menurunkan alis & menahan bibir dalam kemarahan untuk memahami kekasaran seorang teman.
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (5) Fungsi Umum Pesan – perilaku verbal & non-verbal dapat saling dipasangkan satu sama lain untuk beberapa jenis hubungan: Keduanya bersifat saling menambahkan (redundant) dan menegaskan (duplicate) – “Saya mau duduk” kemudian berjalan ke kursi & duduk. Keduanya juga saling menggantikan (subtitute), seperti jabatan tangan untuk menggantikan sapaan – “Halo, menyenangkan bertemu dengan Anda!” Pesan verbal dan non-verbal dapat saling melengkapi (complementary), seperti ketika seseorang tersenyum & berkata – “Masuklah, saya senang bertemu Anda!”
Kesamaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (6) Kode verbal atau non-verbal berfungsi untuk menambahkan penekanan (emphasis) pada yang lain, seperti membuat kepalan tangan untuk menggarisbawahi maksud yang dibuat secara lisan. Kode verbal dan non-verbal dapat menjadi sumber kontradiksi (contradiction), seperti terjadi saat kita mengira betapa orang lain tertarik untuk mendengarkan percakapan, tetapi lawan bicara kita menatap lawan jenisnya yang ada diseberang sana. Kode verbal dan non-verbal dapat digunakan untuk mengatur (regulation) – mengendalikan proses komunikasi, menentukan siapa yang berbicara, berapa durasi waktunya, dan penentuan topik beserta dengan perubahannya.
Perbedaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (1) Kesadaran & perhatian – dewasa ini, komunikasi verbal lebih mendapat perhatian dibandingkan dengan komunikasi non-verbal. Buktinya, komunikasi verbal dalam bentuk bahasa tertulis & lisan masih dianggap sebagai “keterampilan dasar” yang harus dimiliki oleh setiap individu. Keterampilan dasar berupa pengucapan, penyusunan kalimat, penguasaan kata & maknanya, penggunaan bahasa pragmatika menjadi bagian dalam setiap tingkatan pendidikan formal.
Perbedaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (2) Sementara keterampilan non-verbal mendapat sedikit perhatian, buktinya kurangnya pelatihan yang memadai untuk komposisi, sastra & seni berbicara didepan umum yang disediakan sekolah. Dirumah, pesan non-verbal berupa penggunaan pakaian, kebiasaan pribadi, membuat seseorang dicap tidak menarik. Dengan demikian, komunikasi non-verbal tetap dilakukan menghindari atribusi-atribusi negatif tersebut.
Perbedaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (3) Aturan tertutup – tidak ada kamus/petunjuk gaya dalam komunikasi verbal. Adanya aturan tertutup (covert rules). Dilakukan melalui observasi & secara tidak langsung terlihat. Mengakibatkan kita “mengetahui aturan” dalam mengekspresikan perasaan kepada orang lain, walaupun ada juga yang tidak sadar dalam mengartikan pesan-pesan non-verbal tersebut. Aturan itu bukan berupa kesepakatan universal. Aturan terbuka – pada komunikasi verbal relatif lebih mendapatkan penekanan yang lebih besar. Alasannya, bahwa semua budaya terdapat aturan yang terbuka (overtrules) dalam struktur & penggunaan bahasa. Informasi komunikasi tersebut tersedia dalam berbagai sumber.
Perbedaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (4) Status Pribadi – persoalan yang berhubungan dengan penampilan, gerak-gerik, tingkah laku, dianggap sebagai hal pribadi yang tabu untuk didiskusikan, dianalisa atau dikritik secara terbuka. Status Umum – dewasa ini, pembahasan perilaku non-verbal telah berubah, khususnya bagi tokoh masyarakat atau public figure. Perhatian kita ditujukan kepada pakaian yang dikenakan oleh mereka. Segala sesuatunya “dibuat lebih”
Perbedaan antara Komunikasi Verbal & Non-Verbal (5) Spesialisasi Belahan Otak - menjadi perbedaan utama dalam komunikasi non-verbal. Otak kiri manusia memainkan peran utama dalam proses bahasa & matematika. Otak kanan manusia memiliki signifikansi khusus dalam mengenali gambar wajah dan tubuh, seni, musik dan intergrasi antara kreativitas & imajinasi. Kerusakan otak kiri menyebabkan pasien kesulitan bicara atau gagap, walaupun kemampuan bernyanyi tidak mengalami gangguan. Kerusakan otak kanan menyebabkan sulitnya menentukan kemampuan spasial (menentukan dan mencari lokasi) dan mengenali & mengingat wajah, adegan atau benda.
Paralanguage (1) Berbicara tentang teknis yang ada dalam pesan non-verbal atau tentang bagaimana Anda mengatakan, menggunakan frasa dalam kalimat pada setiap pesan yang melengkapi bahasa. Bentuk vokal – tentang hal-hal yang terkait dengan suara (vocalics), seperti pesan selain dalam bentuk kata-kata atau pesan pendengaran yang diciptakan dalam proses pembicaraan. Vokalik meliputi tinggi rendah suara, kecepatan & irama berbicara, batuk, tertawa, sengau, berhenti bahkan keheningan yang terjadi dalam komunikasi tatap muka. Memiliki pengaruh dalam reaksi terhadap individu & verbalisasinya.
Paralanguage (2) Sebagai contoh: atas dasar tinggi rendah suara, kita dapat menentukan apakah pesan yang disampaikan suatu pertanyaan atau pernyataan, komentar serius atau sindiran kasar. Perbedaan tinggi rendah suara dapat menghasilkan kesan yang berbeda. Jika nada tinggi – bentuk kesopanan & jika nada rendah – bentuk kasar & tidak tertarik. Contoh lain: paralinguistik yang diakusisi anak-anak terjadi karena mereka memiliki keakraban dengan pola nada/bahasa dilingkungan mereka, baik dalam keluarga/teman-teman. Kontur nada ucapan mereka, mampu mengidentifikasi lingkungan bahasa dimana mereka hidup & tumbuh.
Paralanguage (3) Kata seru (interjection) atau ketidaklancaran (nonfluencies) – seperti kata “eee..”, “aaa..” saat pidato atau ceramah - mengandung potensi perbedaan kesan dan kemungkinan dampak yang dihasilkan, yaitu kesimpulan yang akan kita tarik tentang sumber pesan mungkin akan berbeda. Kecepatan bicara dan aksen – memberikan kesimpulan berupa deteksi kebangsaan, wilayah negara dimana individu tersebut dibesarkan & stereotip geografis lokal. Paralanguage berupa kecepatan & volume nada bicara mampu memberikan asumsi tentang tingkat pendidikan pembicara & kondisi emosional individu.
Paralanguage (4) Bentuk tertulis – setiap kata dalam bentuk komunkasi tertulis, juga terdapat paralinguistik disetiap kata-kata atau kalimat-kalimat yang terdapat didalamnya. Paralinguistik yang terkandung dalam bentuk tertulis, berupa tanda baca, ejaan, kerapian, penggunaan ruang margin diantara setiap kata, dicetak atau ditulis tangan, sampai warna tinta. Paralinguistik dalam bentuk tertulis akan mempengaruhi reaksi dan cara berpikir pembaca terhadap kata-kata dan sumbernya. Reaksi pembaca terhadap penilaian pesan tertulis dalam bentuk: tingkat pendidikan, kehati-hatian & keseriusan, sikap hormat penulis, sampai suasana hati penulis saat menciptakan pesan tertulis.
Paralanguage (4) Bentuk tertulis (2) – sebagai contoh dalam penulisan e-mail/pesan singkat. Huruf kapital memberikan indikasi sebagai sikap “BERTERIAK”. Tanda-tanda emosi (emoticons) berguna untuk mewakili perasaan penulis saat menyampaikan pesan dalam bentuk tertulis. mengartikan senyuman atau ;-) mengartikan kedipan mata, dsb.
Paralanguage (5) Wajah (1) – Ketika kita melihat wajah seseorang kita akan mendapatkan kesan secara keseluruhan & jarang memikirkan ciri- ciri khususnya. Padahal adalah penting untuk mendapatkan pesan/informasi tentang kondisi emosi seorang individu melalui ekspresi wajahnya. Diperkirakan bahwa wajah kita mampu membuat 250.000 jenis ekspresi & hanya ada 44 cara yang membuat otot-otot wajah kita bergerak. Meskipun sebenarnya kita belum pernah melihat 250.000 jenis ekspresi secara lengkap, tetapi kita sudah bisa mengindentifikasi emosi melalui wajah – kegembiraan, ketakutan, terkejut, kesedihan, marah, jijik, merendahkan & ketertarikan.
Paralanguage (6) Wajah (2) – Pesan non-verbal dari wajah tiap individu dalam kaitannya dengan emosi/perasaan berlaku umum pada seluruh manusia (Teori Neocultural – Paul Ekman). Kondisi dan peristiwa tertentu yang memicu emosi bervariasi secara individual & secara budaya. Adat istiadat serta aturan mengarahkan aturan-aturan yang nampak bagi emosi tertentu juga dapat saja berbeda antara satu individu dengan individu yang lain atau dari satu budaya ke budaya yang lain. Jenis emosi tertentu seperti: membual, menganggap kecil masalah & menutup masalah, umumnya memiliki kesamaan antara satu individu/budaya yang satu dengan individu/budaya yang lain.
Paralanguage (7) Pandangan Mata – bagian wajah yang paling berpengaruh dalam komunikasi adalah tatapan mata. Ellsworth berpendapat bahwa tatapan mata memiliki peluang yang tinggi untuk ditanggapi. Walaupun memiliki sedikit gerak dan dibatasi jarak tetapi tatapan mata memiliki kapasitas luar biasa untuk menarik perhatian. Berikut adalah beberapa istilah dalam komunikasi interaksi melalui pandangan mata: Face contact (kontak wajah) – melihat wajah seseorang. Eye contact or eye gaze (kontak mata/pandangan mata) – melihat mata seseorang.
Paralanguage (8) Mutual Gaze (saling pandang) – saling memandang wajah oleh dua individu. One sided gaze (tatapan satu sisi) – satu orang melihat wajah orang lain, tetapi tak mendapat balasan. Gaze-avoidance (menghindari pandangan) – seseorang secara aktif menghindari tatapan mata orang lain. Gaze-omision (pandangan yang gagal) – seseorang gagal untuk memandang orang lain, tetapi tidak niat melakukannya. Aturan yang kita terapkan sebagai orang dewasa, dianggap melanggar norma kesopanan apabila menatap orang lain yang tidak kita kenal.
Paralanguage (9) Lain halnya jika melakukan kontak mata dengan teman-teman atau kenalan. Dengan menggunakan tatapan mata, maka dianggap membantu menujukkan keseriusan perhatian terhadap topik pembicaraan/diskusi. Tatapan/pandangan mata antar teman intim atau suami-istri, menatap panjang dapat dilakukan secara berkala meskipun tanpa disertai ucapan/kata-kata. Ada pilihan lain ketika individu ingin terlibat atau menghindari pandangan pembicara, yaitu dengan melirik. Kesemua jenis pandangan mata memberikan fokus kita terhadap perhatian, minat, niat bahkan sikap.
Paralanguage (10) Dengan “melihat”, berarti mengamati, mengarahkan, memeriksa, merahasiakan, menghindari, atau mencari pengamanan. Terjadi atau tidak terjadinya kontak mata, adalah untuk mengatur interaksi serta memainkan peran penting dalam daya tarik pribadi. Perasaan positif terhadap seorang individu sejalan dengan semakin tingginya kontak mata. Individu-individu yang terlibat dalam kontak mata, dengan taraf tinggi tampak cenderung lebih berpengaruh dan efektif. Pada budaya tertentu, kontak mata dianggap sebagai salah satu cara untuk mencoba mendominasi & mempengaruhi orang lain. Budaya yang menekankan kontak mata, sebagai simbol keramah- tamahan, berusaha terlibat, dianggap sebagai pendengar yang baik
Paralanguage (11) Ada beberapa individu yang mengurangi kontak mata, ketika seseorang diskusi hal-hal intim, ketika ada orang lain didekatnya, ketika seseorang tidak tertarik secara khusus kepada reaksi orang lain & ketika merasa dipermalukan. Dalam situasi yang lain, seseorang akan mengurangi kontak mata jika ia bersikap tunduk, malu, sedih, mencoba menyembunyikan sesuatu, atau ketika berbicara dengan seseorang dengan status sosialnya lebih tinggi. Pandangan mata adalah bidang komunikasi non-verbal yang didalamnya terdapat banyak perbedaan budaya. Contoh: bagi orang Yunani saling tatap mata ketika berbicara adalah hal yang dianggap wajar & sopan. Sementara bagi orang Amerika Utara dianggap tidak wajar.
Paralanguage (12) Pelebaran pupil mata – pupil mata menjadi indikasi minat atau ketertarikan. Pupil mata akan cenderung melebar ketika melihat orang atau benda yang tampak menarik. Jika pupil seseorang membesar, bagi lawan jenisnya akan jauh lebih menarik dibandingkan dengan pupil mata yang kecil. Tetapi dalam perjalanannya, ukuran pupil mata sebagai sumber informasi masih menjadi pertanyaan. Alasannya, dalam banyak percakapan pada kebudayan Amerika terdapat kesulitan untuk memperhatikan pupil lawan bicaranya.
Tubuh (1) Penampilan dan daya tarik fisik mungkin adalah sumber informasi tunggal yang paling penting untuk membentuk kesan permulaan, ketimbang faktor-faktor lain seperti agama, wajah, harga diri, prestasi akademik, bakat, kepribadian maupun popularitas. Daya tarik fisik juga berfungsi sebagai preferensi dalam memprediksi kesuksesan, keterkenalan, keramahan, daya tarik seksual, kredibilitas dan kebahagiaan individu tersebut. Faktor yang berkontribusi terhadap penampilan, antara lain: rambut, pakaian, fisik, perhiasan dan artefak.
Tubuh (2) Rambut – rambut dan jenggot yang panjang, warna, dan gaya menjadi sumber pesan non-verbal terhadap daya tarik & berfungsi sebagai dasar kesimpulan atas kepribadian seseorang, usia, pekerjaan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai. Fisik – mencakup tipe, ukuran, dan bentuk tubuh (somatype). Endomorphs orang yang tampak “lunak”, “bulat” dan kelebihan berat badan – seorang yang berperasaan, kalem, ceria, terbuka, pemaaf, lembut hati & hangat. Mesomorphs orang yang tampil berotot/atletis – seseorang yang aktif, argumentatif, tegas, kompetitif, percaya diri, dominan, optimis, atau ceroboh.
Tubuh (3) Ectomorphs orang yang tinggi, kurus - seseorang yang dianggap memiliki sifat penyendiri, cemas, hati-hati, keren, introspektif, teliti, sensitif & pemalu. Meskipun demikian, beberapa studi menemukan hanya sedikit korelasi antara bentuk & ukuran tubuh (somatype) dengan perilaku aktual. Tinggi badan seseorang menjadi stereotype tertentu pada beberapa kebudayaan. Semakin tinggi/pendek tubuh seorang laki-laki atau perempuan maka terbentuk akan terbentuk asosiasi akan kualitas diri individu tersebut.
Tubuh (4) Pakaian dan Perhiasan – pakaian memenuhi sejumlah fungsi bagi tiap individu, antara lain: perlindungan fisik & psikologis, daya tarik seksual, pernyataan diri, penyangkalan diri, penyembunyian, identifikasi kelompok & menampilkan status atau peran. Dale Leather “Identitas sosial dan citra didefinisikan, dilanjutkan dan dimodifikasi secara positif atau negatif oleh komunikasi penampilan”. Umumnya kita berasumsi bahwa orang sadar akan apa yang mereka kenakan & penggunaan pakaian menjadi sumber informasi yang penting. Pakaian & perhiasan – menjadi dasar penilaian kepantasan sebagai jenis kelamin, usia, kemudahan didekati, kesejahteraan finansial, kelas sosial, selera, nilai-nilai & latar belakang budaya.
Tubuh (5) Pakaian berfungsi sebagai lencana penanda pekerjaan, dan juga memberikan informasi tentang identitas seseorang, status, profesi atau afiliasi. Kostum yang dikenakan oleh masing-masing profesi seperti polisi, perawat, dokter, pendeta, personil militer dan anggota tim olahraga dirancang sesuai standar. Pakaian yang dikenakan oleh masing-masing profesi, memiliki tujuan untuk memudahkan mengenali pekerjaan mereka. Perhiasan khusus seperti cincin pernikahan/pertunangan, kalung dengan insial nama atau simbol keagamaan – menyediakan informasi mengenai identitas seseorang, status, kelompok atau afiliasi organisasi.
Tubuh (6) Artefak – mainan, teknologi, furnitur, benda-benda hiasan, mobil, rumah. Kartu kredit, tas kerja, dan kartu bisnis menjadi pemberi isyarat nyata untuk orang lain dalam membentuk kesan dan reaksi atas penampilan kita. Menyediakan pesan-pesan tentang sumber keuangan kita, selera estetika, kepribadian, status atau pekerjaan.
Gerak-Isyarat (1) Kinesics terdiri dari gerakan badan, kepala, lengan, tungkai atau kaki. Kesemuanya itu memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. Kemajuan setiap manusia dalam pengembangan kapasitas untuk membuat gerak isyarat, terdiri dari 4 (empat) tahapan: Tahap pertama, terjadi pada usia 0-3bulan – ketidakberaturan, gerak melonjak-lonjak yang menunjukkan kegembiraan dan kesusahan. Tahap kedua, 3-5bulan – mampu menggerakan tubuh lebih berirama yang terkait dengan kemarahan & kesenangan. Tahap ketiga, 5-14bulan – anak-anak mengembangkan gerakan khusus seperti meledek, kepala berputar & menonjok. Tahap keempat, 14-24bulan – anak mampu mengungkapkan kasih sayang keorang-orang tertentu, seperti ungkapan kegembiraan/kecemburuan dalam bentuk menojok, memukul dan membelai.
Gerak-Isyarat (2) Gerakan serta isyarat lain dapat berfungsi sebagai pesan yang memiliki tujuan untuk meraih suatu tujuan(purposeful), maupun pesan yang sekedar kebetulan (incidental) dan tidak disengaja (unintended). Gerakan yang dapat digunakan sebagai pelengkap untuk bahasa, seperti menggoyangkan kepala ke kanan-kiri sambil berkata “tidak”. Tindakan yang diwariskan, ditemukan, ditiru, dilatih – contoh tindakan bawaan termasuk respons bayi dalam menghisap puting susu & kontak tubuh yang menjadi bagian pengasuhan.
Gerak-Isyarat (3) Beberapa gerakan, kita temukan saat kita mengidentifikasi keterbatasan dan kemampuan dari tubuh kita. Ada perbedaan dari cara orang menyilangkan lengan dari satu budaya ke budaya lainnya. Perbedaan bisa ditemukan diantara individu yang berada di bawah satu payung budaya & setiap individu cenderung konsisten dari waktu ke waktu. Sehingga apapun kebiasaan kita, adalah sulit untuk membaliknya tanpa usaha yang cukup besar.
Gerak-Isyarat (4) Kita memperoleh banyak gerakan yang kita ketahui secara tidak sadar dari orang-orang disekitar kita saat kita tumbuh dewasa. Salah satu sikap dalam jabatan tangan, cara memberi salam, meniru tata cara budaya dan budaya lainnya. Kedipan mata, melompat dengan satu kaki, adalah sikap yang mampu dilakukan oleh orang dewasa & menjadi hal berat bagi seorang anak kecil. Dengan demikian dibutuhkan observasi substansial dan usaha sistematis untuk menguasainya.
Gerak-Isyarat (5) Asal usul gerak – beberapa gerakan yang ditampilkan oleh orang dewasa tampaknya dibawa dari kegiatan kita semasa anak-anak. Kegiatan merokok, mengunyah pensil, menggigit kuku mengunyah permen/permen karet – berakar pada pengalaman awal disuapi makanan pada masa bayi. Pengalaman awal disuapi itu, menjadi satu kepuasan mulut dan berhubungan dengan keamanan & keselamatan. Gerakan lain, seperti goyang kepala horizontal yang kita gunakan untuk mengatakan “tidak” – berakar dari kebiasaan bayi menggelengkan kepala sebagai tanda ia sudah tidak ingin makan & minum susu.
Gerak-Isyarat (6) Jenis Gerak – banyak cara untuk mengklasifikasi gerak tubuh Morris mengklasifikasi menjadi beberapa bagian: Penegas & pemandu – jenis gerak isyarat tubuh yang digunakan untuk menggarisbawahi atau menekankan masalah tertentu yang dibuat secara lisan. Contohnya: mengangkat jari telunjuk. Klasifikasi berikutnya sebagai tanda panduan (guide sign). Dalam menunjukkan arah kepada orang lain & melambaikan tangan. Sinyal “Ya-Tidak” – cara utama dari membuat sinyal ya-tidak adalah dengan menggerakan (menganggukan/menggelengkan) kepala.
Gerak-Isyarat (7) Salam dan memberi hormat – bentuk salam paling dikenal adalah jabat tangan, pelukan dan ciuman yang mengisyaratkan rasa senang kita atas kedatangan/keberangkatan seseorang. Tampilan repot – kita menunjukan diri sibuk & repot dalam hal persahabatan. Jika sebagai tuan rumah kita akan berbenah diri & rumah dan jika sebagai tamu kita rela menempuh perjalan panjang & jauh. Tampilan jarak - ketika tamu & tuan rumah melihat satu sama lain muncul perilaku tersenyum, mengangkat alis, memiringkan kepala, melambaikan tangan & merentang tangan sebagai isyarat ingin memeluk. Salam khusus akan digunakan tergantung dari sifat hubungan, situasi perjumpaan, lama waktu berpisah & perubahan status diantara keduanya.
Gerak-Isyarat (8) Tanda Ikatan – pengikat atau tanda ikatan adalah salah satu cara individu dalam memperlihatkan bahwa mereka sedang berada dalam satu hubungan. Benda penanda ikatan antara lain: cincin pernikahan, pakaian berpasangan untuk menunjukkan hubungan antara dua orang atau lebih. Gerak tubuh tertentu dapat pula disajikan sebagai penanda ikatan: berpegangan tangan/lengan, minum segelas bersama, jarak duduk saat rapat, dsb – memberikan isyarat tentang individu dan sifat hubungan mereka.
Gerak-Isyarat (9) Gerak Isolasi – gerak isyarat pada posisi tubuh, seperti menyilangkan lengan atau kaki, untuk menyembunyikan atau memblokir bagian tubuh dari pandangan. Gerakan isolasi lainnya termasuk gerakan memeluk diri, bertopang dagu atau pipi dengan tangan, menyentuh mulut seseorang – merupakan sinyal rasa tidak nyaman atau kecemasan.
Gerak-Isyarat (10) Gerak Isyarat Lainnya – perilaku bersolek, membelai rambut, menyempurnakan riasan wajah atau pakaian dicermin, atau mengelus lengan sendiri – memainkan peran dalam menarik perhatian lawan jenis. Gerakan isyarat juga terdapat dalam aspek keagamaan, seperti berlutut, berdiri pada waktu yang ditentukan, melipat tangan, membuka kedua tangan, membungkuk – simbolik bahwa orang ikut serta dalam ritual keyakinan yang dianut.
Sentuhan-Rabaan (1) Sejak momen awal dari kehidupan, sentuhan adalah cara utama dimana anak-anak dan orang tua terkoneksi satu sama lain. Melalui cara sentuhan (tactile), pemberian makan dilakukan dan kasih sayang diekspresikan. Sentuhan berlanjut menjadi sarana utama untuk ekspresi dari kehangatan dan kepedulian diantara anggota keluarga & teman dekat. Pada periode/fase ini, individu belajar pentingnya pesan sentuhan seperti memeluk, jabat/cium tangan & mencium.
Sentuhan-Rabaan (2) Pada fase perkembangan remaja/pra-dewasa, sentuhan berlanjut semakin bertambah penting dalam ekspresi kehangatan, cinta & keintiman. Diantara orang dewasa, kontak fisik berupa gerak isyarat kepergian teman/kolega, ekspresi keintiman & kegiatan seksual, dan ekspresi permusuhan dan agresi. Aspek yang menarik dari pesan sentuhan, adalah kekuatan & maknanya yang mendua (ambigu) – pemeriksaan dan pengobatan yang melibatkan sentuhan orang lain. Pesan sentuhan juga melibatkan aspek budaya.
Sentuhan-Rabaan (3) Budaya Asia-Afrika – berbicara sambil bergandengan tangan. Budaya Timur Tengah – berdiri begitu dekat satu sama lain ketika berbicara. Budaya Amerika Utara – hal yang dilakukan budaya Timur tengah sebagai suatu keintiman. Budaya Amerika Utara – cenderung memasang jarak sejauh mungkin, untuk menghindari sentuhan orang asing. Menyentuh orang lain tanpa persetujuan, oleh banyak masyarakat dianggap mengganggu. Dianggap sebagai bentuh pelecehan & cabul.
Ruang – Jarak (1) Ruang dan jarak, memainkan peranan penting dalam komunikasi manusia. Bila ruang pribadi kita dikuasai, maka kita cenderung akan menyerang atau berontak. Jika kita terhalang didalam lift, atau dihalangi oleh orang asing, atau tiba-tiba dikerumuni oleh banyak orang dipusat perbelanjaan, hal demikian menyebabkan kita merasa tidak nyaman. Kita cenderung merespon dengan cara menyesuaikan kembali posisi kita sendiri untuk mendapatkan kembali jumlah ruang yang kita pikir kita butuhkan.
Ruang – Jarak (2) Pelanggaran ekstrim atas ruang pribadi yang terjadi terus menerus, dengan jumlah kepadatan yang tinggi, dapat menyebabkan reaksi ekstrim, frustasi, bahkan agresi. Penggunaan ruang dan posisi juga penting ditempat duduk – dikaitkan dengan sifat kepemimpinan terhadap orang lain, mendukung individu untuk memiliki posisi dan wewenang. Sebagai contoh: seorang guru didepan kelas/hakim dipengadilan/pendeta diatas mimbar, dsb. Dalam sebuah ruang konferensi – terdapat asosiasi yang melekat kepada orang yang duduk dibagian kepala meja. Dengan demikian posisi kita diam, duduk, aktif bercakap-cakap, atau berdiri menjadi faktor penting dalam membentuk komunikasi & pembentukan kesan.
Ruang – Jarak (3) Lingkungan fisik – bangunan fisik disekitar kita seperti furnitur, dekorasi, pencahayaan, dan skema warna adalah hasil dari pengambilan keputusan manusia. Fungsi informasi tambahan, berupa penyediaan rumah dan pemukiman, memfasilitasi berbagai kegiatan, memikirkan penataan furnitur, pemilihan hiasan dinding, desain dan perabotan restoran, tata letak pusat perbelanjaan, arsitektur kompleks bandara besar, semuanya itu memiliki kesamaan dalam terminologi komunikasi. Mengarahkan perilaku – dekorasi warna dan furnitur yang dirancang oleh seorang arsitek digunakan sebagai media sumber informasi & mempengaruhi kita untuk mengambil keputusan berapa lama kita akan duduk disana.
Ruang – Jarak (4) Menyediakan aturan simbolis – struktur dan isinya, berdasarkan ukuran, bentuk, penggunaan ruang, dapat memiliki aturan simbolis bagi kita. Contoh: gedung-gedung keagamaan dengan langit-langit yang tinggi, interior remang-remang, warna tua, kitab suci & benda-benda sakral lainnya. Masing-masing dari benda tersebut, memiliki nilai informasi bagi mereka yang menggunakannya. Mengatur interaksi – lingkungan juga dapat memberikan dasar bagi informasi yang mengatur, mendorong atau menghambat interaksi. Contoh: pada meja belajar bersekat diperpustakaan – berfungsi memisahkan, mengisolasi, dan membatasi interaksi penggun, sementara dikantor tidak membuat sekat pribadi demi kebutuhan interaksi satu sama lain.
Waktu-Kronemiks (1) Pemilihan waktu dan penggunaan waktu (kronemiks), sering diabaikan dalam komunikasi. Padahal reaksi terhadap kata-kata dan perbuatan mungkin jauh lebih ditentukan oleh waktu berbicara atau bertindak, dibandingkan bergantung kepada isi tindakan itu sendiri. Pemilihan waktu – penggunaan waktu percakapan dalam interaksi terdiri dari dua jenis: makro & mikro. Mikro: meliputi kecepatan kita berbicara, jumlah dan panjang jeda atau interupsi, perbandingan waktu bicara dan diam, dan pola pergantian bicara dalam percakapan. Faktor-faktor ini memiliki peran dalam penyampaian, penerimaan, dan interpretasi pesan dasar pembentukan kesan tentang individu yang terlibat.
Waktu-Kronemiks (2) Terlalu sedikit berbicara – ketidaktertarikan, malu atau bosan. Terlalu banyak bicara – agresif, keyakinan diri, melampaui batas, terlalu percaya diri atau kasar. Makro: pengambilan keputusan yang bersifat lebih umum – bagaimana keputusan kita akan melibatkan diri kedalam sebuah percakapan pada suatu titik waktu tertentu. Contoh: keputusan yang dibuat oleh individu, tentang kapan harus berbicara-diam, kapan harus bicara banyak-sedikit, kapan bicara rinci-memendam. Penetapan waktu – “Waktu adalah uang” filosofi yang sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari.
Waktu-Kronemiks (3) Mendapati arti penting waktu dalam kehidupan kita, membawa dampak penting bagi perilaku. “Awal” atau “terlambat” adalah sebuah pesan. Makna yang terkandung didalamnya, memiliki variasi tergantung kepada: hitungan waktu terlambat atau lebih awal, tujuan dari janji bertemu, lama hubungan yang pernah dijalani diantara orang-orang yang terlibat didalamnya, status hubungan dari pihak yang terlibat, dan orientasi terhadap waktu dari masing-masing individu.
Waktu-Kronemiks (4) Dalam menggunakan waktu, terdapat aspek budaya yang juga terkandung didalamnya. Orang Jepang – budaya tepat waktu yang tinggi, orang Indonesia – budaya tepat waktu yang rendah. Dengan demikian, individu hendaknya mampu mempelajari, memahami, dan menghargai perbedaan- perbedaan ketika dinegeri orang.
Pesan dan Makna: MS =/ MR (1) Suatu perilaku manusia mampu menciptakan pesan verbal dan non-verbal yang penting bagi orang lain. Perilaku yang disengaja – seperti pidato, maupun perilaku yang tidak disengaja – seperti pipi yang memerah, atau memalingkan kontak mata karena rasa malu. Proses pembuatan pesan verbal-non verbal dapat dilihat sebagai kontribusi informasi dilingkungan simbolik yang mengelilingi kita. Kehadiran pesan verbal atau non-verbal disuatu lingkungan hanya sedikit yang mendapat perhatian atau ditafsirkan dengan cara tertentu.
Pesan dan Makna: MS =/ MR (2) Jika kita sebagai “pengirim” atau “penerima” pesan dari suatu hubungan, kelompok, organisasi masyarakat, atau masyarakat umum bahwa pesan terkirim (sengaja atau tidak) tidak selalu sama dengan pesan yang diterima. Ujaran yang sama tidak selalu menghasilkan interpretasi yang sama pula. Antara pesan dan makna, penting dalam bidang kode non-verbal: keterlibatan mata yang dimaksud oleh seseorang, diindikasikan sebagai tanda tertarik atau dianggap agresivitas oleh yang lain. Gerakan yang ditafsirkan sebagai isyarat isolasi – dianggap sebagai cara menjaga kehangatan diruangan dingin.
Pesan dan Makna: MS =/ MR (3) Mark Frank orang lebih sering memilih untuk menerima pengakuan kasih sayang secara langsung, bukan melalui surat ataupun telepon. Dengan memberikan pengakuan secara langsung melalui proses tatap muka, maka kita dapat melihat bagaimana lawan bicara kita “sungguh-sungguh merasakan” dan kita dapat mengamati perilaku non verbal mereka. Contoh: dalam hubungan asmara dengan lawan jenis. Makna pesan verbal dan non-verbal tidak hanya tergantung pada pesan yang tersedia, tetapi juga kepada cara-cara pribadi kita memproses informasi dan interaksi sosial kita dengan orang lain.
Pesan dan Makna: MS =/ MR (4) Kita menganggap orang tertentu menarik atau cerdas akan tergantung pada perilaku verbal dan non-verbal dari orang yang bersangkutan, cara kita memperhatikan & menafsirkan perilaku dan interaksi sosial yang membantu kita menentukan & membentuk pemahaman kita tentang apa saja yang menciptakan daya tarik atau kecerdasan. Dalam menentukan arti dari pesan-pesan tertentu – jeli memperhatikan pesan verbal dan non-verbal yang terlibat dalam proses penerimaan informasi.
Implikasi dan Aplikasi (1) Paralanguage, penampilan, gerak isyarat, sentuhan, ruang dan waktu adalah sumber informasi dalam rentang situasi yang luas. Perilaku non-verbal kita, diatur oleh aturan yang telah kita pelajari melalui pengalaman selama hidup kita. Ada banyak aturan yang tidak kita sadari yang menuntun perilaku non- verbal dan membimbing reaksi kita terhadap perilaku non-verbal itu. Ketika orang lain melanggar aturan non-verbal, kita memberi reaksi secara umum, terlalu menyamaratakan, kadang-kadang emosional. Kita umumnya hanya menyadari sebagian kecil saja dari keseluruhan pesan non-verbal yang kita buat dan kirimkan dalam situasi apapun.
Implikasi dan Aplikasi (2) Beberapa aspek komunikasi non-verbal seperti salam, pakaian dan waktu, dapat dengan mudah kita pilih saat kita berkomunikasi dengan seseorang. Paralanguage, kontak mata, gerak tubuh, dan penggunaan ruang dapat dikelola melalui usaha dan latihan, namun yang lainnya, seperti wajah merona merah karena malu, atau gugup, mungkin untuk kita bisa mengendalikannya. Kompetensi non-verbal membutuhkan sesadaran dan perhatian terhadap pola komunikasi, usaha sadar untuk menjadi peka terhadap dampak dari perilaku non verbal kita pada orang lain.