Pengantar Promosi Kesehatan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMBELAJARAN DI KELAS, LAB & LAPANGAN
Advertisements

PROMOSI KESEHATAN.
PROMOSI KESEHATAN.
Workshop Wakasek Kurikulum
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diperguruan tinggi?
Keterampilan Dasar Mengajar
Pelatihan Pemetaan Swadaya PNPM – P2KP
Konsep Pendekatan Sistem dalam Desain Instruksional
Dr. Leonardo W. Permana, MARS.
URAIAN RINGKAS CIRI BEBERAPA CARA BELAJAR YANG DILAKUKAN MAHASISWA
PENILAIAN.
Tujuan Pembelajaran 5th session.
copyright: dit.akademik.ditjen dikti
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN, PENDIDIK KESEHATAN, dan PROMOSI KESEHATAN Lita Sri Andayani, SKM, MKes Dept. PKIP FKM USU.
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN NURUL AINI NURUL_AINI/PROMKES_2017/AKBID JEMBER.
Promosi Kesehatan Oleh, Lita Sri Andayani, SKM, Mkes
DASAR PROMKES Kismi M. M.Kes.
PERILAKU.
STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
MATERI 4 MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SCL.
Pengembangan Sikap & Perilaku Masyarakat terhadap kesehatan
MEDIA DAN ALAT PERAGA PENDIDIKAN
INDIKATOR PENCAPAIAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
PROSES KOMUNIKASI PERTEMUAN 11.
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke 2 Pendidikan Kesehatan.
copyright: dit.akademik.ditjen dikti
copyright: dit.akademik.ditjen dikti
Oleh; Syaifurrahman Hidayat, S.Kep.,Ns
Penerapan model pembelajaran
Pengembangan Sikap & Perilaku Masyarakat terhadap kesehatan
LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
PERTEMUAN 2 dan 3 DASAR – DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN
JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
Workshop Pembuatan RPP
SEMINAR MANAJEMEN PEMASARAN
PANDUAN PENYUSUNAN RPP
Keterampilan Dasar Mengajar
Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini
8/8/2018 PROMOSI KESEHATAN.
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
MATERI 4 MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SCL.
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI KESEHATAN
Keterampilan Dasar Mengajar
copyright: dit.akademik.ditjen dikti
MATERI 4 MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SCL.
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diperguruan tinggi?
MATERI 4 MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SCL.
Materi : Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
ANALISIS PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
MODEL - MODEL PEMBELAJARAN SCL.
PROMOSI KESEHATAN. 2 KAMPUNG (URBAN SLUM) Pasar—Traditional Market.
KONSEP PROMOSI KESEHATAN. PROMOSI KESEHATAN suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
PENYUSUNAN PROGRAM PELATIHAN
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diperguruan tinggi?
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN Ismuntania siregar., M.KEP.
Transcript presentasi:

Pengantar Promosi Kesehatan

SEJARAH SINGKAT ISTILAH PROMOSI KESEHATAN (PROMKES) Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan tenaga profesional melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sebelum Tahun 1965 Periode Tahun 1965-1975 Periode Tahun 1975-1985.. Periode Tahun 1986-1994 Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat Departemen Kesehatan ada Direktorat PKM. Departemen Kesehatan sudah mulai aktif membina dan memberdayakan masyarakat. Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban Seperti yang diungkap hasil penelitian, 80% masyarakat tahu cara mencegah demam berdarah dengan melakukan 3M tetapi hanya 35% dari masyarakat yang benar-benar melakukan 3M tersebut Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.

Periode Tahun 1995-Sekarang Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi) Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-Canada, menyatakan bahwa Promosi Kesehata adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

KONSEP PIAGAM OTTAWA DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL PROMOSI KESEHATAN Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi kesehatan. Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup 5 butir Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy). Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment). Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Keterampilan Individu (Personnel Skill). Gerakan Masyarakat (Community Action).

Sasaran Promkes Sasaran Promkes Individu/keluarga Masyarakat Pemerintah/politisi/swasta Petugas atau pelaksana program

Individu/keluarga Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan Mampu mengaplikasikan PHBS Berperan serta dalam kegiatan sosial (yg berkaitan LSM kesehatan)

Membangun potensi untuk membangun potensi gerakan upaya kesehatan Masyarakat Membangun potensi untuk membangun potensi gerakan upaya kesehatan Bergotong royong mewujutkan lingkungan sehat

Peduli dan mendukung upaya kesehatan Pemerintah/litas sektor/politisi/swasta Peduli dan mendukung upaya kesehatan Membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak dibidang kesehatan

Memasukan komponen promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan Petugas dan pelaksana program Memasukan komponen promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan kepada masyarakat

Strategi promosi kesehatan Strategi Promkes Advokasi Bina suasana Gerakan Masyarakat

Advokasi Upaya pendekatan kepada pimpinan atau kepada pengambil keputusan untuk mendukung atau membantu untuk upaya pembangunan kesehatan Bina suasana (social support) Membuat susana yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup sehat Gerakan masyarakat (empowerment) Upaya memandirikan individu kelompok dan masyarakat agarberkembang kesadaran kemauan dan proaktif dalam mengplikasikan cara hidup bersih sehat

Ruang lingkup Konferensi internasional promkes Ottawa 1986 Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan Mengembang jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung Reorientasi pelayanan kesehatan Meningkatkan keterampilan individu Memperkuat kegiatan masyarakatt Konferensi internasional promkes Ottawa 1986

Jenis kegiatan Promkes Kebijakan publik yang sehat Pelayanan kesehatan preventif Kegiatan berbasis masyarakat Pengembangan organisasi Tindakan kesehatan berwawasan lingkungan Kegiatan ekonomi dan peraturan Program Penkes Ewles & simnett, 1994)

Program Penkes Kesempatan yang direncanakan untuk belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan perubahan dalam tingkah laku

Pelayanan Preventif 1 2 3 Pencegahan primer Dilakukan saat individu belum menderita sakit (pencegahan terjadinya penularan penyakit cth imunisasi, pencegahan ajakan menggunakan narkoba dll) 2 Pencegahan Sekunder Dilakukan pada saat individu mulai sakit (diagnosi dini dan pengobatan segera dan pembatasan kecacatan) 3 Pencegahan Tersier Pada tahap ini cacat yang diderita tidak menjadi hambatan, sehingga individu berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial

Kegiatan berbasis masyarakat Melibatkan masyarakat dalam kegiatan kesehatan Kegiatan semacam ini seperti : Pembentukan self-help group (kelompok swabantu) dan pressure group (kelompok pendorong/motivator) Mengembangkan fasilitas dan pelayanan lokal yang mendukung kesehatan

Pengembangan organisasi Kebijakan pelaksanaan tentang perilaku hidup sehat dalam organisasi baik para staf maupun pelanggan mereka

Kebijakan publik yang sehat Mengurangi polusi Transportasi yang baik Dilarang merokok ditempat umum Hemat penggunaan bahan bakar dll Mengurangi stres pengguna jalan di jalan raya

Tindakan kesehatan berwawasan lingkungan Menyediakan dan air bersih Mengendalikan polusi Menciptakan kawasan bebas rokok

Kegiatan ekonomi dan bersifat peraturan Kebijakan ekonomi yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat

KEGIATAN PROMKES MENURUT DEPKES 2007 Pemberdayaan masyarakat Pengembangan kemitraan Upaya Advokasi Pembinaan suasana Pengembangan SDM Pengembangan Iptek Pengembangan Media Sarana Pengembangan Infrastruktur

Kompetensi promosi kesehatan Mengelola ,merencanakan dan mengevaluasi Komunikasi Pendidikan Pemasaran dan Publikasi Fasilitas dan jaringan serta mempengaruhi kebijan dan praktek

Hambatan dalam penyelenggaran Promkes 1 Struktur dan Sikap Hal ini berarti lebih mendorong menyembuhkan dari pada mencegah 2 Kebiasaan Individu Kebiasaan kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit diubah, demikian juga persepsi 3 Jaring koperasi dan perencanaan yang rumit

Terimakasih

Media dalam Promosi Kesehatan

Pengertian Association for Education and Communicatian Technology memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibi ncangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan

Kerucut Pengalaman Yang diingat Tingkat Keterlibatan 10 % Verbal 20 % Baca dengarkan Lihat diagram Lihat vidio/film Lihat demonstrasi Terlibat dalam diskusi Menyajikan/Presentasi Bermasin peran Melakukan simulasi Mengerjakan hal Yang Nyata Yang diingat Tingkat Keterlibatan 10 % Verbal 20 % 30 % Visual 50 % Terlibat 70 % Berbuat 90 % Tingkat Keterlibatan

Peran media dalam promosi Kesehatan Media dapat mempermudah penyampaian informasi. Media dapat menghindari kesalahan persepsi. Media dapat memperjjelas informasi. Media dapat mempermudah pengertian Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. Media dapat memperlancar komunikasi.

Jenis Media Promosi Kesehatan

Media Cetak Buklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat/ isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.

Flyer (selebaran), bentuk seperti leaflet tetapi tidak dilipat. Flip Chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

Foto yang mengungkap informasi kesehatan. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan,atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Poster. Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel didinding, tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Foto yang mengungkap informasi kesehatan.

Media Elektronik Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain sbb Televisi. Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.\ Radio. Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.

Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video. Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan Film Strip

Media Papan Media papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel dikendaraan umum (bus dan taksi). Media Hiburan Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik diluar gedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional dan pameran.

Contoh alat peraga yang dapat digunakan menurut saaran atau tatanan yang sesuai. Dirumah tangga: leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan atau sayur-sayuran) Dimasyarakat: poster, spanduk, leaflet. Dikantor atau sekolah: papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buka cerita bergambar, boneka.

Pada waktu menggunakan alat peraga, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut Jika perlu, berikan selingan humor agar tidak membosankan. Libatkan peserta atau pendengar dan beri kesempatan mencoba alat-alat tersebut. Gaya bicara hendaknya bervariasi agar peserta tidak bosan dan mengantuk. Pertahankan kontak mata. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan adalah penting. Senyum.

Konsep Pendidikan Kesehatan

Pentingnya Pendidikan Kesehatan Dalam promosi Kesehatan pendidikan kesehatan merupakan faktor yang sangat penting.. Pendidikan kesehatan berusahan membantu individu mengontrol kesehatannya sendiri dngan mempengaruhi,memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri

Batasan Pendidikan kesehatan Joit Committe On Terminology In Health Education (1973) mengartikan pendidikan kesehatan sebagai berikut: “A process with intellectual, psychological and social dimensions relating to activities which increase the abilities of people to make informed decision affecting ther personal, family and community well being,” Pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi atau kegiatan kegiatan intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkat kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan memengaruhi kesejahteraan diri keluarga dan masyarakat

Tujuan Pendidikan kesehatan Secara umum tujuan Pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan (WHO,1954) Secara Khusus Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mecapai hidup sehat Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada

Sasaran Pendidikan Kesehatan Masyarakat umum masyarakat pedesaan dan kelompok tertentu (wanita, pemuda, remaja, lembaga pend dll) Individu Pendidikan Kesehatan Invidual

Berdasarkan Aspek Kesehatan Berdasarkan tingkat pelayanan RUANG LINGKUP Berdasarkan Aspek Kesehatan Berdasarkan tatanan Berdasarkan tingkat pelayanan

Berdasarkan Aspek Kesehatan Aspek Promotif Sasaran kepada kelompok orang orang yang sehat Aspek Pencegahan dan Penyembuhan 1. Pencegahan Tingkat Pertama, sasaran kepada kelompok resiko tinggi (mis : ibu hamil dan ibu menyusui, perokok, obesitas dan pekerja seks) 2. Pencegahan tingkat kedua Sasaran kepada penderita penyakit kronis 3. Pencegahan tingkat ke tiga. Sasaran kepada kelompok pasien yang baru sembuh

Berdasarkan tatanan atau Tempat pelaksanaan Tatanan keluarga, sasaran utama adalah orang tua. Tatanan sekolah, sasaran utama adalah guru. Tatanan tempat kerja, sasaran adalah pemilik, pemimpin atau manager. Tatanan tempat umum, sasaran adalah para pengelola TTU. Fasilitas pelayanan kesehatan, sasaran adalah pimpinan fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Tingkat Pelayanan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dengan konsep “five levels of prevention” (Leavell dan dan Clark, 1965). Health promotion (peningkatan kesehatan) Specific protection (perlindungan khusus) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera) Disability limitation (pembatasan kemungkinan cacat) Rehabilitation (rehabilitasi)

Tahap – Tahap Kegiatan Penkes Tahap Sensitisasi Untuk tahap ini, dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan (misalnya, kesadaran terhadap pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi). Tahap Publisitas Tahap ini merupakan kelanjutan tahap sensitisasi yang bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan, misalnya di puskesmas, posyandu, polindes, dan pustu

Tahap Edukasi Tahap motivasi Tahap edukasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar. Tahap motivasi Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan, individu atau masyarakat mampu mengubah perilaku sehari-harinya sesuai dengan perilaku yang dianjurkan.

Perencanaan Program Pendidikan Kesehatan

Fungsi Perencanaan Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan Menjamin keteraturan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengembangkan kemampuan individu dan profesi pendidikan kesehatan.

Langkah-Langkah Perencanaan Pendidikan Kesehatan Analisis Sasaran Identitas pelajaran Menentukan tujuan Menetukan isi atau materi Kegiatan blajar mengajar Menentukan metode Alat dan sumber pelajaran Menentukan evaluasi

Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, hendaknya kita mengidentifikasi aspek epidemiologi dan aspek perilaku sasaran berhubungan dengan penyakitnya. Hal ini bertujuan menemukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan.

Identitas Pelajaran Mengidentifikasi area atau pesan pokok atau topik Sasaran (individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat) Tempat Waktu Hari, tanggal

Ada 3 domain tujuan umum menurut kemampuan yaitu: Menentukan tujuan Tujuan intrusional umum/ tujuan umum Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu bidang studi. Ada 3 domain tujuan umum menurut kemampuan yaitu: Domain kognitif, mencakup tingkat kemampuan rendah (misalnya, mengingat, memahami, menerapkan) dan tingkat kemampuan tinggi (misalnya, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi) Domain psikomotor (misalnya kemampuan meniru, melakukan suatu gerak, memanipulasi gerak, merangkai berbagai gerakan, dan mendemonstrasikan) Domain afektif Bloom,1997)

Faktor-Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan umum adalah Berorientasi dan menunjang tujuan pendidikan. Berdasarkan karakteristik tujuan khusus sasaran. Hal ini berarti harus sesuai dengan tingkat kemampuan. Mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan sikap sasaran. Menggambarkan perilaku yang harus ditampilkan. Harus didukung pokok bahasan dan pokok-pokok bahan yang akan dikuasai sasaran.

Menggunakan istilah/ kata kerja operasional. Tujuan intruksional/ tujuan khusus Tujuan yang dibuat harus menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi. Perumusan tujuan khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut. Menggunakan istilah/ kata kerja operasional. Menyebutkan, mengucapkan, mengatakan. Menjelaskan, memilih, mengubah. Mebedakan, menulis, membaca. Membandingkan. Menganalisis, memperkirakan, mengevaluasi. Mengganti, memperbaiki, memasang, menjalanakan Membuat grafik dan membuat pola. Mengerjakan. Mengatur dan menyusun. Dalam bentuk hasil belajar. Berbentuk tingkah laku sasaran. Meliputi satu jenis kemampuan.

Tujuan khusus yang dibuat harus memenuhi empat unsur atau komponen (disebut juga komponen ABCD) meliputi hal-hal berikut: Audience atau sasaran. Behavioral. Berupa perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan sasaran setelah selesai proses belajar mengajar. Perilaku ini terdiri atas dua bagian, kata kerja atau objek (sesuatu yang akan didemonstrasikan) Condition. Syarat atau keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan oleh sasaran saat dites, bukan saat belajar (misalnya, menjelaskan tentang hipertensi) Degree. Tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari yang ditetapkan (misalnya, paling lambat dua minggu, minimal 90%, minimal 1.5m. Paling sedikit 80% benar, dengan benar, dan tanpa membuat kesalahan)

Menentukan isi materi Komponen materi atau bahan pelajaran berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan intruksional khusus atau tujuan khusus. Hal ini harus memenuhi syarat sbb: Berorientasi pada tujuan khusus Harus menunjang pencapaian tujuan khusus Harus disusun berdasarkan masing-masing tujuan khusus, paling sedikit jumlahnya sama dengan tujuan khusus yang dirumuskan.

Apakah sesuai dengan tujuan? Apakah materi tersebut paling tepat? Apakah konsisten dengan nilai dan pendekatan yang dilakukan? Apakah relevan dengan sasaran? Apakah cenderung membedakan ras atau jenis kelamin? Apakah dimengerti? Apakah informasinya tepat? Apakah memuat iklan? Pedoman memilih dan memproduksi materi pendidikan kesehatan (Ewles dan Simlett, 1944) sbb:

Kegiatan Belajar Mengajar Komponen ini meliputi kegiatan belajar yang dilakukan sasaran dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru selama proses pengajaran berlangsung. Kegiatan mengajar harus sesuai atau berhubungan dengan kegiatan belajar (misalnya, jika guru menjelaskan, sasaran diminta memerhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang penting, jika guru memeragakan sesuatu, dan sasaran mengamati)

Menentukan Metode Tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan. Beberapa pertimbangan dalam menentukan metode harus sesuai dengan hal-hal berikut: Tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan. Bahan atau materi yang akan diajarkan. Alat yang tersedia. Jumlah sasaran. Mendorong sasaran tingkat aktif belajar. Waktu dan kondisi saat proses belajar berlangsung, misalnya jam terakhir, suasana gelap, dan lingkungan bising)

Jenis Metode Metode Didaktif Metode Sokratik one way method (Secara satu arah) misalnya ceramah,film, leaflet, buklet, poster dan siaran radio (kecuali siaran radio yang interaktif) Metode Sokratik two way method (secara dua arah) misalnya diskusi kelompok, debat, panel, forum, Buzzgroup, seminar, bermain peran, sosio drama, curah pendapat (brainstotming), demonstrasi,studi kasus,loka karya dan penugasan perorangan

Alat dan sumber pelajaran Alat belajar, media atau alat peraga. Alat belajar merupakan alat bantu yang dapat memperlancar jalannya pengajaran, sehingga materi mudah dikuasai sasaran (misalnya, alat peraga, poster, dokumen, dan gambar) Sumber pelajaran Sumber pelajaran merupakan sumber atau tempat materi yang akan diberikan dapat diperoleh. Sumber dapat berupa manusia (misalnya, hasil wawancara dengan tokoh tertentu) dan buku-buku literatur yang berkaitan.

Menentukan Evaluasi Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan untuk mengecek atau mengontrol pencapaian tujuan. Prosedur (selama, sebelum, atau setelah proses pembelajaran), jenis (tertulis atau lisan), bentuk (esai tertutup atau terbuka, pilihan ganda, dan sebab-akibat).

Teori Belajar Mengajar Berhubungan dengan Promosi Kesehatan

Pengertian Menurut konsep yang berkembang di Amerika, belajar adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hub manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat. Menurut Azwar (1983), mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memiliki pengetahuan, pandangan, keterampilan tertentu yang diajukan dalam suatu sikap dan perilaku tertentu yang direncanakan sebelumnya.

Teori Belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi. Menurut Notoatmodjo (2003), perkembangan teori belajar dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu teori stimulus respons dan teori transformasi. 1. Teori Stimulus Respons, Teori belajar yang termasuk teori ini adalah teori asosiasi. Konsep asosiasi dikategorikan menjadi trial and error learning, conditioning, dan imitasi dan identifikasi.

Trial and error learning Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respon (perilaku) yang ditampilkan bersikap coba-coba dan akan diperbaiki jika dianggap menemui kesalahan. Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu. Individu akan melakukan respons tertentu pula. Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain atau pengidentifikasian terhadap orang lain (misalnya, meniru perilaku tokoh idolanya)

2.Teori Transformasi. Teori ini berlandaskan teori psikologi kognitif seperti dirumuskan Neisser. Menurutnya, proses belajar adalah transformasi dari input, kemudian reduksi input, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan. 3. Teori Gestalt atu Organis. Teori ini memandang bahwa setiap kejadian terdiri atas satu kesatuan yang mendasar. Menurut teori ini, seseorang dikatakan belajar apabila memperoleh pemahaman atau pandangan dalam situasi yang problematik.

4. Teori J. Brauner. Teori ini lebih memusatkan pada perubahan kurikulum sekolah atau lingkungan yang memungkinkan peserta didik melakukan eksplorasi penemuan-penemuan baru. 5. Teori Piaget. Teori ini lebih menitikberatkan proses belajar sesuai perkembangan pada anak. Setiap anak memiliki jangka waktu tertentu untuk berlatih dari satu tahap ketahap berikutnya dan hal ini tidak selalu sama.

6. Teori R. Gagne. Menurut teori ini belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar juga merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang didapat dari instruksi.

Tipe-Tipe Belajar Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar (FKM-UI, 1989), yaitu required, recommended, dan self-directive. 1. Required. Situasi belajar yang membutuhkan (require) suatu tindakan atau sikap tertentu untuk dipelajari. Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena masyarakat tidak diberi alternatif lain, disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus menerima saja apa yang diberikan.

2. Recommended. Situasi belajar yang menyarankan (recommend) peserta didik untuk mempelajari perilaku tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang disarankan, masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah memberikan informasi, menyadarkan, menasehati orang, dan mendorong masyarakat menilai sendiri program yang disarankan. 3. Self-directive. Tugas dalam program ini adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi, merencanakan, dan menyusun program mereka sendiri.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar 1. Input, terdiri atas subjek atau sasaran belajar dari berbagai latar belakang. 2. Proses, berupa adanya pengaruh timbal balik diantara berbagai faktor, termasuk subjek belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. 3. Output, berupa kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, dan instrumental. Faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis.

Prinsip-Prinsip Belajar belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi dalam diri pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Prinsip 2 belajar adalah penemuan diri sendiri. Apa yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri. Prinsip 3 Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman. Seseorang bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Prinsip 4 belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi. Dengan kerja sama, saling berinteraks, dan berdiskusi, akan diperoleh pengalaman dari orang lain dan dapat dikembangkan pemikiran dan daya kreasi individu.

Prinsip 5 Belajar adalah proses evolusi Prinsip 5 Belajar adalah proses evolusi. Perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran. Prinsip 6 Belajar kadang-kadang merupakan proses yang menyakitksn karena menghendaki perubahan kebiasaan. Prinsip 7 Belajar adalah proses emosional dan intelektual Prinsip 8 Belajar bersifat individual dan unik.

STUDENT CENTRED LEARNING (SCL) SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan  mahasiswa sebagai peserta didik (subyek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult  learner,bertanggung  jawab  sepenuhnya  atas  pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom. Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long  learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun sebagai fasilitator  (from mentor  in  the center  to guide on the side).

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM SCL Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, irama belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:

Small Group Discussion (SGD) Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan mahasiswa (1) membentuk kelompok (5 -10) mahasiswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan mendiskusikannya di kelas.

Role-Play and Simulation Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model. Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2) Membahas kinerja mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan (komputer, prototife, dll).

Discovery Learning Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri jawabannya tampa bantuan pengajar. Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru, (2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal

Self-Directed Learning Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan. Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa, (2) memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari mahasiswa sendiri.

Self-Directed Learning (SDL) SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri, dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua pikiran dan tindakan yang dilakukanya.

Cooperative Learning (CL) CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada dasarnya CL seperti ini merupakan perpaduan antara teacher centered dan student-centered learning

Collaborative Learning (CbL) CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok

Contextual Instruction (CI) CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja profesional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor

Project-Based Learning (PjBL) PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencairan/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstuktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati

Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I) PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencairan/penggalian informasi (inquiny) untuk dapat memecahkan masalah tersebut

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Promosi Kesehatan hendry mendrofa

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku dalam Kesehatan :

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini mencakup karakteristik individu, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka disebut faktor pemudah

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan, sumber-sumber khusus, keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujdnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi pun juga merupakan faktor pendukung untuk berperilaku sehat

KOMUNIKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Konsep dasar komunikasi Komunikasi diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan baik antara individu dan orang lainnya. (Azwar, 1996) Menurut Perry dan Potter (2005), komunikasi merupakan proses kompleks (verbal dan non verbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.

Unsur-unsur komunikasi Sumber atau pengirim, dapat berasal dari perorangan, kelompok atau institusi serta organisasi tertentu. Pesan, rangsangan (stimulus) yang disampaikan sumber kepada sasaran. Penyampaiannya dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Media, adalah saluran atau alat yang dipakasi sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran . Jenis dan bentuk media sangat bervariasi , misalnya dari mulut ke mulut, tulisan, telepon seluler, Tv dan internet Sasaran/ penerima, adalah penerima pesan. Sasaran dapat perorangan, kelompok, atau institusi serta organisasi tertentu. Umpan balik, adalah reaksi sasaran terhadap pesan yang disampaikan sumber. Akibat, adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran yang dapat berupa perubahan penegetahuan, sikap atau perilaku.

Contiunity and consistency. Channels. Capability of the audience Faktor yang memengaruhi komunikasi Credibility Content, Context Clarity, Contiunity and consistency. Channels. Capability of the audience

Komunikasi Kesehatan usaha sistematis untuk memengaruhi perilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan mennggunakan prinsip dan metode komunikasi massa, desain instruksional, pemasaran sosial, analisis perilaku, dan antopologi kesehatan. Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan adalah komunikasi didalam diri, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi massa.

Komunikasi Terapeutik adalah pengiriman pesan antara pengirim dan penerima dengan interaksi diantara keduanya yang bertujuan memulihkan kesehatan seseorang yang sedang sakit. Menurut Prabandari (2006), komunikasi terapeutik merupakan teknik verbal dan non verbal yang digunakan petugas kesehatan untuk memfokuskan pada kebutuhan pasien/ klien. Tujuan komunikasi terapeutik adalah menegakkan hubungan terapeutik antara petugas kesehatan dan klien, mengidentifikasi kebutuhan klien yang penting, dan menilai persepsi klien terhadap masalahnya.

Lima cara membantu didalam komunikasi terapeutik (Prabandari, 2006) yaitu: 1. Pertahankan “patient-centered listening”. 2. Tekan prasangka. 3. ciptakan lingkungan yang terapeutik. 4. Peka terhadap tanda “nonverbal”. 5. Menegakkan hubungan saling percaya.

Proses Perencanaan Komunikasi Kesehatan Pengembangan program perencanaan komunikasi yang lebih efektif dan efisien digambarkan dalam bentuk “diagram P”, atau lebih dikenal dengan sebagai P procces (The Johns Hopkins University yang dikutip dari Palestin, 2007) Tahap 1 (analisis khalayak dan program) Tahap ini mencakup langkah-langkah sbb : 1. Meninjau khalayak potensial. 2. Mengkaji kebijaksanaan dan program yang ada. 3. Mencari lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program. 4. Mengevaluasi sumber daya KIE.

Dalam analisis khalayak sasaran, yang ditinjau adalah khalayak sasaran (lingkungan sosial) untuk menentukan faktor-faktor demografi, geografi, ekonomi, sosial yang berpengaruh terhadap kegiatan KIE. Analisis program meninjau hal-hal sebagai berikut: 1. Kebijaksanaan, program, dan kegiatan kegiatan yang telah ada. 2. Kemampuan lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program. 3. Kapasitas sumber daya KIE untuk bisa digunakan.

Tahap 2 (penyusunan rancangan program) Hal-hal yang dilakukan adalah sbb: Menentukan tujuan komunikasi. Mengidentifikasi khalayak sasaran. Mengembangkan pesan. Memilih media. Merencanakan dukungan, penguatan interpersonal. Menyusun rencana kegiatan.

Tahap 3 (Pengembangan, uji coba, penyempurnaan dan produksi media) Tahap ini meliputi langkah-langkah berikut: 1. Mengembangkan konsep pesan. 2. Melakukan pre-test atau uji coba terhadap khalayak sasaran. 3. Merumuskan pesan lengkap dan bentuk kemasannya. 4. Melakukan pre-test atau uji coba tahap lanjutan terhadap khalayak sasaran. 5. Melakukan uji ulang terhadap bahan KIE yang ada.

Tahap 4 (Penerapan dan pemantauan) Mengelola iklim organisasi. Menerapkan rencana kegiatan. Memantau hasil program.

Tahap 5 (Evaluasi dan rancang ulang) Mengukur dampak keseluruhan. Menyusun rancangan ulang untuk periode berikutnya.

Karena kelima tahapan ini saling berhubungan dan merupakan proses yang bersinambungan, buat rancangan dalam bentuk proses yang bersinambungan dan selalu sesuaikan dengan perubahan menurut kebutuhan khalayak. Prinsip-prinsip dasar pengembangan komunikasi dengan pendekatan P-Procces meliputi hal-hal berikut. 1. Pendekatan interdisipliner. 2. Koordinasi dengan pihak penyedia layanan. 3. Segmentasi khalayak sasaran. 4. Pre-test dengan khalayak sasaran. 5. Jalur ganda untuk memperkuat. 6. Keterlibatan lintas-sektor. 7. Pemantauan secara sistematis dan penyesuaian. 8. Kesinambungan.

Langkah langkah perencanaan promosi kesehatan

Langkah – Langkah Perencanaan Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah. Mengenal Masalah Kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu sbb : 1. Mengenal masalah yang akan ditunjang dengan penyuluhan. 2. Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. 3. Dasar pertimbangan apa yang akan digunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan. 4. Pelajari masalah tersebut, mencakup pengertian, sikap, dan tindakan individu, kelompok atau masyarakat. Mengenal perilaku dari masalah merupakan kunci untuk perencanaan penyuluhan suatu pogram.

Mengenal Masyarakat Sasaran program adalah masyarakat sehingga siapapun yang merencanakan program harus mengenal masyarakat dalam segi kehidupannya. 1. Jumlah penduduk, trmasuk jumlah seluruh penduduk, kelompok khusus atau rawan. 2. Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, meliputi tingkat pendidikan, norma-norma setempat, pantangan yang berhubungan dengan perilaku yang diharapkan, agama, pola kepemimpinan setempat. 3. Pola komunikasi di masyarakat termasuk bagaimana berita menyebar dimasyarakat, siapa sumber berita atau informasi, pusat-pusat penyebaran informasi, dan saluran komunikasi.

4. Sumber daya tenaga. Perlu dijajaki kategori petugas kesehatan yang ada, tugas pokok masing-masing kategori dalam penyuluhan, latihan yang pernah diperoleh dibidang penyuluhan oleh masing-masing kategori, bimbingan yang diterima dibidang penyuluhan, kesulitan pokok apa yang harus diatasi ketika melibatkan petugas kesehatan. 5. Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap program-program sebelumnya.

Mengenal Wilayah Program dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencanaan program mengetahui benar situasi dilapangan. Hal-hal yang perlu diketahui berhubungan dengan wilayah adalah lokasinya (apakah terpencil, daerah datar atau pegunungan, dan jalur transportasi umum) dan sifatnya (yaitu periode penghujan atau kemarau, daerah kering atau cukup air, daerah banjir, dan daerah perbatasan).

Menentukan Prioritas Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas maslah yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Penentuan prioritas didasarkan pada beratnya dampak dari masalah tersebut sehingga perlu diprioritaskan penanggulangan nya, pertimbangan politis dan sumber daya yang ada.

Menentukan Tujuan Penyuluhan Secara sederhana, skema tahap-tahap perencanaan digambarkan sbb : Berdasarkan skema diatas, tujuan jangka panjang adalah status kesehatan yang optimal, tujuan jangka menengah adalah perilaku sehat, dan tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap dan norma. Apapun tujuan yang akan dipilih, hal terpenting adalah tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai), dan dapat diukur. Hasil antara : Pengertian sikap norma - dll PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat) Kelompok saran Perilaku sehat Status kesehatan

Menentukan Sasaran Penyuluhan. Yang dimaksud sasaran adalah individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan. Penentuan kelompok sasaran menyangkut pula strategi (misalnya, tujuan penyuluhan agar ibu-ibu balita menimbangakn anaknya setiap bulan). Menentukan Isi Penyuluhan Isi harus dituangkan kedalam bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, dapat dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau terjangkau oleh sasaran.

Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan Tentukan cara menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada sasaran agara tujuan tercapai. Metode atau cara bergantung pada aspek atau tujuan apa yang akan dicapai, apakah aspek pengertian, sikap atau keterampilan. Memilih alat peraga atau media penyuluhan Setelah menentukan metode, selanjutnya tentukan media apa yang akan digunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, leafllet, atau media lain.

Menyusun rencana penilaian (evaluasi) Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan jelas mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi, dan kelompok sasaran yang akan dievaluasi. Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian. Perlu dilihat kembali, apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program. Kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.

Metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi. Sarana-sarana apa (alat, biaya, tenaga) yang diperlukan untuk evaluasi, dan tempat sarana tersebut diperoleh. Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan melaksanakan evaluasi tersebut. Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada para pemimpin program

Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaan Setelah menetapkan pokok-pokok kegiatan penyuluhan termasuk waktu, tempat, dan pelaksanaan, buat jadwal pelaksanaannya yang dicantumkan dalam suatu daftar.

Berdasarkan tatanan atau Tempat pelaksanaan Tatanan keluarga, sasaran utama adalah orang tua. Tatanan sekolah, sasaran utama adalah guru. Tatanan tempat kerja, sasaran adalah pemilik, pemimpin atau manager. Tatanan tempat umum, sasaran adalah para pengelola TTU. Fasilitas pelayanan kesehatan, sasaran adalah pimpinan fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Tingkat Pelayanan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dengan konsep “five levels of prevention” (Leavell dan dan Clark, 1965). Health promotion (peningkatan kesehatan) Specific protection (perlindungan khusus) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera) Disability limitation (pembatasan kemungkinan cacat) Rehabilitation (rehabilitasi)

Tahap – Tahap Kegiatan Tahap Sensitisasi Untuk tahap ini, dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan (misalnya, kesadaran terhadap pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi). Tahap Publisitas Tahap ini merupakan kelanjutan tahap sensitisasi yang bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan, misalnya di puskesmas, posyandu, polindes, dan pustu

Tahap Edukasi Tahap edukasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar. Tahap motivasi Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan, individu atau masyarakat mampu mengubah perilaku sehari-harinya sesuai dengan perilaku yang dianjurkan.

Perencanaan Program Pendidikan Kesehatan Perencanaan program merupakan kegiatan utama dalam usaha kesehatan masyarakat. Sejalan dengan dinamika masyarakat, kontribusi pendidik kesehatan yang unik dalam struktur perencanaan ini tertuju pada tercapainya dua tujuan, kekompakan (cohesiveness) dalam instansi dan kekompakan dalam masyarakat. Usaha-usaha dalam perencanaan sering kali hanya berfokus pada dua tujuan tersebut.

Fungsi Perencanaan Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, fungsi pelaksanaan kegiatan atau program baru berperan bila fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Menjamin keteraturan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengembangkan kemampuan individu dan profesi pendidikan kesehatan.

Langkah-Langkah Perencanaan Pendidikan Kesehatan Analisis Sasaran Identitas pelajaran Menetukan tujuan Menetukan isi atau materi Kegiatan blajar mengajar Menentukan metode Alat dan sumber pelajaran Menentukan evaluasi

Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, hendaknya kita mengidentifikasi aspek epidemiologi dan aspek perilaku sassaran berhubungan dengan penyakitnya. Hal ini bertujuan menemukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan.

Identitas Pelajaran Mengidentifikasi area atau pesan pokok atau topik Sasaran (individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat) Tempat Waktu Hari, tanggal

Menentukan tujuan Tujuan intrusional umum/ tujuan umum Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu bidang studi. Ada 3 domain tujuan umum menurut kemampuan yaitu: Domain kognitif, mencakup tingkat kemampuan rendah (misalnya, mengingat, memahami, menerapkan) dan tingkat kemampuan tinggi (misalnya, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi) Domain psikomotor (misalnya kemampuan meniru, melakukan suatu gerak, memanipulasi gerak, merangkai berbagai gerakan, dan mendemonstrasikan) Domain afektif (Bloom, 1977)

Faktor-Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan umum adalah Berorientasi dan menunjang tujuan pendidikan. Berdasarkan karakteristik tujuan khusus sasaran. Hal ini berarti harus sesuai dengan tingkat kemampuan. Mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan sikap sasaran. Menggambarkan perilaku yang harus ditampilkan. Harus didukung pokok bahasan dan pokok-pokok bahan yang akan dikuasai sasaran.

Tujuan intruksional/ tujuan khusus Tujuan yang dibuat harus menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi. Perumusan tujuan khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut. Menggunakan istilah/ kata kerja operasional. Menyebutkan, mengucapkan, mengatakan. Menjelaskan, memilih, mengubah. Mebedakan, menulis, membaca. Membandingkan. Menganalisis, memperkirakan, mengevaluasi. Mengganti, memperbaiki, memasang, menjalanakan.

Membuat grafik dan membuat pola. Mengerjakan. Mengatur dan menyusun. Dalam bentuk hasil belajar. Berbentuk tingkah laku sasaran. Meliputi satu jenis kemampuan.

Dengan kata lain, tujuan khusus yang dibuat harus memenuhi empat unsur atau komponen (disebut juga komponen ABCD) meliputi hal-hal berikut: Audience atau sasaran. Behavioral. Berupa perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan sasaran setelah selesai proses belajar mengajar. Perilaku ini terdiri atas dua bagian, kata kerja atau objek (sesuatu yang akan didemonstrasikan) Condition. Syarat atau keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan oleh sasaran saat dites, bukan saat belajar (misalnya, menjelaskan tentang hipertensi) Degree. Tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari yang ditetapkan (misalnya, paling lambat dua minggu, minimal 90%, minimal 1.5m. Paling sedikit 80% benar, dengan benar, dan tanpa membuat kesalahan)

Menentukan isi materi Komponen materi atau bahan pelajaran berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan intruksional khusus atau tujuan khusus. Hal ini harus memenuhi syarat sbb: Berorientasi pada tujuan khusus Harus menunjang pencapaian tujuan khusus Harus disusun berdasarkan masing-masing tujuan khusus, paling sedikit jumlahnya sama dengan tujuan khusus yang dirumuskan.

Pedoman memilih dan memproduksi materi pendidikan kesehatan (Ewles dan Simlett, 1944) sbb: Apakah sesuai dengan tujuan? Apakah materi tersebut paling tepat? Apakah konsisten dengan nilai dan pendekatan yang dilakukan? Apakah relevan dengan sasaran? Apakah cenderung membedakan ras atau jenis kelamin? Apakah dimengerti? Apakah informasinya tepat? Apakah memuat iklan?

Kegiatan Belajar Mengajar Komponen ini meliputi kegiatan belajar yang dilakukan sasaran dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru selama proses pengajaran berlangsung. Kegiatan mengajar harus sesuai atau berhubungan dengan kegiatan belajar (misalnya, jika guru menjelaskan, sasaran diminta memerhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang penting, jika guru memeragakan sesuatu, dan sasaran mengamati)

Menentukan Metode Beberapa pertimbangan dalam menentukan metode harus sesuai dengan hal-hal berikut: Tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan. Bahan atau materi yang akan diajarkan. Alat yang tersedia. Jumlah sasaran. Mendorong sasaran tingkat aktif belajar. Waktu dan kondisi saat proses belajar berlangsung, misalnya jam terakhir, suasana gelap, dan lingkungan bising)

Alat dan sumber pelajaran Alat belajar, media atau alat peraga. alat belajar merupakan alat bantu yang dapat memperlancar jalannya pengajaran, sehingga materi mudah dikuasai sasaran (misalnya, alat peraga, poster, dokumen, dan gambar) Sumber pelajaran sumber pelajaran merupakan sumber atau tempat materi yang akan diberikan dapat diperoleh. Sumber dapat berupa manusia (misalnya, hasil wawancara dengan tokoh tertentu) dan buku-buku literatur yang berkaitan.

Menentukan Evaluasi Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan untuk mengecek atau mengontrol pencapaian tujuan. Prosedur (selama, sebelum, atau setelah proses pembelajaran), jenis (tertulis atau lisan), bentuk (esai tertutup atau terbuka, pilihan ganda, dan sebab-akibat).