SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN,

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Start Perkembangan Islam Di Dunia
Advertisements

Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
KODIFIKASI AL-QUR’AN (PEMELIHARAAN, PEMBUKUAN, PERCETAKAN)
V SEJARAH AL-QUR'AN A. Pemeliharaan al-Qur'an Masa Nabi
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT
NABI MUHAMMAD SAW. DAN PERUBAHAN MASYARAKAT ARAB
ZAKAT PADA MASA ROSULULLAH SAW DAN KHALAFAUR RASYIDIN
Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Pada Periode Mekkah dan Madinah
Materi Pertemuan 10 Sejarah Hukum Islam I
Dakwah Rasulullah di Madinah
KETELADANAN RASULULLAH PERIODE MADINAH
Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
PAISAL SALMAN ALPARIDJI ( )
Peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
hijrah nabi muhammad Saw ke madinah dan piagam madinah
SMA NEGERI I WURYANTORO
Maulid Nabi Muhammad SAW
DINASTI ABBASIYAH KEPEMIMPINAN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.
KETELADANAN RASULULLAH SAW
Bab 8 SISTEM POLITIK Bab 8 ISLAM Sistem politik Islam.
DAKWAH NABI PERIODE MADINAH
TEORI POLITIK IBNU TAIMIYAH
MASA KHULAFAURRASYIDIN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
AGAMA ISLAM.
Perjuangan Nabi Muhammad saw.
PERJANJIAN AQABAH.
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Sejarah Hukum Islam I : masa kenabian dan khulafaurrasyidin
Assalammu’alaikum wr.wb
Al-Fath (Lari Dari Perang)
PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA BANI UMAYYAH
assalamu’alaikum wr.wb
PERKEMBANGAN ISLAM AWAL
SEJARAH BENDAHARAWAN HADIS MASA SHAHABAT
Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekkah
KETELADANAN RASULULLAH PERIODE MAKKAH
Hajar nava khunafi Akselerasi 1
ISLAM dan PERKEMBANGAN ISLAM
Islam dan Perkembangannya di Indonesia
ASSALAMU’ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
SEJARAH ARAB MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Disampaikan di Dauroh Marhalah I KAMMI Daerah Bandung
SEJARAH ISLAM DARI MASA NABI HINGGA KINI
PERADABAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Strategi Dakwah & Manifestasi Tabligh Dalam Kehidupan Masyarakat
KHULAFAUR RASYIDIN Nama Kelompok Reno Anugerah Pratama Nurmani
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi
Start Perkembangan Islam Di Dunia
Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Materi Pertemuan 10 Sejarah Hukum Islam I
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
A. PERJUANGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW Faktor pendorong Rasulullah saw. hijrah ke Madinah : 1.Penduduk Madinah yang berikrar memeluk Islam di Bukit Aqaba.
BAB 4 : KHALIFAH UTHMAN BIN AFFAN R.A.
Manusia dan Masyarakat Di Zaman Khulafa’ Rashidin
MODUL SIRAH NABAWIYAH.
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
MENENGAH 3 SEJARAH ISLAM
BAB 2 : KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ R.A.
DESIGN&CREATED BY: MUHAMMAD REIHAN REYDANU.  Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
Perjuangan Nabi di Kota Mekah dalam Menegakan Agama Islam Oleh : Felita Ulfa Fauziyyah Robiatul Adhawiyah.
Diploma Pengajian Islam (DPI)
Banjar, 1 April Pembicaraan 1. Latar Belakang Isra Mi’raj 2. Kedudukan Isra Mi’raj 3. Hasil Isra Mi’raj 4. Hikmah Isra Mi’raj.
BAB 5 : KERAJAAN BANI ABBASIYYAH
Transcript presentasi:

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala- berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manat. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

Pengangkatan beliau sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah. Beliau diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an. Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun ( M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah. PERMULAAN NUBUWAH

PERIODISASI DAKWAH RASULULLAH SAW I. PERIODE MAKKAH 1. DAKWAH SIRRIYAH 2. DAKWAH JAHRIYAH II. PERIODE MADINAH 1. MEMBANGUN PERSAUDARAAN 2. MEMBANGUN DASAR – DASAR BERNEGARA 3. PENERAPAN SYARIAT ISLAM

Materi Dakwah Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabian beliau adalah sebagai berikut: a. Keesaan Allah SWT / Tauhid b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan c. Kesucian jiwa d. Persaudaraan dan Persatuan

DAKWAH SIRRIYAH Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang- orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).

PERAN ABU BAKAR RA Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah: ۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah ۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris ۞ Utsman bin Affan ۞ Zubair bin Awam ۞ Sa’ad bin Abu Waqqas ۞ Thalhah bin Ubaidillah. Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

Dan berilah peringatan kepada keluarga dekatmu. Dan rendahkanlah dirimu kepada orang – orang beriman yang mengikuti kamu. Jika mereka membangkangmu maka katakanlah : “ Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian kerjakan.” ( QS. asy Suaraa’ : 214 – 216 )

DAKWAH JAHRIYAH Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut : 1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.

3. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain: ۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar. ۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus. ۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah. Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.

ALASAN PENENTANGAN 1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya. 2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka. 3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka. 4. Kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

UPAYA PENGHENTIAN DAKWAH ۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan. ۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M. Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.

Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib. Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

PEMBOIKOTAN BANI HASYIM Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara lain : a. Memutuskan hubungan perkawinan. b. Memutuskan hubungan jual beli. c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi. d. Tidak ada tolong menolong.

Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di Kakbah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW. Menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan hidup untuk menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga bertambah berat dengan wafatnyadua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).

Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW. Merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat itu Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW. tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa Muhammad SAW. Dan pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.

ISRA’ MI’RAJ Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncaknya, Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Mi’raj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-Isra/17:1). Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam. Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut. 1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya. 2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia. 3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh dalam waktu semalam. Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski demikian, ada orang yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga nama Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.

HIJRAH KE YATSRIB Faktor yang mendorong hijrahnya Nabi SAW : 1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena : a. pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi Muhammad SAW di bukit Aqabah. b. pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert para pengikut dan keluarganya seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat- sahabat Nabi pindah bersama.

2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya diputuskan oleh pemuka- pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka menyatakan bahwa : a. Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka. b. Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.

Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkacoh. Karena yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rsulullah SAW. Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah mengetahu kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera

Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.

Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu : Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina). Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diri pada penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.

Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim karena hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial, serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi prototipe masyarakat ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam memelihara dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala macam tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain: 1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin. STRATEGI DAKWAH

Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut : a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing- masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya. b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar c. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah). d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.

Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Melalui wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar berkaitan dengan pembinaan hukum Islam, Nabi Muhammad SAW dapat menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat muslim dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain- lain. Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah ”.

HIKMAH 1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram. 2. Persatuan dan saling menghormati antar agama 3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin 4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt 5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia 6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat. 7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam 8. Terciptanya hubungan yang kondusif

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

ERA KHULAFAUR RASYIDIN

1. ABU BAKAR ASH SHIDDIQ RA 2. UMAR BIN AL KHATHTHAB RA 3. UTSMAN BIN AFFAN RA 4. ALI BIN ABI THALIB RA

KARAKTERISTIK Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang adil, arif dan bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad Rasulullah saw wafat.

Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.

ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A.

Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Tamim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat.

Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.

Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat.

Tentang Abu Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”.

Tidaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat. Sampai saat ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.

PIDATO ABU BAKAR RA “Saya bukan orang yang terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”

Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah meredam pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orang- orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad Rosulullah saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orang-orang yang mengaku nabi, antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.

Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan Syam.

Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an. Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan pelaksanaannya di percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.

Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan : 1. Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang- orang murtad; 2. Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan; 3. Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.

Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi. Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau dikenal oleh para sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.

UMAR BIN KHATHTHAB RA

Umar lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh- musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.

Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia.”

Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.” Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah takwilnya?” Nabi saw. menerangkan, “Kualitas keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)

PIDATO UMAR RA Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni: 1. Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan; 2. Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum kalian jadikan kebiasa dan 3. Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri penyebabnya.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al Qur-an. Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”

Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain : 1. Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi; 2. Bea cukai sebagai pendapatan negara; 3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen; 4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya; 5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin; 6. Penghapusan perbudakan; 7. Pembangunan sekolah-sekolah; 8. Kodifikasi Al-Quran; 9. Tradisi sholat tarawih berjamaah;

UTSMAN BIN AFFAN RA

Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)

Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw. dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin Affan ra. untuk jihad fisabilillah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada yang merugikan ibnu Affan atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)

Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.

Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.

ALI BIN ABI THALIB RA

Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.

Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.

Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama terjadilah Perang Waq’atul Jamali (penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan.

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

ERA KEKHALIFAHAN UMAYYAH ( H / M)

Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan RA berlangsungr kurang lebih 90 tahun. Di zaman ini ekspansi dakwah yang terhenti pada zaman Khalifah Utsman bin Affan RA dan Ali bin Abi Thalib RA dianjutkan kembali. Pusat pemerintahan yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Mu’awiyah ke Damaskus.

1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA (41 – 60 H / M) 2. Yazid bin Muawiyah I (60 – 64 H / M) 3. Mu’awiyah bin Yazid (64 H / M) 4. Marwan bin Hakam (64 – 65 H / M) 5. Abdul Malik bin Marwan (65 – 86 H / M) 6. Al Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / M) 7. Sulaiman bin Abdul Malik (96 – 99 H / 715 – 717 M) 8. Umar bin Abdul Aziz (99 – 101 H / M) 9. Yazid bin Abdul Malik (101 – 105 H / M) 10. Hisyam bin Abdul Malik (105 – 125 H / M) 11. Al Walid bin Yazid (125 – 126 H / M) 12. Yazid bin al Walid (126 – 127 H / 744 M) 13. Ibrahim bin al Walid (127 H / 744 M) 14. Marwan bin Muhammad (127 – 133 H / M). Para Khalifah Bani Umayyah :

PERLUASAN WILAYAH DAKWAH

KEKHALIFAHAN BANI UMAYYAH

Asia Kecil dan Negeri Romawi Dalam hal ini kaum muslimin banyak menguasai kepulauan-kepulauan di kawasan ini. Kemudian mereka maju menuju Konstatinopel. Mereka mengepung kota ini selama tujuh tahun tetapi belum berhasil di takhlukkan.

Kawasan Afrika Utara dan Andalusia Uqbah bin Nafi’i RA melanjutkan aktivitas dakwahnya pada masa Ustman bin Affan RA sampai mampu menundukkan Tharabulus Barat. Kemudian beliau bergerak ke selatan sampai negeri Sudan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan hingga berhasil mendirikan kota Qoirowan tahun 50 H, dan kota ini di jadikan sebagai markas utama kaum muslimin. Kemudian beliau melanjutkan kegiatan nya hingga menembus pantai Samudera Atlantik dan di sana beliau syahid.

Kemudian Musa bin Nushair membuka kota Tonjah. Berikut nya tunduk pula kota Sabtah yang teretak di pantai Afrika. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, dakwah islam dan bahasa arab tersosialisasi di antara penduduk Barbar. Pada tahun 100 H, sepuluh ulama tabi’in di tugaskan oeh Umar bin Abdul Aziz untuk berdakwah di kawasan ini. Mereka menyebar di seluruh wilayah dan mereka diterima dengan sangat baik oleh masyrakat kawasan ini dan mayoritas masyarakat akhirnya memeluk Islam.

Musa bin Nushair melanjutkan perjalanan menuju negeri Andalusia. Hasil nya Cordova, Granada, dan Thulaithilah menjadi markas kaum muslimin. Disini mereka membangun budaya ilmiah, pemikiran dan arsitektur selama lebih dari delapan abad.

Kaum muslimin juga meanjutkan perjalanan sampai menembus Perancis (dekat dengan kota Perancis) di bawah komando Abdurrahman Al Ghafiqi tahun 112 H. Disinilah pertempuran Bilath Asy Syuhada’ terjadi (114 H), dan disini Abdurrahman al Ghafiqi mati syahid. Pasukannya akhirnya mundur setelah pertempuran panjang.

K AWASAN S IND DAN N EGERI DI S EBERANG S UNGAI Di kawasan Timur Laut, yaitu negeri-negeri yang terletak di seberang sungai, atau negeri-negeri yang terletak di antara dua sungai, Jihun dan Sihun. Di kawasan Tenggara, di daerah Sind, Muhammad bin al Qasim ats Tsaqafi berangkat menuju kawasan ini dengan menggunakan jalan darat dan laut.

PENGEMBANGAN ILMU

Gerakan ilmiah pada masa dinasty Umayyah sangat gencar dan dapat di anggap sebagai toggak ilmu-ilmu keislaman buat masa berikutnya. Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhat Islamiyyah. Setiap kali pasukan menundukkan negeri baru, selalu di tindak lanjuti oleh para ulama dengan mengajarkan fikih, syariah, hadis, tafsir. Mereka mengajarakan Isam dan menjelaskan kepada penduduk problematika yang dihadapi mereka.

Menyebarnya ulama ke berbagai negeri membuahkan gerakan ilmiah di negeri-negeri tersebut. Berdirilah kelompok-kelompok kajian dan halaqah-halaqah ilmu. Dalam halaqah ilmiah ini, semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk menimba ilmu seluas-luas nya.

Pakar sejarah menyebutkan tentang banyak nya mawali (istilah buat budak yang telah di merdekakan) yang memiliki kontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Umayyah.

Memakmurkan Masjid dengan Kajian Keagamaan Pada masa daulah bani umayyah, fenomena profesionalitas dalam dakwah sudah mulai kelihatan. Muncul kelompok – kelompok kajian dan halaqah-halaqah dakwah di masjid-masjid. Para ustad duduk di masjid dan di kelilingi oleh murid- murid. Model pengajaran saat itu adalah model halaqah. Besar kecil nya halaqah sangat tergantung kepada kadar kemampuan ustad yang menyampaikan ilmu nya.

Akibat langsung dari meluas nya negeri islam adalah terjadinya kontak budaya antara masyarakat pendatang dengan penduduk asli. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan bahasa arab yang juga bahasa Al-Quran akibat kontak budaya tersebut, para ulama akhirnya berhasil meletakkan kaidah- kaidah bahasa arab. Pelopor dalam bidang ini adalah Abul Aswad ad Duali.

Perhatian masyarakat terhadap hadist amat tinggi pada masa daulah bani umayyah. Bentuk kepedulian tersebut di wujudkan dalam tiga kegiatan yaitu pengkajian, pengumpulan, dan pembukuan hadist. Perhatian terhadap hadist saat ini menempati posisi paling terdepan dalam bidang kajian ilmiah. Pembukuan sunah pada masa ini merupakan upaya untuk memelihara sumber kedua dari ajaran Islam dari gerakan yang hendak merusak Islam dari asasnya.

B IDANG H UKUM I SLAM Pada masa Bani Umayyah, ijtihad dilakukan di awali dengan mengacu kepada khazanah yang telah di tinggalkan oleh para khulafaur Rasyidin. Mazhab fikih yang sempat belum lahir pada masa ini, meskipun para Imam Mujtahid, seperti Al Auza’i, Ibrahim an Nakha’i, dll sudah mulai bermunculan. Baru pada masa akhir pemerintahan bani Umayyah dua imam mazhab muncul. Abu Hanifah (80 H-150) di Irak dan Imam Malik bin Anas (96 H-179 H) di Madinah. Imam Malik menulis kitab Muwattha’ yang sampai hari ini tetap menjadi rujukan daam bidang hadist dan fikih.

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

ERA KEKHALIFAHAN ABBASIYAH (132 H-656H / 750 M M)

Bani Abbasiyah Pertama Kali didirikan oleh Abdullah as Safah bin muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abass atau yang disingkat dengan Abu al Abbas as Safah pada tahun 132 H/750 M. Dinamakan Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas yang tak lain adalah paman Nabi Muhammad SAW. Pemerintahan Abbasiyah melanjutkan pemerintahan Bani Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti terpanjang berkisar antara M.

Awal kekuasaan Dinasti Abbasiyah ditandai dengan Pembangkangan Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol).Pada periode pertama Bani Abbasiyah mengalami kemajuan. Namun kekuasaan pada masa Abu Al-Abbas,pendiri dinasti ini tidak bertahan lama yaitu M.Oleh karena itu Pada Tahun 762 M, Abu Jafar al-Manshur yang berperan penting dalam pemerintahan Abbasiyah, memindahkan Ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas Ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa persia.Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasannya pada masa Khalifah Harun al- Rasyid dan puteranya Al-Ma’mum.

PERIODISASI KEKHALIFAHAN ABBASIYAH

PERIODE I ( 132 H-232 H/ 750 M- 847 M) Walaupun Abu abbas adalah pendiri Dakwah ini, pemerintah yang hanya singkat ( M). Pembina dakwah ini sebenarnya adalah Abu jafar Al-Mansur. Dia dengan keras menghadapi lawannya dari bani umayyah. Untuk mengamankan kekuasaannya, ia menyingkirkan satu persatu tokoh besar sezamannya yang mungkin menjadi pesaing baginya. Abdullah bin ali dan Salih bin ali, keduanya adalah paman sendiri yang telah ditunjuk sebagai Gubernur oleh khalifah sebelumnya di Suriah dan Mesir, akhirnya terbunuh ditangan Abu muslim Al-Khurasani karena tidak bersedia membaiatnya.

Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas Negara yang baru berdiri itu, Al- manshur kemudian memindahkan Ibukota dari Al-hasyimiyah, dekat Kufah, ke kota yang baru dibangunnya,Baghdad, pada tahun 767 M. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun ar-Rasyid. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat tak tertandingi.

Khalifah Al-mu’tashim, khalifah berikutnya, memberi peluang besar orang turki masuk pada pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.Daulah abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang muslim mengikuti perjalanan sudah terhenti. Ketentaraan kemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Kekuatan militer dinasti Abbas menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara itu menjadi sangat dominan sehingga khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau menjadi boneka ditangan mereka.

Khilafah Al-mu’tashim terhadap unsur turki dalam ketentaraan dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara golongan arab dan Persia pada masa Al-ma’mun dan sebelumnya. Al-mu’tashim dan khalifah sesudahnya, al-Wasiq, mampu mengendalikan mereka. Akan tetapai, khalifah al- muttawakkil wafat, merekalah yang memilih dan mengangkat khalifah sesuai dengan kehendak mereka.

PERIODE III ( H / M) Periode ini daulah Abbasiyah berada dibawah kekuasaan bani Buwaihi. Keadaan khilafah lebih buruk dari pada masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaihi adalah penganut Aliran syiah. Meskipun demikian, dalam bidang ilmu pengetahuan, daulah abbasiyah mengalami kemajuan pada periode ini. Pada masa ini muncul para pemikir besar, seperti; Al-farabi, Ibn-sina, dan Al- biruni.

Periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah Abbasiyah. Adanya khalifah Bani Seljuk ini adalah atas “ Undangan” khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang membaik, paling tidak karena kewibawaannya dalam bidang agama kembali setelah beberapa lama dikuasai orang syiah.

Sebagaimana pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada periode ini. Nizam al-mulk, perdana menteri mendirikan madrasah Nizamiyah (1067) dan Hanafiyah di Baghdad. Dalam bidang politik, pusat kekuasaan menjadi beberapa profinsi dengan seorang Gubernur untuk mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa kekuasaan melemah, masing-masing propinsi memerdekakan diri.

PERIODE V ( H/ M) Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa,tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah datang tentara mongol dan tartar menghancurluluhkan Baghdad tanpa perlawanan 1258 M.

Kemunduran dinasti bani Abbas ditandai dengan adanya pertikaian internal dinasti bani Abbas sebelum meninggal, Harun al-Rosyid telah menyiapkan dua anaknya yang diangkat menjadi putra mahkota untuk menjadi kholifah ya’ni al- Amin dan al-MAkmin. Al-Amin diberi hadiah berupa wilayah bagian barat, sedangkan al-Makmun diberi hadiah beripa wilayah bagaian timur, setelah Harun ar-Rosyid wafat (809 M), al-Amin putra mahkota tertua, tidak bersedia membagi wilayahnya dengan al-Makmun. Oleh karena itu pertempuran dua bersaudara terjadi yang akhirnya dimenagkan oleh al-Makmun. Setelah perang usai al-ma’min berusaha menyatukan kembali wilayah dinasti bani Abbas. Untuk keperluan itu, ia didukung oleh Tahir panglima militer, dan saudaranya sendiri yaitu Mu’tyasim.

Faktor lain kemunduran dinasti Abbas itu sendiri adalah adanya faham mu’tazilah yang dijadikan sebagai madzhab resmi pada masa pemerintahan al-Ma’mun. Dijelaskan bahwa faham mu’tazilah dijadikan alat oleh al-Ma’mun untuk menguji para pemuka Agama dan hakim adalah ajaran tentang kemakhlikan al- Qur’an. Dan munculnya juga aliran Ahl al- Sinnah yang mana dipelopori oleh Abu al- hasan ali bin Ismail Al-Asy’ari, beliau adalah murid al-Juba’I (Mu’tazilah). Perdebatan antara al-Juba’I dengan al- Asy’ari membuat murid mengubah sikap, yaitu menyatakan diri keluar dari mu’tazilah.

Dari segi ketundukan kepada kholifah, dinasti-dinasti kecil dapat dibedakan menjadi dua dinasti yang mengakui kholifah Abbasiah, dan dinasti yang tidakj mengakui kholifah tersebut. Sedangkan dari segi letak geografis, dinasti-dinasti kecil dapat dibedakan menjadi dua, dinasti –dinasti kecil di timur Baghdad, thahiri, safari, dan samani. Dan dinasti-dinasti kecil di barat Baghdad, Idrisi, Aglaby, Thulub, Hamdani, dan Ikhsidi. Akan tetapi, terdapat dua dnasti kecil yang secara langsung mengusai beghdad, Buwaihi, dan Saljuk.

KEMUNDURAN FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB

FAKTOR INTERN 1. · Adanya persaingan yang tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan turki. 2. · Adanya konflik aliran pemikiran dalam islam yang sering menyebabkan timbulnya konflik berdarah 3. · Munculnya Dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.

· Perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang · Hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan Hungu kahn dan menguasai kota Baghdad.

Awal masa kekuasaan dinasti bani Abbas diawali dengan pembangkangan yang dilakukan oleh dinasti umayah di Andalusia. Di satu sisi abdur Rohman al-daklil bergelar Amir (jabatan kepala wilayah ketika itu) sedang di sisi lain, ia tidak tunduk pada Kholifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abdur Rohman al-daklil terhadap bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh mua’wiyah terhadap Ali bin Abi Tholib. PEMERINTAHAN

Dari segi durasi, kekuasaan dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad ( H/ M), dan masa pemerintahan bani Abbas di bagi menjadi beberapa fase: 1. Pertama, masa Awal dinasti bani Abbas ( M) 2. Kedua, masa kemundurannya ( M).

Sistem pemerintahan baru yang di ciptakan oleh abu ja’far al- Mansur adalah pengangkatan wazir sebagai coordinator departemen. Wazir pertama adalah Kholid bin Barmak yang berasal dari Persia. Al-Mansur juga membentuk lembaga protocol negara, sekretaris negara, kepolisian negara disamping angkatan bersenjata, dan lembaga kehakiman negara.

· al-Mahdi ( M), · al-Hadi ( ) · Harun ar-Rosyid ( M), · al-Amin M), · al-Makmun ( M), · al-Multasim ( M), · al-watsid ( M), · al-Mitawakkil ( M).

Masa pemerintahan dinasti Abbasiah merupakan masa keemasan bagi dunia islam, karena pada masa ini perkembangan islam sangat meningkat, salah satumya adalah usah dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama.

HADITS DAN FIQIH Malik ibn Anas ibn Abi Amr al- Ashbali di lairkan di Madinah pada tahun 97 H, ia hidup pada zaman pemerintah umayah selama 40 tahun, dan sisanya yakni 46 tahun di habiskan pada zaman bani Abbasiah, Imam Malik wafat tahun 179 H.

Imam Malik menyaksikan beberapa pemberontakan dan kedzaliman yang dilakukan oleh para pemimpin politik, seperti penindasan yang dilakukan terhadap keturunan Ali bin Abi Tholib, beliau menyikapi pemberontakan tersebut dengan berpendapat “apabila seorang kepala negara mampu berlaku adil, dan masyarakat senang menerimanya, maka kita tidak boleh memberontak terhadapnya, dan jika ia tidak berlaku adil, rakyat harus sabar dan memperbaiki orang yang menjadi kepala negara, tapi apabila ada yang memberontak karena ketidak adilan tersebut, kita tidak boleh membentu pemerintah dalam menindas pemberontak tersebut, karya tertulis yang di hasilkan oleh imam malik yang sampai saat ini masih dapat kita baca adalah Al-Mutawattho’, kitab ini merupakan kitab hukum islam yang outentik yang pertama dan juga merupakan kumpulan hadist Nabi Muhammad SAW.

Ulama’ yang lainnya adalah Muhammad ibn Idris al-Syafi’I ( H). Imam Syafi’I menghasilkan tiga karya besar dalam tiga bidang ilmu, al-Umm dalam bidang Fiqih, Ar-Risalah dalam biudang Ushulul fiqh, dan Fiqih al-Akbar dalam bidang AQIDAH.

Zakaria al-Rozi atau yang lebih dikenal dengan Razhes (bahasa latin), beliau adalah ahli kedokteran klinis. Dan penerus ibn hayyam dalam pengembangan ilmu kimia. Ia melakukan penelitian empiris dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih disbanding dengan kegiatan ilmiah sebelumnyadan mencatat setiap perlakuan kimiawi yang dikenankannya terhadap bahan-bahan yang di telitinya serta hasilnya. Bukunya merupakan buku manual laboratium kimia yang pertama

Al-faraby yang di kenal di dunia barat dengan nama Alpharasius, seorang filosof yang juga ahli dalam fisika, ia menulis kitab al-musiqa dan masih banyak karya tulis yang lainnya.

Abu Rahan Muhammad al-Biruni yang diberi gelar oleh Akbar S. Akhmad dengan gelar ahli Antropologi pertama (bapak Antropologi). Argumentasinya adalah karena al-Biruni seorang observer partisipan yang luas tentang masyarakat “asing” dan berupaya mempelajari naskah primer dan pembahasannya beliau juga ahli matematika, astronomi, dan sejarah. Al-Baruni menulis buku kitab al-Hind atau tahqiq ma al-hind, kitab al- saidina yang berisi sejumlah informasi mengenai pengobatan pada waktu itu.

Ibnu Sina yang dengan nama latinnya Avicema, beliau adalah ahli dalam bidang kedoktoran filsafat. Karya besarnya dalam bidang kedoktoran adalah al-Danun fi al- Thib. Buku ini selama lima abad menjadi buku pegangan di Universitas-universitas Eropa.

Umar Khayyam adalah ahli astrinomi, pedoktrinan, fisika dan sebagaian besar karyanya dalam bidang matematika, akan tetapi, beliau lebih dikenal sebagai penyair dan sufi. Beliau adalah penemu koeefesien- koefesien binominal(istilak matematika) dan memecahkan permasalahan-permasalahan kubus.

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

MASA BANI SELJUK

WILAYAH KEKUASAAN BANI SELJUK

Seljuk (juga disebut Seljuq) atau Turki Seljuk (dalam Bahasa Turki:Selçuklular; dalam bahasa Persia: سلجوقيان Ṣ aljūqīyān; dalam Bahasa Arab سلجوق, Saljūq, atau السلاجقة al-Salājiqa) adalah sebuah dinasti Islam yang pernah menguasai Asia Tengah dan Timur Tengah dari abad ke 11 hingga abad ke 14. Mereka mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai Kekaisaran Seljuk Agung. Kekaisaran ini terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan. Kekaisaran ini juga adalah sasaran utama Tentara Salib Pertama. Dinasti ini didirikan oleh suku Oghuz Turki yang berasal dari Asia Tengah. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan Bangsa Turki di Timur Tengah.Bahasa Turkibahasa PersiaBahasa ArabIslamAsia TengahTimur Tengahabad ke 11abad ke 14AnatoliaPunjabAsia SelatanTentara SalibOghuzTurkiAsia TengahBangsa TurkiTimur Tengah

Dinasti Seljuk berdiri pada abad ke-13 saat Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi, politik, dan militer. Didirikan oleh pemimpin kabilah Guz ( Oghuz ) dari Turkistan, Seljuk bin Duqaq. Wilayah meluas ke Asia Kecil dan Asia Tengah. Dinasti ini memiliki lima cabang pemerintahan: Seljuk Iran (Seljuk Besar), Seljuk Irak (al-Iraq), Seljuk Kirman (al-Qawurdiyun), Seljuk Asia Kecil (ar-Rum), dan Seljuk Suriah (asy- Syam). Setiap cabang dinasti tersebut menguasai wilayahnya masing-masing. Meskipun berdiri pada saat Dinasti Abbasiyah masih ada, tetapi Khalifah Abbasiyah di Baghdad mengangkat dan mengakui kekuasaan Seljuk. Begitu juga Seljuk yang menjunjung dan menghormati Khalifah Abbasiyah.

Dinasti Seljuk dipersatukan oleh Seljuk Bin Duqaq, seoarang pemimpin konfederensi suku-suku Turki. Seljuk dan pengikutnya bermigrasi ke wilayah Transoksania dan menempati wilayah itu atas izin penguasa Samaniah. Seljuk dan pengikutnya berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniyah. Saat Dinasti Samaniah diruntuhkan oleh Dinasti Gaznawiyah, Seljuk memerdekakan diri dan menguasai wilayah yang dulu berada di bawah kekuasaan Samaniah. Seljuk Bin Duqaq memimpin hingga wafat pada tahun 1308.

Seperti pada masa dinasti lainnya, Dinasti Seljuk mengalami masa kejayaannya pada masa kepemimpinan Tugril Beq bin Seljuk. Ia memimpin sejak tahun 1038 hingga wafatnya pada tahun Pada masa kepemimpinannya ia berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah mereka. Setelah penaklukkan tersebut Tugril Beq mendapatkan pengakuan dari Khalifah Abbasiyah, al-Qa’im. Wilayah kekuasaannya meliputi Iran dan sekitar Transaxonia.

Pada hari ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan Turki Barat yang ketara di Azerbaijan, Turki dan Turkmenistan dan Seljuk juga dianggap sebagai penaung Kebudayaan Persia.TurkiAzerbaijanTurkiTurkmenistanPersia Dinasti Seljuk berasal dari daerah pegunungan dan stepa Turkistan. Menjelang akhir abad ke-2 H atau abad ke-8 M. orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran tinggi Siberia ke Laut Arab dan sebagian ke wilayah Rusia.stepaTurkistanSiberiaLaut ArabRusia

PARA PENGUASA BANI SELJUK

SELJUQ BIN DUQOQ ( 1038 ) Suku Seljuk dipersatukan oleh Seljuq bin Duqaq, seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi kepada salah seorang Khan di Turkistan. Seljuk pindah dari dataran tinggi Kirghiz (Kazakhstan) bersama seluruh anggota sukunya ke Jand di provinsi Bukhara, dan mendiami daerah tersebut atas izin penguasa Samaniah. Ketika Dinasti Samaniah (Samanid) dikalahkan oleh Dinasti Gaznawiyah, Seljuk memerdekakan diri dan menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai Dinasti Samaniah tersebut.KhanKirghizKazakhstanBukharaSamaniahSamanid

TUGRIL BEG ( 1038 – 1063 M ) Kemudian di bawah kepimpinan Tugril Beq ( ), Dinasti Seljuk berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah tersebut. Tugril Beq menduduki jabatan sultan dan secara resmi mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah saat itu. Daerah kekuasaan Tugril Beq meliputi Iran dan Transoksania. Ia lalu memperluas kekuasaanya hingga hampir ke seluruh Iran. Pada masa kejayaannya, Tugril Beq mengontrol kekhalifahan Abbasiah pada tahun 447 H/1055 M.1063kekhalifahanAbbasiah447 H1055

Pada tahun 1063, Tugril Beq wafat dan tidak memiliki keturunan laki-laki. Sehingga keponakan tertuanya, Alp Arslan ( ) dinobatkan sebagai Sultan. Selama masa pemerintahannya, Alp Arslan berhasil mengatasi perlawanan dari saudara- saudaranya dan menyelesaikan konflik internal yang ada. Dalam pemerintahannya, ia didampingi seorang perdana menteri bernama Nizham Al-Mulk. Nizham juga mendampingi putra Alp Arslan, Maliksyah, yang kemudian naik tahta sepeninggal Alp Arslan pada tahun 1072 dan memerintah 20 tahun berikutnya Nizham Al-Mulk

Dia adalah penguasa ke-4 Dinasti Seljuk. Pada masa pemerintahannya, Maliksyah mendapat perlawanan keras dari pamannya, Qaurad bin Jufri (Kavurt) yang menguasai Seljuk Kirman. Dia menuntut agar kesultanan diserahkan padanya. Maka terjadilah pertarungan antara paman - keponakan di sebuah tempat dekat Hamadzan. Qaurad kalah dalam pertarungan itu dan terbunuh. Dengan demikian maka Maliksyah mampu menguasai kerajaan Seljuk yang berada di Kirman. Kemudian dia mengangkat Syah bin Alp Arslan sebagai sultan di tempat itu. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 465 H/1073 M.1073

Kekuasaan Maliksyah semakin meluas dari Afghanistan sampai ke Asia Kecil. Maliksyah menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasai di negeri Syam pada saudaranya yang bernama Tajud Daulah Tatmasy pada tahun 470 H/1077 M. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengawasi jalannya penaklukan-penaklukan di daerah lainnya. Tajud Daulah Tatmasy inilah yang mendirikan pemerintahan Seljuk di Syam. Sultan juga mengangkat seorang kerabatnya, Sulaiman bin Qatalmasy bin Israil untuk memerintah di wilayah Asia Kecil, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Romawi pada tahun 470 H/1077 M. Hal ini juga dilakukan sebagai usaha mengawasi wilayah- wilayah yang ditaklukkan. Sulaiman bin Qatalmasy inilah yang kemudian mendirikan pemerintahan Seljuk Ruum (Romawi).AfghanistanSyam1077Romawi1077

MAHMUD MALIK SYAH ( 1092 – 1094 M ) Sultan ke-5 Dinasti Seljuk, yang sebenarnya berhasil menjadikan Maliksyah sebagai sultan, tetapi tidak mendapat kekuasaan dari Maliksyah dan Alp Arslan.

BAQIYARUQ BIN MALIK SYAH ( 1094 – 1105 M ) Putra Sultan Maliksyah ini naik tahta di usia sebelas tahun dan musuhnya menganggapnya belum berpengalaman. Dia berperang untuk mendapatkan kembali kontrol dari tanah Seljuk yang strategis, tanah yang saat ini bagian dari Irak dan Iran. Wilayahnya berbatasan dengan Suriah ketika pasukan Eropa tiba untuk Perang Salib Pertama, tetapi perhatian utamanya terletak di Damaskus, Aleppo, dan Mosul yang dikuasai oleh musuh. Pada tahun 1105 Bakiyaruq meninggal di Borujerd dan dikebumikan di Isfahan.EropaPerang Salib PertamaDamaskusAleppoMosul1105BorujerdIsfahan

Cucu dari Sultan Maliksyah, secara teoretis dia adalah kepala negara, meskipun pada praktiknya, saudaranya Ahmad Sanjar di Khurasan memegang kekuasaan secara lebih efektif.Khurasan SULTAN MALIK SYAH II ( 1105 )

Putra dari sultan Maliksyah dan saudara tiri dari Bakiyaruq, Muhammad Tapar atau Mehmed I bersekutu dengan Radwan dari Aleppo dalam pertarungan sungai Khabur melawan Killij Arslan I, yang merupakan Sultan Rum pada tahun Ia kemudian berhasil mengalahkan Killij. Menyusul konflik intern dengan saudari tirinya, Barkiyaruq, dia diberi gelar Malik dari provinsi Armenia dan Azerbaijan. Tidak puas dengan jabatan ini, dia memberontak tetapi akhirnya harus melarikan diri ke Armenia. Tahun 1104 Barkiyaruq jatuh sakit akibat kelelahan berperang dan setuju untuk membagi wilayah kesultanan dengan Mehmed I. Mehmed I menjadi Sultan setelah Barkiyaruq wafat pada tahun 1105.AleppoArmeniaAzerbaijan

AHMAD SANJAR ( 1118 – 1157 M ) Putra dari Sultan Maliksyah dan adik dari Mehmed I. Awalnya menjabat Sultan Khorasan sampai ia mendapatkan sisa wilayah itu setelah kematian Muhammad I (Mehmed I). Ia diberi wilayah khurasan dan memerintah di bawah kekuasaan kakaknya, Mehmed I. Selama beberapa tahun berikutnya Ahmed Sanjar menjadi penguasa sebagian besar Persia dengan ibu kota di Nishapur. Sejumlah penguasa memberontak terhadap kepemimpinannya sehingga terus menimbulkan perpecahan di kekaisaran Seljuk Agung.KhorasanPersiaNishapur

Sanjar melakukan kampanye untuk menghilangkan Assasin Alamut, dan berhasil mengusir mereka dari sejumlah benteng-benteng mereka. Namun, skenario menunjukkan bahwa dalam perjalanan ke benteng mereka di Alamut, Sanjar terbangun dan menemukan belati di sampingnya yang merupakan pesan dari Hasan Bin Sabah, yang merupakan pemimpin kelompok Assassin Alamut dan dalam pesannya Hasan meminta untuk berdamai. Sanjar terkejut dan langsung mengirim utusan untuk membicarakan hal ini dan kemudian keduanya menyetujui perdamaian tersebut. Tahun 1141, Sanjar bersiap untuk menghadapi pasukan Khara Khitai yang melibatkan pertempuran di Samarkand. Perang ini dinamakan perang Qutwan, Sanjar mengalami kekalahan dan harus kehilangan wilayahnya di timur. Sanjar wafat pada tahun 1157 dan dimakamkan di Merv. Makamnya dihancurkan oleh pasukan Mongol pada tahun 1221 ketika Mongol menyerang Samarkand dan membumihanguskannya.Assasin1141SamarkandMongol1221

PEMBAGIAN WILAYAH

Seljuk Besar (Iran); wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang. Pada masa Maliksyah, wilayah dinasti Seljuk sangat luas, sehingga kemudian wilayahnya tersebut dibagi-bagikan kepada saudara-saudaranya. Ia sendiri tetap menduduki wilayah kekuasaannya di Seljuk Iran yang disebut Seljuk Besar. Seljuk Iran merupakan induk bagi cabang cabang Seljuk lainnya. Sepeninggal Maliksyah, anaknya, Barkiyaruk naik tahta atas dukungan dari kaum Madrasah Nizam Al Mulk.IranIrakPersia

Seljuk Al-Qawurdiyun (Kirman); wilayah kekuasaannya berada di bawah keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang. Disebut al - Qawurdiyun, nama yang dinisbahkan pada pendirinya, Qawur Qara Arslan Beq, saudara seayah Alp Arslan yang pergi ke Kirman dengan kelompok Guzz dan berhasil mendirikan pemerintahan di daerah Persia itu. Saat Maliksyah berkuasa, Qawurd berusaha menggulingkannya, tetapi ia kemudian dibunuh, lalu Maliksyah memberikan wilayah itu kepada Syah Bin Qawurd yang mewariskan daerah itu untuk keturunannya.Kirman

Seljuk Al-Iraq (Irak dan Kurdistan); pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh, dimulai dari kekuasaan Sultan Muhammad Bin Maliksyah, setelah ia mendapat bagian utara dari wilayah kekuasaan Seljuk. Sultan berikutnya adalah Mahmud, anak sulung Sultan Muhammad yang secara de facto hanya berkuasa di Irak. Namun semakin lama semakin banyak terjadi kekacauan menyangkut pengangkatan sultan sultan baru. Situasi ini sering kali dimanfaatkan oleh Khalifah Abbasiyah untuk mengurangi pengaruh mereka.IrakKurdistande facto

Seljuk As-Syam (Suriah); diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp Arselan ibnu Daud ibnu Mikail ibnu Seljuk, yang memerintah Suriah atas perintah Sultan Maliksyah. Jumlah syekh yang memerintah lima orang. Namun sepeninggal Tutusy, Seljuk Suriah tidak berumur panjang. Anaknya, Ridwan, yang memeintah Allepo meninggal dunia dan tidak memiliki penerus yang kuat. Syams- al Muluk, anak Tutusy yang memerintah Damaskus juga wafat. Kemudian Seljuk Suriah jatuh ke tangan wali dan penguasa daerah.Suriah

SELJUK RUUM Seljuk Ar-Ruum (Romawi/Asia Kecil); diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnu Israil ibnu Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang. Kejayaan kesultanan ini berlangsung pada masa Sulaiman bin Qutulmisy, sepupu Alp Arslan atas perintah Sultan Maliksyah. Ketika sulaiman tewas saat berperang dengan Tutusy, Maliksyah mengangkat anaknya yaitu Killij Arslan I untuk menggantikan ayahnya. Dinasti ini dapat bertahan lama dibanding dinasti lainnya meskipun banyak permasalahan intern.Asia Kecil

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Pada era kekuasaan Seljuk terdapat sejumlah penelitian mengenai kemajuan ilmu pengetahuan. Ada sejumlah peneliti yang menyebutkan bahwa pada masa ini terjadi stagnasi di bidang ilmu pengetahuan, sastra, seni, juga ilmu filsafat di Dunia Islam. Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, yakni madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-mana. Madrasah, perpustakaan, dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti Seljuk, seperti kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo, Aleppo, Amid (Diyarbakir), Konya, Kayseri, dan Malatya.madrasahrumah sakitperpustakaanBaghdadMervIsfahanNishapurMosulDamaskus KairoAleppoAmidDiyarbakirKonyaKayseriMalatya

Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan lama. Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan selama beberapa abad. Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak padam pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan ilmunya. Beberapa ilmuwan dan budayawan terkemuka yang lahir pada masa itu antara lain: Al-Juwayni, Abu Ishaq asy-Syirazi, Umar al-Khayyam, Al-Badi' al-Usthurlabi, Abul-Barakat Hibatullah bin Malka al-Baghdadi, Samuel al-Maghribi, Syarafuddin ath- Thusi, Kamaluddin bin Yunus, Shihabuddin Yahya bin Habsy as-Suhrawardi, Fakhruddin ar-Razi, Ibnu ar-Razzaz al- Jazari, Ibnu al-Atsir, serta Sayfuddin al-Amidi.Al-JuwayniAbu Ishaq asy-SyiraziUmar al-KhayyamAl-Badi' al-UsthurlabiAbul-Barakat Hibatullah bin Malka al-BaghdadiSamuel al-MaghribiSyarafuddin ath- ThusiKamaluddin bin YunusShihabuddin Yahya bin Habsy as-SuhrawardiFakhruddin ar-RaziIbnu ar-Razzaz al- JazariIbnu al-AtsirSayfuddin al-Amidi

Pada era kepemimpinan Sultan Meliksah I ( ) pernah berdiri observatorium besar di kota Isfahan. Ilmuwan, seperti Omer el-Hayyam dan teman-temannya, memanfaatkan observatorium tersebut untuk melakukan penelitian hingga akhirnya menghasilkan karya berjudul Zic-i Melikshahi atau (Buku Tabel Astronomi) dan Takvim-i Jalali (Kalender Jalalaean) observatoriumIsfahanAstronomi Pada masa itu, seorang ilmuwan bernama El-Bed' al-Usturlabi menuliskan bukunya yang berjudul al-Zij al-Mahmudi (Buku Tabel Astronomi Mahmudi). Sedangkan seorang ilmuwan yang bernama Ebu Mansur membuat karya berjudul el-Zij al-Senceri (Buku Tabel Astronomi Senceri). Istana para Sultan Seljuk di Baghdad, Isfahan, dan Merv selalu dipenuhi para pelajar, ilmuwan, juga para penulis. Mereka menuliskan karya-karyanya baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia. Bahkan literatur Islam Persia mulai mendunia di bawah Dinasti Seljuk.

Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk. Kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat yang membaik di bawah kekuasaaan Dinasti Seljuk berhasil meningkatkan aktivitas dan prestasi masyarakatnya dalam bidang literatur, seni dan ilmu pengetahuan. Peningkatan aktivitas masyarakat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan ini mendapat dorongan yang signifikan dari pemerintah Dinasti Seljuk.

Sejak abad-ke 14 M, ratusan madrasah ditemukan tersebar luas di Anatolia. Hampir setiap wilayah Anatolia terdapat madrasah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Dinasti Seljuk sangat memperhatikan dunia pendidikan bagi rakyatnya. Gambaran berbeda terlihat di pusat Kekuasaan Islam di wilayah yang dikuasai bangsa lain, seperti Mesir, Suriah, dan Palestina, di mana madrasah hanya ditemukan di kota- kota besar saja, tidak seperti di Anatolia, baik di desa maupun di kota, pemerintah membangun madrasah. Madrasah-madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk tersebut masih banyak yang berdiri dengan tegak hingga saat ini dan dapat ditemukan di berbagai kota besar, kota kecil, bahkan di pedesaan yang ada di Anatolia.MesirSuriahPalestinaAnatolia

BUKTI SEJARAH Berbagai macam peninggalan yang diwariskan Dinasti Seljuk telah menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan baik, seperti ilmu fisika dan geometri. Hal itu tampak dari bangunan-bangunan peninggalan Dinasti Seljuk yang hingga kini masih berdiri kokoh dan megah.fisikageometri

MASJID Kehebatan para arsitek Dinasti Seljuk terlihat pada arsitektur dan teknik bangunan masjid-masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini sering kali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti karavanserai serta madrasah.Masjid Kiosque

Para sultan Dinasti Seljuk banyak membangun karavanserai sebagi tempat singgah bagi para musafir. Selain itu, karavanserai juga dibangun untuk kepentingan perdagangan dan bisnis. Para musafir maupun pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di karavanserai selama beberapa hari secara gratis. Bangunan karavanserai sendiri terdiri dari halaman dan ruang utama yang memiliki banyak kamar untuk menginap. Karavanserai pertama kali dibangun pada 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara hingga Samarkand. Struktur bangunan karavanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti Abbasiyah yang berbentuk segi empat.1078

Bangunan madrasah Dinasti Seljuk pertama kali muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M, sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid. Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Emir Nizham Al-Mulk sendiri terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada 1067 M. Madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan asrama untuk menginap para pelajar. Selain itu, di dalam madrasah juga terdapat banyak ruang belajar. Bangunan madrasah Seljuk sesuai dengan arsitektur Iran.KhurasanBaghdad1067 MADRASAH

Bangunan mausoleum (makam yang indah dan megah) warisan Dinasti Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder, dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut terutama yang berada di Anatolia. Bangunan mausoleum biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah. Dinasti Seljuk membangun mausoleum untuk memakamkan dan menghormati kebesaran para penguasa dinasti tersebut. MAUSOLEUM

Sejak kepemimpinan Maliksyah, Dinasti Seljuk terbagi-terbagi atas beberapa wilayah. Hal tersebut dilakukan Sultan Maliksyah demi melakukan pengawasan terhadap wilayah-wilayah taklukkannya. Namun karena pembagian wilayah tersebutlah mulai muncul kemunduran pemerintahn Dinasti Seljuk. Setiap wilayah yang mulanya berada di bawah kontrol Seljuk pusat akhirnya melepaskan diri. Konflik internal yang terjadi di kalangan saudara-saudara sesama keturunan makin memperuncing masalah. Beberapa dari mereka berupaya membangun dinasti sendiri, seperti Guz, Ghuri dan Khawarizmi. Pada saat yang bersamaan, Kekhalifahan Abbasiyah sedikit demi sedikit mulai membaik, terutama di Irak. Kekuasaan Seljuk berakhir saat berada di bawah kepemimpinan Khawarizmi pada tahun 1195.

SEJARAH DAKWAH ISLAM Kuliah Semester V ( Lima ) Prodi Manajemen Dakwah Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Terpadu STAIT YOGYAKARTA Oleh : MUHAMMAD SUPARMAN, M.Pd.

MASA BANI AYYUBIYAH

Leluhur dinasti Ayyubiyah adalah Najmuddin Ayyub bin Syadzi dari suku Rawadiyah yang beretnis Kurdi. Suku tersebut merupakan salah satu cabang konfederasi Hadzabani. Keluarga Rawadiyah bermukim di kota Dvin, Armenia Utara. Mereka adalah kelompok Kurdi yang paling berkuasa di wilayah Dvin dan juga merupakan golongan elit politik dan militer di kota tersebut.Najmuddin Ayyub bin SyadziRawadiyahKurdiHadzabaniDvinArmenia SEJARAH

Hari-hari kejayaan mereka sirna ketika para panglima Turki merebut kota Dvin. Syadzi bin Marwan meninggalkan kota tersebut bersama dengan dua putranya, Najmuddin Ayyub dan Asaduddin Syirkuh. Temannya yang bernama Mujahiduddin Bihruz (gubernur militer Mesopotamia utara yang berada di bawah Dinasti Seljuk) menyambutnya dan mengangkatnya sebagai gubernur Tikrit. Setelah Syadzi mangkat, Ayyub menggantikannya dengan bantuan dari saudaranya, Syirkuh. Mereka memerintah kota tersebut bersama-sama, dan warga kota pun menyukai mereka. Sementara itu, Imaduddin Zanki, penguasa Mosul, dikalahkan oleh Abbasiyah di bawah kepemimpinan Khalifah al- Mustarsyid dan Bihruz. Saat ia sedang mencoba melarikan diri ke Mosul melalui Tikrit, Zanki bernaung di tempat Ayyub dan memohon bantuan kepadanya. Ayyub bersedia membantunya dan ia menyediakan kapal-kapal kepada Zanki dan para pengikutnya agar mereka dapat menjangkau kota Mosul dengan mengarungi Sungai Tigris.Asaduddin SyirkuhMujahiduddin BihruzSeljukTikritImaduddin ZankiMosulAbbasiyahal- MustarsyidSungai Tigris

Abbasiyah kemudian mencoba menghukum Ayyub karena mereka telah membantu Zanki. Pada saat yang sama, Syirkuh membunuh orang kepercayaan Bihruz akibat tuduhan bahwa orang tersebut telah melakukan penyerangan seksual terhadap seorang wanita di Tikrit. Istana Abbasiyah mengeluarkan perintah penangkapan Ayyub dan Syirkuh. Namun, sebelum kedua kakak beradik tersebut dapat ditangkap, mereka meninggalkan Tikrit dan pergi ke Mosul pada tahun Setibanya di Mosul, Zangi mempekerjakan mereka dan menyediakan segala fasilitas yang mereka perlukan. Ayyub diangkat menjadi komandan Baalbek dan Syirkuh mengabdi kepada anak laki-laki Zanki, Nuruddin. Menurut sejarawan Abdul Ali, keluarga Ayyubiyah bangkit menjadi keluarga yang berpengaruh berkat perlindungan dari Zanki.BaalbekNuruddin

Ekspedisi Mesir Pada tahun 1164, Syirkuh ditugaskan oleh Nuruddin Zanki untuk memimpin pasukan ke Mesir agar Tentara Salib tidak dapat memperkuat pengaruhnya di wilayah yang sedang dilanda kekacauan tersebut. Syirkuh mengangkat anak laki-laki Ayyub, Salahuddin, sebagai seorang perwira yang tunduk kepadanya. [8] Mereka berhasil mengusir Wazir Dirgham dan mengembalikan wazir Mesir yang sebelumnya, Syawar, ke tampuk kekuasaan. Syawar kemudian memerintahkan agar Syirkuh dan pasukannya mundur dari Mesir, tetapi Syirkuh menolak dan mengklaim bahwa Nuruddin ingin agar ia tetap berada di sana. [9] Dalam kurun waktu beberapa tahun, Syirkuh dan Salahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan Tentara Salib dan Syawar, mula-mula di Bilbais dan kemudian di sebuah tempat di dekat Giza. Salahuddin sendiri ditugaskan untuk mempertahankan kota Iskandariyah ketika Syirkuh sedang mengejar Tentara Salib di Mesir Hilir. [10]Nuruddin ZankiTentara SalibSalahuddin [8]Syawar [9]BilbaisGizaIskandariyahMesir Hilir [10]

Syawar tutup usia pada tahun 1169 dan Syirkuh menggantikannya sebagai wazir, tetapi ia menjemput ajalnya pada tahun yang sama. [11] Salahuddin kemudian diangkat sebagai wazir oleh khalifah Fatimiyah al-Adid karena "tidak ada yang lebih lemah ataupun lebih muda" daripada Salahuddin, dan "tidak ada satu pun amir yang menurutinya atau mengabdi kepadanya", seperti yang dicatat oleh penulis kronik Muslim dari Abad Pertengahan, Ibnu al- Atsir. [12] Salahuddin kemudian menyadari bahwa kedudukannya menjadi lebih bebas daripada sebelum-sebelumnya, dan hal ini membuat khawatir Nuruddin yang ingin tetap menancapkan pengaruhnya di Mesir. Nuruddin mencoba memicu perpecahan di keluarga Ayyubiyah dengan mengizinkan kakak laki-laki Salahuddin, Turansyah, untuk mendatangi Mesir dan mengawasi Salahuddin. Nuruddin juga memenuhi permintaan Salahuddin agar ayahnya, Ayyub, diperbolehkan pergi ke Mesir. Ayyub sebenarnya dikirim oleh Nuruddin agar Mesir tunduk kepada Kekhalifahan Abbasiyah, sementara Salahuddin enggan melakukan hal tersebut karena ia sedang mengabdi sebagai wazir Dinasti Fatimiyah. Walaupun Nuruddin gagal memicu permusuhan di antara anggota keluarga Ayyubiyah, kerabat jauh keluarga tersebut (khususnya sejumlah gubernur di Syam) tidak mendukung Salahuddin. [13] [11]Fatimiyahal-AdidAbad PertengahanIbnu al- Atsir [12]Turansyah [13]

Salahuddin mengukuhkan kekuasaannya di Mesir setelah ia mengirim Turansyah untuk memadamkan sebuah pemberontakan di Kairo yang dikobarkan oleh pasukan Nubia yang berjumlah orang dan merupakan bagian dari tentara Fatimiyah. Sesudah itu, Salahuddin mulai mengangkat anggota keluarganya sebagai pejabat tinggi, dan ia juga memperkuat pengaruh Sunni di kota Kairo yang didominasi oleh Syiah pada masa itu dengan memerintahkan pembangunan madrasah fikih bermazhab Maliki di kota tersebut dan satu madrasah lain yang bermazhab Syafi'i di Fusthath. [14] Pada tahun 1171, al-Adid wafat dan Salahuddin memanfaatkan kesempatan ini dengan mengambil alih kekuasaan di Mesir. Setelah itu, ia menyatakan kesetiaannya kepada Kekhalifahan Abbasiyah yang beraliran Sunni dan berpusat di Baghdad. [8]KairoNubiaSyiahfikihMalikiSyafi'iFusthath [14]Baghdad [8]

PENAKLIKAN AFRIKA UTARA Salahuddin mendatangi kota Iskandariyah pada tahun 1171–72. Walaupun ia memiliki banyak pendukung di kota tersebut, pada kala itu ia sedang menghadapi kesulitan keuangan. Pertemuan dewan keluarga kemudian diadakan di kota tersebut, dan mereka pun memutuskan bahwa mereka akan mengirim al-Muzhaffar Taqiuddin Umar (keponakan Salahuddin) sebagai pemimpin ekspedisi militer ke wilayah pesisir Barqa (Kirenaika) di sebelah barat Mesir dengan pasukan yang hanya terdiri dari 500 pasukan berkuda. Untuk membenarkan penyerangan tersebut, mereka mengirim surat kepada suku-suku Badui di Barqa yang mengecam mereka karena mereka telah melakukan perampokan terhadap para musafir. Surat tersebut juga menuntut agar mereka membayar zakat hewan ternak. [15]al-Muzhaffar Taqiuddin UmarBarqaKirenaikaBaduizakat [15]

Pada akhir tahun 1172, kota Aswan dikepung oleh para mantan prajurit Fatimiyah dari Nubia. Gubernur Aswan yang bernama Kanz ad-Dawlah (mantan loyalis Fatimiyah) memohon bantuan kepada Salahuddin, dan Salahuddin pun mengabulkan permohonan tersebut. Bala bantuan dari Salahuddin baru datang setelah pasukan Nubia sudah meninggalkan Aswan, tetapi pasukan Ayyubiyah yang dipimpin oleh Turansyah terus bergerak hingga mereka berhasil merebut kota Ibrim dan menaklukkan Nubia utara. Turansyah dan prajurit- prajurit Kurdinya untuk sementara berdiam di tempat tersebut. Dari Ibrim, mereka menjarah wilayah-wilayah sekitar, dan mereka baru menghentikan serangan mereka setelah menerima usulan gencatan senjata dari raja Nubia yang berkuasa dari Dongola. Meskipun Turansyah awalnya menanggapinya dengan agresif, ia kemudian mengirim utusan ke Dongola. Utusan tersebut menjabarkan bagaimana Nubia merupakan wilayah yang miskin. Oleh sebab itu, Dinasti Ayyubiyah (seperti pendahulu mereka, Fatimiyah) tidak mencoba memperluas wilayahnya ke selatan, tetapi mereka menuntut Nubia untuk menjaga Aswan dan Mesir Hulu. [16] Garnisun Ayyubiyah di Ibrim kemudian ditarik pulang ke Mesir pada tahun [17]AswanNubiaIbrimDongolaMesir Hulu [16] [17]

P ADA TAHUN 1174, S YARIFUDDIN Q ARAQUSY, SEORANG KOMANDAN YANG MENGABDI KEPADA AL - M UZAFFAR U MAR, BERHASIL MENAKLUKAN T HARABULUS DARI BANGSA N ORMAN DENGAN MENGERAHKAN PASUKAN YANG TERDIRI DARI PRAJURIT T URKI DAN B ADUI. [15][18] K EMUDIAN, KETIKA PASUKAN A YYUBIYAH SEDANG DISIBUKKAN OLEH PERANG MELAWAN T ENTARA S ALIB DI WILAYAH S YAM, PASUKAN A YYUBIYAH YANG DIPIMPIN OLEH S YARAFUDDIN BERHASIL MEREBUT KOTA K AIROUAN DARI M UWAHHIDUN PADA TAHUN [15]T HARABULUS BANGSA N ORMANT URKI [15][18]S YAMK AIROUANM UWAHHIDUN [15]

Pada tahun 1173, Salahuddin mengirim Turansyah untuk menaklukkan Yaman dan Hijaz. Penulis Muslim Ibnu al-Atsir dan kemudian al-Maqrizi menyatakan bahwa Ayyubiyah mencoba menaklukkan Yaman karena mereka ingin menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat pelarian apabila Mesir jatuh ke tangan Nuruddin. Pada Mei 1174, Turansyah merebut Zabid dari tangan sebuah dinasti Khawarij, dan ia juga menghukum mati pemimpinnya, Mahdi Abdulnabi. Pada tahun yang sama, ia juga merebut kota Aden dari Banu Karam yang beraliran Syiah. [19] Aden kemudian menjadi pelabuhan utama Dinasti Ayyubiyah di pesisir Samudera Hindia sekaligus kota utama di Yaman, [20] meskipun ibu kota resmi Yaman di bawah kekuasaan Ayyubiyah adalah Ta'iz. [21] Semenjak kekuasaan Ayyubiyah, kota tersebut memasuki zaman kesejahteraan berkat pembangunan infrastruktur, pendirian lembaga-lembaga baru, dan pencetakan koin tersendiri. [20] Maka dari itu, Ayyubiyah memberlakukan pajak baru yang dikumpulkan oleh kapal-kapal galai. [22]YamanHijazal-MaqriziZabidKhawarijAden [19]Samudera Hindia [20]Ta'iz [21] [20]galai [22] Penaklukan Jazirah Arab

Turansyah menaklukkan Sana'a dan mengusir para penguasa Hamdaniyah dari kota pegunungan tersebut pada tahun [19] Setelah menguasai Yaman, Dinasti Ayyubiyah membentuk sebuah armada pesisir, al-asakir al-bahriyya, yang mereka manfaatkan untuk mempertahankan wilayah pesisir dari serangan perompak. [23] Penaklukan yang dilancarkan oleh Ayyubiyah sangat berdampak terhadap Yaman, karena Ayyubiyah berhasil menyatukan tiga negara yang sebelumnya merdeka (Zabid, Aden, dan Sana'a). Namun, saat gubernur Turansyah dipindahkan dari Yaman pada tahun 1176, pemberontakan meletus di wilayah tersebut, dan pemberontakan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1182 setelah Salahuddin mengangkat saudaranya yang lain, Tughtakin Saif al-Islam, sebagai gubernur Yaman. [19] Sementara itu, na'ib (wakil gubernur) Ayyubiyah di Yaman, Utsman Az-Zanjili, menaklukkan banyak wilayah di Hadramaut pada tahun [24]Sana'aHamdaniyah [19] [23]Tughtakin Saif al-Islam [19]na'ibHadramaut [24]

Dari Yaman (dan juga dari Mesir), Ayyubiyah mencoba menguasai jalur dagang Laut Merah dan memperkuat kendali di wilayah Hijaz, yang merupakan tempat berdirinya sebuah pelabuhan dagang penting yang disebut Yanbu. [25] Untuk mendukung perdagangan di Laut Merah, Ayyubiyah membangun fasilitas-fasilitas untuk pada pedagang di sepanjang jalur dagang Laut Merah-Samudera Hindia. [26] Dinasti Ayyubiyah juga mencoba memperkuat klaim mereka sebagai kekhalifahan dengan menegakkan kedaulatan atas kota-kota suci Islam di Mekkah dan Madinah. [25] Secara keseluruhan, penaklukan dan kemajuan ekonomi yang diprakarsai oleh Salahuddin berhasil mengukuhkan hegemoni Mesir di wilayah Arabia barat. [26]Laut MerahYanbu [25]Samudera Hindia [26]kekhalifahanIslamMekkahMadinah [25] [26]

Penaklukan Syam dan Iraq Walaupun secara resmi masih menjadi vasal Nuruddin, Salahuddin memberlakukan kebijakan luar negeri yang semakin independen. Kemerdekaan ini semakin menjadi jadi setelah kematian Nuruddin pada tahun [8] Salahuddin lalu merebut wilayah Syam dari tangan Dinasti Zankiyah, dan pada 23 November, ia disambut di Damaskus oleh gubernur kota tersebut. Pada tahun 1175, ia merebut Hamat dan Homs, namun tidak berhasil menguasai kota Aleppo setelah sempat melancarkan pengepungan. [27] Kendali atas kota Homs diserahkan kepada keturunan Syirkuh pada tahun 1179, sementara kota Hamat diberikan kepada keponakan Salahuddin, al-Muzaffar Umar. [28] Keberhasilan Salahuddin membuat takut Amir Saifuddin dari Mosul yang merupakan kepala Dinasti Zankiyah pada masa itu. Ia menganggap Syam sebagai wilayah keluarganya, dan ia juga marah setelah mendengar kabar bahwa wilayah tersebut direbut oleh bekas bawahan Nuruddin. Ia mengerahkan pasukannya untuk melawan Salahuddin di dekat Hamat. Meskipun kalah jumlah, Salahuddin dan para prajurit veterannya berhasil mengalahkan pasukan Zankiyah. [27] Setelah itu, ia menyatakan dirinya sebagai raja dan menggantikan penyebutan nama ash-Shalih Ismail al-Malik (putra Nuruddin yang masih remaja) dalam doa salat Jumat dan dalam uang-uang logam dengan namanya sendiri. Khalifah Abbasiyah al-Mustadi menyambut keberhasilan Salahuddin dan memberinya gelar "Sultan Mesir dan Syam". [29]vasalNuruddin [8]Dinasti ZankiyahDamaskusHamatHomsAleppo [27] [28]SaifuddinMosul [27]ash-Shalih Ismail al-Maliksalat Jumatal-Mustadi [29]

Pada musim semi tahun 1176, Dinasti Zankiyah dan Ayyubiyah kembali berseteru, kali ini di Tall Sultan yang berjarak 15 km dari Aleppo. Salahuddin berhasil memenangkan pertempuran tersebut, tetapi Saifuddin masih dapat melarikan diri. Pasukan Ayyubiyah kemudian menaklukkan kota-kota lainnya di Syam, yakni Ma'arat an- Numan, A'zaz, Buza'a, dan Manbij. Walaupun mereka gagal merebut kota Aleppo selama pengepungan kedua, Ayyubiyah menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa gubernur Aleppo Gumushtigin dan sekutu-sekutunya di Hisn Kayfa dan Mardin mengakui Salahuddin sebagai penguasa berdaulat di Syam, dan sebagai gantinya Gumushtigin dan as-Salih al-Malik diperbolehkan melanjutkan kekuasaan mereka di Aleppo. [30]Tall SultanMa'arat an- NumanA'zazManbijGumushtiginHisn KayfaMardin [30]

Saat Salahuddin sedang berada di Syam, Mesir diperintah oleh saudaranya, al-Adil. [31] Pada tahun 1174–75, Kanz ad- Dawlah dari Aswan memberontak melawan Ayyubiyah karena ia ingin membangkitkan lagi Dinasti Fatimiyah. Ia mendapatkan dukungan dari suku-suku Badui setempat dan juga dari orang-orang Nubia, serta dari kelompok- kelompok lain seperti orang Armenia. Pada saat yang sama (entah kebetulan atau memang disengaja), para pemberontak yang dipimpin oleh Abbas bin Syadzi berhasil menguasai kota Qus di tepi Sungai Nil di Mesir tengah. Kedua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh al-Adil. [32] Pada akhir tahun 1175 dan awal tahun 1176, Qaraqusy terus melakukan penjarahan di Afrika Utara bagian barat, sehingga Dinasti Ayyubiyah mulai berkonflik dengan Muwahhidun yang berkuasa di wilayah Maghrib. [15]al-Adil [31]Kanz ad- Dawlahorang ArmeniaAbbas bin SyadziQusSungai Nil [32]MuwahhidunMaghrib [15]

Pada tahun 1177, Salahuddin memimpin pasukan yang berjumlah sekitar orang (menurut seorang penulis kronik dari pihak Tentara Salib, Willelmus Tyrensis) ke wilayah Palestina selatan setelah ia mendengar kabar bahwa sebagian besar prajurit Kerajaan Yerusalem sedang mengepung kota Harim di sebelah utara Aleppo. Pasukannya tiba-tiba diserang oleh Kesatria Kenisah (yang dipimpin oleh Baudouin IV dari Yerusalem) di dekat Ramla. Akibatnya, pasukan Ayyubiyah mengalami kekalahan dalam Pertempuran Montgisard dan sebagian besar dari antara mereka gugur dalam pertempuran tersebut. Pada tahun berikutnya, Salahuddin dan pasukannya berkemah di Homs, dan lalu terjadi pertempuran-pertempuran kecil antara pasukannya (yang dipimpin oleh Farrukhsyah) melawan Tentara Salib. [33] Salahuddin tetap tak gentar dan ia lalu menyerbu negara- negara Tentara Salib dari barat dan mengalahkan Baudouin dalam Pertempuran Marj Ayyun pada tahun Pada tahun berikutnya, ia menghancurkan kastil Chastellet (yang baru saja dibangun oleh Tentara Salib) dalam Pertempuran Arungan Yakub. Kemudian, selama perang yang berlangsung pada tahun 1182, Salahuddin kembali berhadapan dengan pasukan Baudouin dalam Pertempuran Kastil Belvoir di Kaukab al-Hawa. [34]Tentara SalibWillelmus TyrensisKerajaan YerusalemHarimKesatria KenisahBaudouin IV dari YerusalemRamlaPertempuran MontgisardFarrukhsyah [33]negara- negara Tentara SalibPertempuran Marj AyyunChastelletPertempuran Arungan YakubPertempuran Kastil BelvoirKaukab al-Hawa [34]

Pada Mei 1182, Salahuddin akhirnya berhasil merebut kota Aleppo setelah melakukan pengepungan singkat; gubernur kota tersebut, yakni Imaduddin Zanki II, tidak disukai oleh bawahan-bawahannya, dan ia menyerahkan Aleppo kepada Salahuddin setelah Salahuddin menyatakan kesediaannya untuk mengembalikan kekuasaan Zanki II di Sinjar, Raqqa, dan Nusaibin. Zanki II kemudian menjadi vasal Ayyubiyah. [35] Aleppo secara resmi jatuh ke tangan Ayyubiyah pada tanggal 12 Juni. Sehari setelahnya, Salahuddin dan pasukannya bergerak ke kota Harim (terletak di dekat Antiokhia yang dikuasai Tentara Salib) dan merebut kota tersebut setelah garnisunnya menjatuhkan pemimpinnya, Surhak. [36] Setelah jatuhnya Aleppo dan tunduknya Zanki II kepada Salahuddin, Izzuddin al-Mas'ud dari Mosul menjadi satu-satunya seteru Muslimnya yang tersisa di kawasan ini. Mosul sempat dikepung pada musim gugur tahun 1182, tetapi Salahuddin kemudian menarik pasukannya setelah konflik tersebut ditengahi oleh khalifah Abbasiyah an-Nasir. Mas'ud mencoba mendekatkan dirinya dengan Dinasti Artuklu dari kota Mardin, tetapi dinasti tersebut malah bersekutu dengan Salahuddin. Pada tahun 1183, kota Irbil juga berbalik memihak Ayyubiyah. Mas'ud kemudian mencari dukungan dari Pahlawan bin Muhammad, gubernur Azerbaijan. Walaupun Pahlawan bin Muhammad biasanya tidak ikut campur di wilayah Mesopotamia, kemungkinan bahwa ia dapat membantu Mas'ud di Mosul membuat Salahuddin menjadi lebih berhati-hati. [37]Imaduddin Zanki IISinjarRaqqaNusaibinvasal [35]AntiokhiaSurhak [36]Izzuddin al-Mas'udan-NasirDinasti ArtukluMardinIrbilPahlawan bin MuhammadAzerbaijan [37]

Kemudian dibuat sebuah kesepakatan yang menyatakan bahwa al-Adil akan memerintah Aleppo atas nama putra Salahuddin, al-Afdhal, sementara Mesir akan diperintah oleh al-Muzaffar Umar atas nama putra Salahuddin yang lain, Utsman. Setelah dua putra tersebut beranjak dewasa, mereka akan memegang kekuasaan di masing-masing wilayah mereka, tetapi jika salah satu dari mereka ada yang mangkat, maka salah satu dari dua bersaudara tersebut akan menguasai semuanya. [38] Pada musim panas tahun 1183, setelah menyerang wilayah Galilea timur, penyerangan-penyerangan yang dilancarkan oleh Salahuddin mencapai puncaknya dalam Pertempuran al-Fulah di Lembah Jezreel. Pertempuran tersebut melibatkan pasukan Salahuddin melawan Tentara Salib yang dipimpin oleh Guy dari Lusignan. Pertempuran tersebut tidak membuahkan hasil bagi kedua belah pihak dan kedua belah pihak pun mundur. Saat Tentara Salib sedang membahas urusan dalam negeri, pasukan Salahuddin merebut Dataran Tinggi Golan dan memutus jalur persediaan utama Tentara Salib. Pada Oktober 1183 dan kemudian pada 13 Agustus 1184, Salahuddin dan al-Adil mengepung Karak yang dikuasai oleh Tentara Salib, tetapi tak dapat menaklukkannya. Setelah itu, pasukan Ayyubiyah menyerbu Samaria dan membakar kota Nablus. Salahuddin kembali ke Damaskus pada September 1184 dan hubungan antara Ayyubiyah dengan Tentara Salib relatif damai pada tahun 1184–1185. [39]al-AfdhalUtsman [38]GalileaPertempuran al-FulahLembah JezreelGuy dari LusignanDataran Tinggi GolanKarakSamariaNablus [39]

Salahuddin melancarkan serangan terakhir ke Mosul pada akhir tahun Ia berharap agar dapat memenangkan pertempuran tersebut dengan mudah, tetapi serangan tersebut gagal akibat perlawanan yang sengit dari pihak Mosul. Selain itu, Salahuddin juga jatuh sakit, sehingga ia harus mundur ke Harran. Atas desakan Abbasiyah, Salahuddin dan Mas'ud merundingkan sebuah perjanjian pada Maret 1186 yang membiarkan Dinasti Zankiyah menguasai kota Mosul, tetapi sebagai gantinya mereka diwajibkan memberikan bantuan militer kepada Ayyubiyah apabila diminta. [37]Harran [37]

Salahuddin mengepung Tiberias di Galilea timur pada 3 Juli 1187, sementara Tentara Salib berupaya menyerang pasukan Ayyubiyah di Kafr Kanna. Setelah mendengar kabar mengenai pergerakan Tentara Salib, Salahuddin dan gardanya kembali ke perkemahan utama mereka di Kafr Sabt. Mereka hanya menyisakan pasukan yang kecil jumlahnya di Tiberias. Mereka dapat melihat dengan jelas posisi Tentara Salib, dan Salahuddin kemudian memerintahkan kepada al-Muzaffar Umar untuk menempatkan pasukan di dekat Lubya agar Tentara Salib tidak dapat memasuki kota Hittin, sementara Gokbori dan pasukannya ditempatkan di sebuah bukit dekat asy-Syajarah. Pada tanggal 4 Juli, Tentara Salib bergerak menuju Tanduk Hittin dan menyerang pasukan Muslim, tetapi mereka dikalahkan dalam sebuah pertempuran besar. Empat hari seusai pertempuran, Salahuddin mengajak al- Adil untuk turut serta dalam upaya penaklukan kembali Palestina. TiberiasKafr KannaKafr SabtLubyaHittinasy-SyajarahTanduk Hittinpertempuran besarPalestina

Pada tanggal 8 Juli, benteng Tentara Salib di Akko direbut oleh Salahuddin. Pasukannya juga berhasil merebut Nazaret, Saffuriya, Haifa, Kaisarea, Sebas tia, dan Nablus, sementara pasukan al-Adil menaklukkan Mirabel dan Jaffa. Pada tanggal 26 Juli, Salahuddin kembali ke wilayah pesisir, dan kota Sarepta, Sidon, Beirut, dan Jableh kemudian menyerah kepadanya. [40] Pada bulan Agustus, Ayyubiyah menaklukkan Ramlah, Darum, Gaza, Bait Jibrin, dan Latrun. Ashkelon direbut pada tanggal 4 September. [41] Pada September–Oktober 1187, Ayyubiyah mengepung Yerusalem. Setelah sempat berunding dengan Balian d'Ibelin, kota tersebut diserahkan kepada Salahuddin pada tanggal 2 Oktober. [42]AkkoNazaretSaffuriyaHaifaKaisareaSebas tiaMirabelJaffaSareptaSidonBeirutJableh [40]RamlahDarumGazaBait JibrinLatrunAshkelon [41]mengepung YerusalemBalian d'Ibelin [42]

Karak dan Mont Real di Transyordania juga jatuh ke tangan Salahuddin, yang kemudian disusul oleh Safad di Galilea timur laut. Pada akhir tahun 1187, Ayyubiyah telah menguasai semua wilayah Kerajaan Yerusalem di Syam kecuali kota Tirus yang dipertahankan oleh Conrad dari Montferrat. Pada Desember, kota Tirus dikepung oleh pasukan Ayyubiyah yang terdiri dari garnisun Salahuddin dan saudara-saudaranya dari Aleppo, Hamat, dan Mesir. Setengah dari armada angkatan laut Muslim direbut oleh pasukan Conrad pada 29 Desember, dan kemudian pasukan Ayyubiyah juga berhasil dihalau di daerah pesisir kota tersebut. [43]Mont RealTransyordaniaSafadKerajaan YerusalemSyamTirusConrad dari Montferrat [43]

Paus Gregorius VIIIPaus Gregorius VIII menyerukan Perang Salib Ketiga melawan kaum Muslimin pada awal tahun Friedrich Barbarossa dari Kekaisaran Romawi Suci, Philippe Auguste dari Prancis, dan Richard I dari Inggris membentuk persekutuan dengan tujuan untuk menaklukkan kembali Yerusalem. Tentara Salib bertarung melawan pasukan Ayyubiyah di dekat Akko pada tahun yang sama, dan bala bantuan dari Eropa kemudian tiba. Dari tahun 1189 hingga 1191, Akko dikepung oleh Tentara Salib. Meskipun pasukan Muslim pada awalnya cukup berhasil, kota tersebut pada akhirnya jatuh ke tangan pasukan Raja Richard. Kemudian terjadi pembantaian warga Muslim, dan Tentara Salib lalu berencana merebut Ashkelon di selatan. [44]Perang Salib KetigaFriedrich BarbarossaKekaisaran Romawi SuciPhilippe AugusteRichard I dari Inggris [44]

Tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Richard berhasil mengalahkan Salahuddin dalam Pertempuran Arsuf, alhasil Tentara Salib dapat menaklukkan Jaffa dan sebagian besar wilayah pesisir Palestina, tetapi mereka tak dapat merebut kembali wilayah-wilayah pedalaman. Raja Richard lalu menandatangani sebuah perjanjian dengan Salahuddin pada tahun 1192 yang mendirikan kembali Kerajaan Yerusalem di wilayah pesisir yang terletak di antara Jaffa dan Beirut. Perang ini merupakan perang besar terakhir pada masa hidup Salahuddin,Pertempuran Arsufperjanjian

Pembebasan Jerusalem tidaklah mudah. Salahudin Al Ayyubi dan pasukannya harus menghadapi pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu. Dengan jumlah pasukan orang, Salahudin Al Ayyubi berhasil mengalahkan pasukan Salib dan menawan pasukan lainnya. Meskipun pertarungan tersebut menguras banyak tenaga, namun Salahudin dan pasukannya tidak berkurang semangatnya sedikit pun. Mereka langsung menuju ke Al Quds, Jerusalem. Disiniah perang besar bergejolak. Pasukan Muslim yang besar mengepung seluruh tempat itu. Namun pasukan Salib juga tak kalah kuatnya menghadang pasukan Muslim. Dua kekuatan besar yang bertemu ini memakan banyak korban, begitu pula dari kaum Muslim yang semoga mereka syahid -insya Allah. Pasukan Salib pun tak mau kalah, mereka menancapkan salib besar di atas Kubatu Shakrah. Hal ini dilakukan untuk memancing emosi pasukan Muslim dan membuat mereka tercerai-berai. Namun Salahudin Al Ayyubi dengan sigap menuju ke sisi terdekat Kubatu Shakhrah. Pasukan Muslim pun berhasil menjatuhkan dan membakar salib besar tersebut.

Pasukan Salib pun mulai terpojok. Mereka menyerah dan berusaha meminta perundingan dengan Salahudin. Salahudin Al Ayyubi kemudian membebaskan mereka dengan syarat membayar 10 dinar untuk laki-laki, 5 dinar untuk perempuan, dan 2 dinar untuk anak-anak. Maka tepat pada Jumat, 27 Rajab 583 H, Islam kembali ke Jerusalem. Salahudin Al Ayyubi kemudian membersihkan seluruh masjid dan bangunan lainnya dari salib serta berbagai najis dan kotoran agar kesucian kota itu kembali.

Pemerintahan Salahuddin membentuk struktur pemerintahan yang berasaskan kedaulatan kolektif: ia membentuk sebuah konfederasi yang terdiri dari berbagai wilayah yang disatukan oleh gagasan pemerintahan keluarga. Berdasarkan sistem ini, terdapat sejumlah "sultan kecil", sementara salah satu anggota keluarga Ayyubiyah akan menjadi as- Sultan al-Mu'azzam, yaitu pemegang jabatan tertinggi. Setelah kematian Salahuddin, jabatan yang amat didambakan tersebut diperebutkan oleh anggota keluarga Ayyubiyah. Persaingan yang terjadi di antara anggota Bani Ayyubiyah di Mesir dan Syam menjadi begitu sengit sampai-sampai salah satu dari antara mereka kadang- kadang akan bekerja sama dengan Tentara Salib. [82] Kedua wilayah itu sendiri memiliki gaya pemerintahan yang berbeda. Di Syam, setiap kota besar diperintah oleh seorang anggota keluarga Ayyubiyah yang relatif independen, sementara di Mesir, terdapat tradisi pemerintahan tersentralisasi yang memungkinkan kendali langsung atas provinsi-provinsi lain dari ibu kota di Kairo. [83] Namun, Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad masih memegang hegemoni di wilayah Ayyubiyah, terutama di Asia Barat Daya. Contohnya, hakim kepala Damaskus masih diangkat oleh Abbasiyah pada masa kekuasaan Ayyubiyah. [82]konfederasi [82] [83]Asia Barat Daya [82]

Kekuasaan politik terpusat di rumah tangga Ayyubiyah yang tidak hanya terikat oleh hubungan darah; budak dan orang- orang terdekat dapat memperoleh kekuasaan yang besar atau bahkan yang tertinggi. Seringkali ibu kandung seorang penguasa Ayyubiyah yang masih muda bertindak secara independen atau bahkan sebagai penguasa. Para kasim juga memiliki kekuasaan yang besar di Ayyubiyah. Mereka berperan sebagai pengiring dan atabeg di dalam rumah tangga atau sebagai amir dan panglima pasukan di luar rumah tangga. Salah satu pendukung Salahuddin yang paling penting adalah kasim Bahauddin bin Syaddad yang membantunya melengserkan Fatimiyah, merampas harta benda mereka, dan membangun tembok benteng Kairo. Sepeninggalan al-Aziz Utsman, Bahauddin menjadi wali anak laki-laki Utsman, al-Mansur, sehingga ia sempat menguasai Mesir hingga al-Adil naik ke tampuk kekuasaan. Sultan-sultan berikutnya mengangkat kasim sebagai wali sultan dan bahkan menganugerahi mereka dengan kedaulatan atas kota-kota tertentu, seperti Syamsuddin Sawab yang dianugerahi kota Amid dan Diyar Bakr pada tahun [84]kasimatabegBahauddin bin SyaddadAmid [84]

Dalam sistem pemerintahan dinasti Ayyubiyah, terdapat tiga cara utama dalam merekrut elit-elit terdidik yang diperlukan untuk memerintah kota- kota. Cara pertama adalah dengan memberikan dukungan ekonomi dan politik kepada para syekh yang mengabdi kepada keluarga penguasa Ayyubiyah di tingkatan daerah. Cara lainnya adalah dengan memberikan kepada para syekh pendapatan yang diperoleh diwan, yakni badan pemerintahan negara. Metode ketiga adalah dengan memberikan wakaf kepada para syekh. [85] Seperti negara-negara pendahulunya, Dinasti Ayyubiyah hanya memiliki segelintir lembaga negara. Untuk membentuk ikatan dengan elit-elit terdidik di kota-kota Ayyubiyah, mereka menjalankan praktik patronase. Praktik pemberian wakaf kepada golongan elit mirip dengan pemberian fief ( iqta'at ) kepada para panglima. Dengan ini, Dinasti Ayyubiyah dapat merekrut elit yang bergantung kepada mereka, tetapi tidak terhitung sebagai bawahan secara administratif. [86]syekh diwanwakaf [85]patronasefief [86] Setelah berhasil menaklukkan Yerusalem pada tahun 1187, Dinasti Ayyubiyah di bawah pemerintahan Salahuddin mungkin merupakan negara pertama yang menciptakan jabatan amir al-hajj (panglima peziarahan) untuk melindungi karavan Haji tahunan yang bertolak dari Damaskus ke Mekkah, dan Salahuddin menganugerahkan jabatan tersebut kepada Tughtakin bin Ayyub. [87] amir al-hajjHajiMekkah [87]

P USAT PEMERINTAHAN Pusat pemerintahan Ayyubiyah dari masa pemerintahan Salahuddin pada dasawarsa 1170-an hingga akhir masa pemerintahan al-Adil pada tahun 1218 terletak di kota Damaskus. Kota tersebut lebih strategis dalam upaya untuk mengalahkan Tentara Salib, dan juga memungkinkan sultan mengawasi bawahan-bawahannya yang cukup ambisius di Syam dan al-Jazira. Kairo terlalu jauh untuk dijadikan pangkalan operasi, tetapi kota tersebut merupakan landasan ekonomi Dinasti Ayyubiyah. Maka dari itu, kota ini merupakan wilayah yang sangat penting. [82] Ketika Salahuddin dinyatakan sebagai sultan di Kairo pada tahun 1171, ia memilih Istana Barat Kecil yang dibangun oleh Fatimiyah (bagian dari kompleks istana yang lebih besar di Kairo yang terpisah dari perkotaan) sebagai pusat pemerintahan. Salahuddin sendiri tinggal di bekas istana wazir Fatimiyah, Turansyah menetap di bekas tempat tinggal pangeran Fatimiyah, dan ayah mereka menduduki Anjungan Mutiara yang berada di luar Kairo dan menghadap ke terusan kota. Sultan-sultan Ayyubiyah berikutnya di Mesir tinggal di Istana Barat Kecil. [88] [82]Anjungan [88]

Setelah al-Adil I memperoleh kekuasaan di Kairo, dimulailah persaingan antara kota Damaskus dan Kairo untuk menjadi ibu kota Dinasti Ayyubiyah. Pada masa kekuasaan al-Adil dan al-Kamil, Damaskus masih menjadi provinsi otonom dan penguasanya berhak memilih penerus mereka sendiri, tetapi pada masa kepemimpinan as-Salih Ayyub, kampanye- kampanye militer melawan Syam mengakibatkan penurunan status Damaskus menjadi vasal Kairo. [89] Selain itu, Ayyub menetapkan aturan-aturan pemerintahan yang baru untuk melakukan sentralisasi terhadap rezimnya; ia memberikan jabatan-jabatan terpenting kepada orang-orang terdekatnya dan bukan kepada kerabat-kerabat Ayyubiyahnya. Sebagai contoh, istrinya yang bernama Syajaruddur mengurus pemerintahan di Mesir ketika Ayyub sedang berada di Syam. Ayyub mendelegasikan kekuasaannya kepada anaknya yang sudah meninggal, Khalil, dan Syajaruddur secara resmi bertindak atas nama Khalil. [90]vasal [89] [90]

Setelah berhasil mengusir Tentara Salib dari sebagian besar wilayah Syam, Dinasti Ayyubiyah memberlakukan kebijakan perdamaian dengan mereka. Perang melawan Tentara Salib juga sama sekali tidak menghentikan hubungan dagang dengan negara-negara Eropa. Malahan hubungan ekonomi di antara mereka bermanfaat bagi kedua belah pihak, khususnya dalam bidang pertanian dan perdagangan. [108] [108] Bidang Ekonomi

Dinasti Ayyubiyah telah mengambil berbagai tindakan untuk meningkatkan produksi pertanian. Terusan-terusan digali untuk menyediakan irigasi di berbagai wilayah kekaisaran. Pembudidayaan tebu secara resmi didukung untuk memenuhi permintaan yang besar dari penduduk setempat maupun dari bangsa Eropa. Sementara itu, akibat Perang Salib, berbagai jenis tanaman dari wilayah Ayyubiyah menyebar ke Eropa, seperti wijen, tanaman kharub, milet, beras, lemon, melon, aprikot, dan bawang merah. [108]tebuwijenkharubmiletaprikot [108]

Faktor utama yang memperkuat industri dan perdagangan di Dinasti Ayyubiyah adalah ketertarikan bangsa Eropa terhadap barang-barang baru yang mereka temui saat sedang berhubungan dengan kaum Muslim. Komoditas- komoditas tersebut meliputi dupa, wewangian, dan tanaman aromatik dari Arabia dan India, serta jahe, tawas, dan lidah buaya. Bangsa Eropa juga tertarik dengan gaya busana dan perabotan yang baru. Permadani, karpet, dan dewangga yang dibuat di Timur Tengah dan Asia Tengah mulai diperkenalkan di dunia Barat berkat hubungan antara Tentara Salib dengan Ayyubiyah. Para peziarah Kristen yang mengunjungi Yerusalem kembali dengan membawa tempat penyimpanan pusaka buatan Arab. Selain itu, karya-karya seni dari timur yang terbuat dari berbagai macam bahan (seperti kaca, tembikar, emas, atau perak) bernilai tinggi di Eropa. [108]ArabiaIndiatawaslidah buayadewanggaTimur TengahAsia Tengahdunia Barat [108]

Permintaan dari Eropa terhadap produk-produk pertanian dan komoditas-komoditas industri telah menggairahkan perdagangan internasional. Dinasti Ayyubiyah berperan penting dalam hal ini, karena mereka menguasai jalur dagang di Laut Merah yang melewati pelabuhan-pelabuhan di Yaman dan Mesir. [108] Walaupun Dinasti Ayyubiyah bekerja sama dengan Republik Genova dan Venesia di Laut Tengah, kedua negara tersebut tidak dapat mengakses Laut Merah. Oleh sebab itu, Dinasti Ayyubiyah dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan di Samudra Hindia tanpa persaingan kedua negeri pedagang tersebut. Di Laut Tengah, Dinasti Ayyubiyah sangat diuntungkan dari pajak dan komisi yang mereka pungut dari para pedagang Italia. [109]Laut Merah [108]Republik GenovaVenesiaLaut TengahSamudra Hindia [109]

Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, asas- asas dasar kredit dan perbankan mulai dikembangkan. Para pedagang Yahudi dan Italia memiliki agen-agen perbankan di Syam yang melaksanakan transaksi bisnis. Wesel juga digunakan untuk bertransaksi, sementara uang disimpan di bank-bank di Syam. Kegiatan perdagangan dan industri telah memasok dana yang diperlukan oleh sultan-sultan Ayyubiyah untuk memenuhi kebutuhan perbelanjaan militer serta untuk pembangunan. Pada masa kekuasaan al-Adil dan al-Kamil, pemerintah sangat memperhatikan kondisi ekonomi negara. Al-Kamil bahkan sangat ketat dalam mengatur pengeluaran negara; konon saat ia menjemput ajalnya, ia meninggalkan kas yang nilainya setara dengan anggaran setahun penuh. [109]Yahudi [109]

BIDANG PENDIDIKAN Para penguasa Ayyubiyah merupakan orang-orang yang terdidik dan mereka mendukung kegiatan belajar mengajar. Madrasah-madrasah dibangun di wilayah Ayyubiyah tidak hanya untuk mendidik siswa, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam Sunni. Menurut Ibnu Jubayr, kota Damaskus pada masa pemerintahan Salahuddin memiliki 20 madrasah, 100 tempat pemandian, serta biara- biara darwis Sufi dalam jumlah yang besar. Ia juga membangun madrasah-madrasah di Aleppo, Yerusalem, Kairo, Iskandariyah, dan berbagai kota di Hijaz. Banyak pula madrasah yang dibangun oleh para penerusnya. Bahkan istri para penguasa Ayyubiyah, para panglima, dan para bangsawan juga ikut mendirikan dan mendanai sejumlah lembaga pendidikan. [109]Ibnu Jubayrtempat pemandiandarwisSufi [109]

Meskipun para penguasa Ayyubiyah mengikuti mazhab Syafi'i, mereka juga membangun madrasah-madrasah untuk keempat mazhab Sunni. Sebelum Bani Ayyubiyah berkuasa, tidak ada madrasah yang beraliran Hanbali dan Maliki di Syam, tetapi Bani Ayyubiyah kemudian mendirikan sekolah-sekolah khusus untuk mazhab-mazhab tersebut. Pada pertengahan abad ke-13, Ibnu Syaddad mendirikan 40 madrasah Syafi'i, 34 madrasah Hanafi, 10 madrasah Hanbali, dan tiga madrasah Maliki di Damaskus. [110]mazhabSyafi'iIbnu SyaddadHanafi [110]

Setelah Salahuddin menegakkan kembali agama Sunni di Mesir, 10 madrasah didirikan di Kairo pada masa kekuasaannya, ditambah dengan 25 madrasah lainnya pada masa penguasa-penguasa setelah Salahuddin. Madrasah-madrasah tersebut didirikan di tempat yang penting dari segi ekonomi, politik, dan agama, khususnya madrasah yang terletak di al-Fusthath. Sebagian besar dari madrasah-madrasah tersebut merupakan madrasah bermazhab Syafi'i, tetapi ada pula yang mengikuti mazhab Maliki dan Hanafi. Madrasah yang dibangun di dekat makam Imam Asy-Syafi'i terletak bersebelahan dengan pusat peziarahan Sunni. [111]makamImam Asy-Syafi'i [111]

Selain dirintis oleh para penguasa, sejarah mencatat bahwa para pejabat tinggi di Dinasti Ayyubiyah membangun 26 madrasah di Mesir, Yerusalem, dan Damaskus. Rakyat jelata juga mendirikan sekitar 18 madrasah di Mesir, termasuk dua lembaga medis, padahal pembangunan madrasah oleh rakyat jelata merupakan hal yang tidak lazim pada masa itu. Sebagian besar madrasah di Dinasti Ayyubiyah mewajibkan guru dan siswanya untuk tinggal di asrama. Para guru di madrasah tersebut merupakan ahli fikih dan akidah, dan mereka mendapatkan gaji dari madrasah tempat mereka bekerja. Sementara itu, para siswa di madrasah tidak hanya mendapatkan tempat tinggal, tetapi juga memperoleh bimbingan dari guru untuk bidang yang ingin mereka kuasai serta uang saku untuk memenuhi segala kebutuhan. Madrasah dianggap sebagai lembaga yang bergengsi di Dinasti Ayyubiyah. Pada masa itu, orang yang ingin menjadi pejabat di pemerintahan harus lulus dari madrasah terlebih dahulu. [110]akidah [110]

Berkat dukungan yang diberikan oleh Dinasti Ayyubiyah, kegiatan intelektual kembali bangkit di wilayah yang dikuasai oleh Ayyubiyah. Para cendekiawan di Ayyubiyah sangat berminat pada bidang kedokteran, farmakologi (ilmu obat-obatan), dan botani (ilmu tanaman). Salahuddin membangun dua rumah sakit di Kairo yang mengikuti Rumah Sakit Nuri di Damaskus; rumah sakit tersebut tak hanya merawat pasien, tetapi juga menawarkan pendidikan medis. Banyak ilmuwan dan dokter yang telah berkiprah di Mesir, Syam, dan Irak pada zaman Ayyubiyah. Beberapa dari antara mereka adalah Moshe ben Maimon ("Maimonides"), Ibnu Jami, Abdullatif al-Baghdadi, ad- Dakhwar, Rasyidun as-Suri, dan Ibnu al-Baithar. Beberapa cendekiawan mengabdi kepada keluarga penguasa Ayyubiyah secara langsung, dan bahkan ada juga yang menjadi dokter pribadi sultan. [112]farmakologibotaniIrakMoshe ben MaimonIbnu JamiAbdullatif al-Baghdadiad- DakhwarRasyidun as-SuriIbnu al-Baithar [112]

Pencapaian arsitektur terbesar pada zaman Ayyubiyah adalah arsitektur militernya, ditambah dengan pembangunan madrasah-madrasah Sunni untuk memperkuat agama tersebut (khususnya di wilayah Mesir yang sebelumnya didominasi oleh Syiah). Perubahan terbesar yang diberlakukan oleh Salahuddin di Mesir adalah dengan menutup Kairo dan al-Fusthath di dalam tembok kota. [113] Beberapa teknik perbentengan dipelajari dari Tentara Salib, seperti tembok luar yang mengikuti topografi alami. Banyak juga teknik yang diwarisi dari Fatimiyah, seperti makikolasi dan menara bundar, sementara teknik- teknik lainnya dikembangkan sendiri oleh Ayyubiyah, khususnya perencanaan konsentrik. [114] [113]makikolasi [114] ARSITEKTUR

Wanita Muslim (terutama dari keluarga Ayyubiyah), keluarga gubernur setempat, dan keluarga ulama turut serta dalam mengembangkan arsitektur Ayyubiyah. Di Damaskus, wanita menjadi pendukung proyek- proyek arsitektur keagamaan. Berkat dukungan dari mereka, telah dibangun lima belas madrasah, enam khanqah Sufi, dan dua puluh enam lembaga amal dan keagamaan di kota tersebut. Di Aleppo, Madrasah al- Firdaus, yang dikenal sebagai salah satu mahakarya Ayyubiyah di Syam, didukung pembangunannya oleh ratu Dhaifa Khatun. [115]ulamakhanqahMadrasah al- FirdausDhaifa Khatun [115]

Pada September 1183, pembangunan Benteng Kairo dimulai atas perintah dari Salahuddin. Menurut al-Maqrizi, Salahuddin memilih Perbukitan Muqattam sebagai tempat pembangunan benteng tersebut karena udara di sana lebih segar daripada tempat lainnya di Kairo. Namun, pembangunannya tidak semata-mata didasarkan pada udara yang menyegarkan, tetapi untuk keperluan pertahanan. Tembok dan menara di bagian utara benteng tersebut kebanyakan dibangun pada masa kekuasaan Salahuddin dan al-Kamil. [113] Pembangunan benteng tersebut diselesaikan pada masa kepemimpinan Al-Kamil. Ia memperkuat dan memperbesar beberapa menara yang sudah ada, seperti dua menara dari masa kekuasaan Salahuddin (Burg al-Haddad dan Burg al-Ramla) yang diperbesar dengan menutupinya dengan struktur berbentuk setengah lingkaran. Al-Kamil juga menambahkan beberapa menara berbentuk persegi yang berfungsi sebagai menara benteng. Menurut Richard Yeomans, struktur paling menakjubkan yang dibangun oleh al-Kamil adalah sejumlah menara benteng raksasa berbentuk persegi panjang yang berada di tembok utara. [116] Perbentengan yang dibangun oleh al-Kamil memiliki ciri khas berupa batu-batuannya yang tampak menonjol, sementara menara-menara buatan Salahuddin memiliki bebatuan yang terlihat halus. Gaya bebatuan yang menonjol merupakan ciri khas benteng- benteng Ayyubiyah lainnya, seperti yang dapat ditemui pada Benteng Damaskus dan Busra di Syam. [111]Benteng Kairoal-MaqriziPerbukitan Muqattam [113] [116]Benteng DamaskusBusra [111]

Kota Aleppo mengalami perubaan besar pada zaman Ayyubiyah, khususnya pada masa pemerintahan az-Zahir Ghazi. Tembok di kota tersebut mulai dirombak ulang setelah az-Zahir Ghazi merobohkan vallum dari zaman Nuruddin dan membangun ulang tembok utara dan barat laut (tempat yang paling rentan diserang) yang terbentang dari Gerbang Bab al-Jinan hingga Bab an-Nasr. Ia membagi-bagikan tugas pembangunan menara di bagian tembok ini kepada para pangeran dan perwira militernya; nama pangeran yang terkait dengan pembangunan suatu menara ditorehkan di menara tersebut. Kemudian, az-Zahir Ghazi memperluas tembok timur sampai ke arah selatan dan timur, dan tindakan ini menunjukkan keinginannya untuk menggabungkan benteng Qala'at al-Syarif yang sudah lapuk di luar tembok kota Aleppo. [117] Gerbang Bab Qinnasrin dibangun ulang oleh an-Nasir Yusuf pada tahun Gerbang tersebut masih berdiri saat ini dan merupakan salah satu mahakarya arsitektur militer Ayyubiyah. [118] Secara keseluruhan, pembangunan yang diprakarsai oleh Bani Ayyubiyah sangat mengubah wajah kota Aleppo. Bentengnya dibangun ulang, fasilitas penyediaan air diperluas, dan air mancur dan tempat pemandian juga dibangun di jalanan dan berbagai daerah kota. Selain itu, puluhan tempat suci, masjid, madrasah, dan makam dibangun di berbagai tempat di Aleppo. [119]az-Zahir GhazivallumBab al-JinanBab an-Nasr [117]Bab Qinnasrin [118] [119]

Setelah kota Yerusalem berhasil dikuasai oleh Salahuddin, pemerintah Ayyubiyah menggelontorkan dana yang besar untuk membangun rumah, pasar, tempat pemandian umum, dan penginapan untuk para peziarah. Sejumlah pengerjaan juga dilakukan di Al Haram Asy Syarif. [120] Salahuddin memerintahkan agar seluruh tembok dalam dan tiang di Kubah Shakhrah dilapisi dengan pualam, dan ia juga memprakarsai renovasi mosaik di bagian penopang kubah. Mihrab masjid al-Aqsa diperbaiki, dan pada tahun 1217, al-Mu'azzam Isa membangun serambi utara masjid yang dilengkapi dengan tiga gerbang. [121] Kubah Mi'raj juga dibangun, sementara pemugaran dilakukan terhadap kubah- kubah yang berdiri sendiri di Al Haram Asy Syarif. [122]Al Haram Asy Syarif [120]Kubah ShakhrahpualamMihrabmasjid al-Aqsa [121]Kubah Mi'raj [122]

BERAKHIRNYA DINASTI AYYUBIYAH Setelah Salahuddin menjemput ajalnya pada tahun 1193, putra-putranya saling memperebutkan kekuasaan. Pada akhirnya adik Salahuddin yang bernama al- Adil berhasil menjadi sultan pada tahun Semua sultan Ayyubiyah di Mesir pada masa selanjutnya adalah keturunannya. Pada dasawarsa 1230-an, amir-amir (para penguasa kecil) di Syam mencoba memisahkan diri dari Mesir, dan Kesultanan Ayyubiyah pun terpecah hingga Sultan as-Salih Ayyub berhasil menyatukannya kembali dengan menaklukkan sebagian besar wilayah Syam (kecuali Aleppo) pada tahun Pada masa yang sama, dinasti-dinasti Muslim setempat telah mengusir Ayyubiyah dari Yaman, Hijaz, dan sebagian wilayah Mesopotamia. Setelah as-Salih Ayyub tutup usia pada tahun 1249, al- Mu'azzam Turansyah menggantikannya di Mesir. Namun, al-Mu'azzam Turansyah dilengserkan tidak lama kemudian oleh para panglima Mamluk yang sebelumnya berhasil menghalau serangan Tentara Salib ke Delta Nil. Maka kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir pun berakhir.al- Adilas-Salih AyyubAleppoal- Mu'azzam TuransyahMamlukDelta Nil Upaya para amir Syam (yang dipimpin oleh an-Nasir Yusuf dari Aleppo) untuk merebut kembali Mesir juga tidak membuahkan hasil. Pada tahun 1260, bangsa Mongol menjarah Aleppo dan kemudian menaklukkan wilayah-wilayah Ayyubiyah yang tersisa. Kesultanan Mamluk berhasil mengusir bangsa Mongol dan membiarkan seorang penguasa Ayyubiyah berkuasa di Hamat sampai penguasa terakhir wilayah tersebut dilengserkan oleh Mamluk pada tahun 1341.an-Nasir Yusufbangsa Mongolmenjarah AleppoHamat

Walaupun tidak bertahan lama, Dinasti Ayyubiyah telah memajukan ekonomi wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga mendukung para cendekiawan dan mendirikan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang diperlukan oleh mereka, sehingga mereka berhasil membangkitkan kembali kegiatan keilmuwan di dunia Islam. Selain itu, Dinasti Ayyubiyah berupaya memperkuat dominasi Sunni di wilayah mereka dengan mendirikan sejumlah madrasah di kota-kota besar.dunia IslamSunnimadrasah