BEBERAPA MASALAH: SEPELE TAPI PERLU DIKETAHUI Akhmad Jalaludin
KETIKA BERDIRI I’TIDAL, TANGAN BERSEDEKAP ATAUKAH TIDAK?
Dalil-dalil فإذا رفع رأسه استوى حتّى يعود كلّ فقار مكانه Hadis Humayd al-Sa’di, riwayat al-Bukhari dll. فإذا رفع رأسه استوى حتّى يعود كلّ فقار مكانه Hadis Rifa’ah bin Rafi’, riwayat Ahmad dll. فإذا رفعت رأسك فأقم صلبك حتى ترجع العظام إلى مفاصلها Hadis Abu Hamid al-Sa’di, riwayat al-Turmudzi كان رسول الله صلعم إذا قام إلى الصلاة قال سمع الله لمن حمده ورفع يديه واعتدل حتى يرجع كلّ عظم في موضعه معتدلا
Hadis-hadis tersebut sering ditafsirkan dengan “kembali ke posisi semula, yaitu bersedekap”. Padahal sama sekali tidak ada matan hadis yang mengatakan “kembali ke posisi semula” kecuali hanya penafsiran belaka. Bahkan ungkapan dalam hadis-hadis tersebut lebih menunjukkan ke posisi santai (tangan lepas ke bawah, tidak bersedekap)
Dalil-dalil Bersedekap حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن جعفر ثنا شعبة عن عاصم بن كليب عن أبيه عن وائل الحضرمي قال : صليت خلف رسول الله صلى الله عليه و سلم فكبر حين دخل ورفع يديه وحين أراد ان يركع رفع يديه وحين رفع رأسه من الركوع رفع يديه ووضع كفيه وجافى وفرش فخذه اليسرى من اليمنى وأشار بأصبعه السبابة Tapi hadis ini tidak jelas menunjukkan meletakkan tangan di atas dada (bersedekap) ketika ruku’, melainkan lebih menunjukkan meletakkan telapak tangan ketika sujud.
Dalil-dalil Bersedekap حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الله بن الوليد حدثني سفيان عن عاصم بن كليب عن أبيه عن وائل بن حجر قال : رأيت النبي صلى الله عليه و سلم حين كبر رفع يديه حذاء أذنيه ثم حين ركع ثم حين قال سمع الله لمن حمده رفع يديه ورأيته ممسكا يمينه على شماله في الصلاة فلما جلس حلق بالوسطى والإبهام وأشار بالسبابة ووضع يده اليمنى على فخذه اليمنى ووضع يده اليسرى على فخذه اليسرى Hadis ini gharib. Salah seorang rawinya, yakni Abdullah bin al-Walid kontroversial, sebagian besar ahli hadis mengkritiknya, sehingga hadisnya dla’if.
Hadis tersebut juga menyelesihi hadis yang serupa riwayat Ibn Khuzaymah dari jalur lain yang lebih kuat أخبرنا أبو طاهر نا أبو بكر نا هارون بن إسحاق الهمداني قال نا ابن فضيل عن عاصم بن كليب عن أبيه عن وائل ابن حجر قال : كنت فيمن أتى النبي صلى الله عليه و سلم فقلت : لأنظرن إلى صلاة رسول الله كيف يصلي فرأيته حين كبر رفع يديه حتى حاذتا أذنيه ثم ضرب بيمينه على شماله فأمسكها Sangat banyak hadis yang menjelaskan i’tidal tapi tidak ada yang menunjukkan bersedekap
Fatwa Tarjih Karena itu Majlis Tarjih berpendapat bahwa ketika berdiri i’tidal, kedua tangan lurus ke bawah dan tidak bersedekap
DUDUK AKHIR PADA SHALAT DUA RAKA’AT: Tawarruk Ataukah Iftirasy?
Dalil-dalil عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ … وَكَانَ يَقُولُ فِى كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلاَةَ بِالتَّسْلِيمِ. Hadis riwayat Muslim ini menunjukkan bahwa Nabi saw. pada setiap selesai dua rakaat mem- baca tahiyyat dan duduk dengan cara iftirasy
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ … عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ …. قَالَ أَبُوحُمَيْدٍ السَّاعِدِىُّ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم – رَأَيْتُهُ …. إِذَا جَلَسَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى، وَإِذَا جَلَسَ فِى الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِه Hadis riwayat al-Bukhari ini menunjukkan bahwa Nabi duduk pada rakaat kedua dengan cara iftirasy, dan pada rakaat terakhir dengan cara tawarruk. Tapi hadis ini tidak menunjukkan cara duduk pada shalat dua rakaat
قَالَ أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- .....….. حَتَّى إِذَا كَانَتِ السَّجْدَةُ الَّتِى فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ الأَيْسَرِ. قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّى -صلى الله عليه وسلم- Hadis riwayat Abu Dawud, Ahmad dan al- Turmudzi ini menunjukkan bahwa duduk Nabi saw. pada raka’at di mana beliau salam adalah dengan cara tawarruk.
Fatwa Tarjih Hadis pertama seakan-akan menunjukkan bahwa duduk setiap dua rakaat adalah iftirasy, termasuk duduk pada shalat dua rakaat. Hadis kedua menunjukkan bahwa duduk pada raakaat kedua adalah iftirasy, sedangkan duduk pada rakaat terakhir adalah tawarruk. Hadis ini tidak menjelaskan duduk pada shalat yang hanya dua rakaat Hadis ketiga menjelaskan bahwa cara duduk yang di dalamnya ada salam adalah tawarruk
Fatwa tarjih (lanjutan) Majelis Tarjih berpendapat bahwa duduk tahiyyat akhir dalam shalat, baik shalat tersebut berjumlah empat rakaat, tiga rakaat maupun dua rakaat, baik dalam salat wajib maupun sunnah, jika memang pada duduk tersebut diakhiri dengan salam, maka cara duduknya adalah tawarruk. Wallahu a’lam bi al-shawab
JARI TELUNJUK KANAN KETIKA TASYAHHUD: DIAM SAJA ATAUKAH DIGERAK2AN?
Dalil-dalil ثم رفع أصبعه فرأيته يحرّكها يدعو بها Kemudian Nabi saw. mengangkat jari telunjuknya lalu aku melihat beliau menggerak-gerakkannya untuk berdo’a dengannya (HR. al-Nasa’i, Ahmad, al-Darimi dan Ibn Hibban, dari Wa’il bin Hujr). Hadis ini melalui jalur ’Ashim bin Kulayb dari bapaknya dari Wa’il bin Hujr. Hadis ini syadz, kalimat فرأيته يحركها adalah tambahan yang syadz karena hanya ada dalam jalur yang melalui Za’idah bin Qudamah Abu al-Shatl, sedangkan 11 jalur lainnya tidak menyebutkan kalimat tersebut.
Catatan: al-Albani menilai sanad hadis tsb. shahih. Padahal, ketika membahas hadis tentang sujud, al-Albani menilai jalur yang sama dari ’Ashim bin Kulayb dari bapaknya tersebut sebagai dla’if. Di sini tampak inkonsistensi al-Albani. Kata يحرّك tidak mesti berarti menggerak-gerakkan (secara berulang-ulang), tetapi bisa pula menggerakkan (satu kali). Dengan arti kedua ini, maka kata يحرّكها dalam hadis tsb. menjelaskan ttg. menggerakkan jari telunjuk untuk memberi isyarat (menunjuk).
كان يشير بأصبعه إذا دعا ولايحرّكها Nabi saw. memberi isyarat dengan jari telunjuknya ketika berdoa dan tidak menggerak-gerakkannya (HR. Al-Nasa’i dan Abu Dawud dari ‘Abdullah bin Zubayr) Semua ahli hadis sepakat akan kesahihan hadis ini. Catatan: al-Albani menilai kalimat ولايحرّكها sebagai syadz, tetapi dia tidak mampu membuktikan letak syudzudznya. Hal ini menjadi sasaran kritik al-Yamani dalam bukunya al-Bisyarah terhadap buku Shifat al-Shalatnya al-Albani.
Kesimpulan Dengan menggunakan metode tarjih, yang dipegangi dan diamalkan adalah hadis yang kedua (tidak menggerak-gerakkan jari telunjuk). Sedangkan hadis pertama (menggerak-gerakkan jari telunjuk), karena kontroversial dan syadz, maka ditinggalkan dan tidak diamalkan.
ISBAL: HARAM MUTLAK ATAUKAH HARAM BER’ILLAH?
Dalil-dalil Hadis2 tentang isbal sangat banyak jalurnya, sehingga mencapai derajat mutawatir Secara garis besar, hadis2 tsb. dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) hadis2 yang mengharamkan isbal secara mutlak, dan (2) hadis2 yang mengharamkan isbal karena kesombongan
Hadis2 yang Mengharamkan Isbal secara Mutlak عن أبي هريرة رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار ) Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw., beliau berkata: kain yang berada di bawah kedua mata kaki tempatnya adalah neraka (H.R. al-Bukhari)
عن أبي ذر : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم قال فقرأها رسول الله صلى الله عليه و سلم ثلاث مرار قال أبو ذر خابوا وخسروا من هم يا رسول الله ؟ قال المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب Dari Abu Dzar dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tiga orang yang Allah pada hari kiamat tidak berbicara, tidak melihat dan tidak akan membersihkan diri mereka, bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Rasulullah meng-ulang sabdanya tsb. tiga kali. Abu Dzar berkata, “mereka rugi dan hancur, siapa saja mereka wahai Rasulullah?” Rasul bersabda, “Orang yang berisbal, orang yang meng-ungkit-ungkit pemberiannya, dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu (H.R. Muslim)
Hadis2 yang Mengharamkan Isbal karena Kesombongan عن ابن عمر رضي الله عنهما : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا ينظر الله إلى من جر ثوبه خيلاء ) Dari Ibn Umar r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan memperhati-kan orang yang menjulurkan pakaiannya karena sombong” (HR. al-Bukhari).
عن سالم بن عبد الله عن أبيه رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة ) . قال أبو بكر يا رسول الله إن أحد شقي إزاري يسترخي إلا أن أتعاهد ذلك منه ؟ فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( لست ممن يصنعه خيلاء ) Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, dari Nabi saw. beliau bersabda, “Siapa yang menjulurkan pakaian-nya karena sombong, Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat”. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, salah satu sisi kainku memanjang ke bawah kecuali bila aku menariknya ke atas”. Maka Rasul bersabda, “Engkau tidak termasuk yang melakukannya karena sombong.” (HR. al-Bukhari)
عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جر إزاره بطرا ) Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan memperhati- kan pada hari kiamat kepada orang yang menjulurkan kainnya karena sombong”. (HR. al-Bukhari)
مسلم ابن يناق يحدث عن ابن عمر : أنه رأى رجلا يجر إزاره فقال ممن أنت ؟ فانتسب له فإذا رجل من بني ليث فعرفه ابن عمر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم بأذني هاتين يقول ( من جر إزاره لا يريد بذلك إلا المخيلة فإن الله لا ينظر إليه يوم القيامة ) Muslim bin Yunaq bercerita tentang Ibn Umar, bahwa dia melihat seseorang yang menjulurkan kainnya. Lalu Ibn Umar bertanya, “Dari keturunan siapa Engkau?” Lalu orang tsb. menjelaskan nasabnya. Ternyata ia dari Bani Layts, dan Ibn Umar mengenalnya. Dia berkata, “Siapa yang menjulurkan kainnya yang dimaksudkan untuk kesombongan, maka Allah tidak akan memperhatikannya pada hari kiamat”. (HR. al-Bukhari)
عن أبي بكرة رضي الله عنه قال: خسفت الشمس ونحن عند النبي صلى الله عليه و سلم فقام يجر ثوبه مستعجلا حتى أتى المسجد وثاب الناس فصلى ركعتين فجلي عنها ثم أقبل علينا وقال ( إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله فإذا رأيتم منها شيئا فصلوا وادعوا الله حتى يكشفها ) Dari Abu Bakrah ra. Berkata, telah terjadi gerhana matahari dan kami bersama Nabi saw. Maka beliau berdiri (dalam keadaan) menjulurkan kainnya dengan terburu-buru hingga sampai ke masjid, dan orang-orang telah berkumpul. Lalu beliau salat dua rakaat dst…. (HR. al-Bukhari)
عن جابر يعني ابن سليم قال: أتيت النبي صلى الله عليه و سلم وهو محتب بشملة وقد وقع هدبها على قدميه . Dari Jabir, yakni Ibn Sulaim, berkata, “Aku pernah menemui Nabi saw. ketika beliau tertutup badannya dengan mantel, dan juluran mantelnya sampai kedua mata kaki beliau.” (HR. Abu Dawud)
Fatwa Majelis Tarjih Majelis Tarjih berpendapat bahwa karena kedua kelompok hadis di atas menjelas-kan tentang masalah yang sama, maka hadis yang mutlak harus dipahami dengan mengikuti hadis yang muqayyad (humila al-muthlaq ‘ala al-muqayyad). Pemahaman semacam ini sesuai dengan petunjuk dari hadis tentang Abu Bakar, hadis tentang gerhana matahari, dan hadis tentang mantel Rasulullah saw. di atas.
Pakaian adalah masalah adat dan urusan duniawi Pakaian adalah masalah adat dan urusan duniawi. Karena itu, hukumnya dipengaruhi oleh ‘illat. Hadis2 menyebutkan bahwa hukum haramnya isbal adalah kesom-bongan. Maka, jika kesombongan tersebut tidak ada, hukum haram pun tidak ada. Karena termasuk masalah duniawi maka hukum asalnya adalah mubah. Hukum isbal adalah mubah sepanjang tidak didasari motif kesombongan, atau dikhawatirkan dapat terkena najis.
HARI RAYA PADA HARI JUM’AT: SHALAT JUMU’AH TIDAK?
Dalil-dalil Ada beberapa hadits mengenai masalah ini: Ada yang dinilai lemah, karena ada perawinya yang tidak dikenal, yaitu hadits riwayat Ahmad, Abu Daud dan lbnu Majah dari Ilyas bin Abi Ramlah. Ada yang dinilai sebagai hadits mursal, yaitu hadits riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
Tapi ada pula yang sahih: عَنْ وَهْبِ بْنِ كَيْسَانِ قَالَ: اِجْتَمَعَ عِيْدَانِ عَلَى عَهْدِ بْنِ الزُّبَيْرِ، فَأَخَّرَ اْلخُرُوجَ حَتَّى تَعَالَى النَّهَارَ ثُمَّ خَرَجَ فَخَطَبَ، ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى، وَلَمْ يُصَلِّ لِلنَّاسِ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ. فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لاِبْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ أَصَابَ السُّنَّةَ. [رواه السائى وأبو داود] “Dari Wahb bin Kaisan: Telah bertepatan dua hari raya di masa Ibnu Zubair. Dia berlambat-lambat keluar, sehingga matahari meninggi. Di pergi ke mushala lalu berkhutbah, kemudian turun dari mimbar lalu shalat. Dan dia tidak mengadakan shalat Jumat. Lalu saya sampaikan hal itu kepada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata: Perbuatannya itu sesuai dengan sunnah.” [HR. an-Nasai dan Abu Daud]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي اْلعِيدَيْنِ وَفِي اْلجُمْعَةِ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ اْلأَعْلَى وَ هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ اْلغَاشِيَةِ، وَإِذَا اجْتَمَعَ اْلعِيدُ وَاْلجُمْعَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي صَلاَتَيْنِ. [رواه الجماعة إلا البخاري وابن ماجة] “Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir r.a., ia berkata: Nabi saw selalu membaca pada shalat kedua hari raya dan shalat Jumat: sabbihisma rabbikal a'la dan hal ataka haditsul ghasyiyah. Apabila berkumpul hari raya dan Jumat pada satu hari, Nabi saw membaca surat-surat itu di kedua shalat tersebut.” [HR. al-Jamaah kecuali al-Bukhari dan Ibnu Majah]
Hadis kedua menunjukkan bahwa Nabi saw Hadis kedua menunjukkan bahwa Nabi saw. mengadakan shalat jumu’ah walaupun paginya sudah shalat ‘id. Majelis Tarjih berpendapat bahwa keringanan yang disebut pada hadis pertama adalah bagi orang yang sangat jauh dari kota untuk menuju tempat shalat hari raya dan shalat Jumat di kala itu. Jadi, seluruh warga Muhammadiyah hendak-nya tetap melakukan shalat Jumu’ah pada hari raya
Fatwa Majelis Tarjih Hadis kedua menunjukkan bahwa Nabi saw. mengadakan shalat jumu’ah walaupun paginya sudah shalat ‘id. Majelis Tarjih berpendapat bahwa keringanan yang disebut pada hadis pertama adalah bagi orang yang sangat jauh dari kota untuk menuju tempat shalat hari raya dan shalat Jumat di kala itu. Jadi, seluruh warga Muham-madiyah hendak-nya tetap melakukan shalat Jumu’ah pada hari raya
Akhirul kalam Kita melihat bahwa pendapat-pendapat kita didasarkan pada dalil-dalil yang lebih kuat dan penalaran yang lebih lurus. Tapi kita menyadari bahwa kebenaran pendapat-pendapat kita juga tidak bersifat mutlak. Karena itu, kita pegangi pendapat-pendapat kita, tapi kita tidak merasa paling benar, apalagi menganggap pendapat orang lain pasti salah