(PENGARUH USIA PERNIKAHAN Peter C. smith THE IMPACT OF AGE AT MARRIAGE and PROPORTIONS MARRYING ON FERTILITY (PENGARUH USIA PERNIKAHAN dan PROPORSI ORANG YANG MENIKAH terhadap FERTILITAS) (Presented by Sri Isnawati)
Topic 5 6 1 2 3 4 Determinant of Marriage Prevalence Concluding Introduction 2 Areal Variation 3 Marriage and Fertility 4 Determinant of Marriage Timing This is another option for an overview slide. 5 Determinant of Marriage Prevalence 6 Concluding
INTRODUCTION (1) Pernikahan dan institusi rumah tangga sangat penting pada pada menusia sebagai makhluk individu dan sosial Sebagai makhluk individu, pernikahan menandakan kematangan / kedewasaan termasuk kemampuan mempunyai anak Pada level sosial, pernikahan menciptakan keluarga inti baru dan rumah tangga sebagai konsumen, savings, tenaga kerja, dan berperan dalam proses produksi.
INTRODUCTION (2) Tulisan ini memfokuskan pada dua aspek demografi yang secara langsung relevan pada study fertilitas, yaitu variasi dan trend umur perkawinan pertama dan perbedaan kesempatan seseorang untuk memasuki jenjang pernikahan (timing and prevalence of marriage). Yang dimaksud usia perkawinan pertama dititikberatkan pada perempuan. Struktur pernikahan disini yang dimaksudkan adalah persentase wanita yang pernah dan belum pernah menikah menurut umur.
Areal Variation (1) Kebanyakan dokumentasi menyebutkan usia wanita yang siap menikah berkisar antara 15-19 tahun (Henry &Piotrow, 1979) This is another option for an overview slide. Beberapa penulis seperti Bourgeois – pichat (1965) mengidentifikasi beberapa daerah menurut usia pernikahan : Usia pernikahan dini terdapat di daerah Sub Sahara Afrika Usia pernikahan sedang di Afrika Utara, Asia dan Amerika Latin Usia pernikahan tua di Eropa 5 5
Areal Variation (2) Pada Abad 18-19 saat Revolusi Industri usia perkawinan pertama pada wanita relatif lebih muda sehingga terjadi pertumbuhan penduduk yang cepat This is another option for an overview slide. Trend di Less Developed Country (LDCs) 1.Di beberapa negara kurang berkembang, seperti di timur tengah dan afrika utara menunjukkan bahwa rata usia perkawinan pertama tergolong muda (P. Smith 1980) 2.Sedangkan di Korea, rata-rata usia perkawinan pertamanya relatif lebih tinggi 2-3 tahun (Coale, 1979) 5 5
MARRIAGE AND FERTILITY (1) Peningkatan rata-rata usia pernikahan dan jumlah wanita yang masih lajang berhubungan erat dengan penurunan fertilitas. Wanita yang menunda perkawinannya akan mempunyai rata-rata jumlah anak yang lebih sedikit
MARRIAGE AND FERTILITY (2) Sistem norma di masyarakat juga berpengaruh terhadap penundaan perkawinan. Jika hukuman sosial terhadap orang yang tidak mempunyai anak sangat rendah, maka semakin banyak orang yang akan menunda perkawinan Jika ada keprihatinan terhadap kematian bayi yang tinggi (natural fertility rendah) maka akan memotivasi untuk menikah lebih awal (Mosk, 1981 on Japan)
Hubungan marriage and fertility secara Agregate Late Marriage Low Birth Rate Jika ada 80 % kelompok wanita single usia 15-19 maka CBR ada di bawah 35 /1000 kelahiran (Mauldin and Barelson, 1978)
Hubungan marriage and fertility secara Individu (1) Menunda perkawinan akan meningkatkan peluang untuk tidak menikah dan dengan demikian dapat mengurangi fertilitas Semakin tua umur pernikahan, frekuensi intercourse akan semakin jarang (meskipun hanya ada sedikit bukti pendukung) Ada hubungan yang erat antara lamanya seseorang dalam sebuah pernikahan dengan kesuburan (P. Smith 1982 on Indonesia n Phil)
Hubungan marriage and fertility secara Individu (2) Early Marriage biasanya dihubungkan dengan tingginya angka perceraian, apalagi jika jarak umur pasangan berbeda jauh (Moore and Waite, 1981) Late marriage dihubungkan dengan waktu menyusui yang lebih pendek (Coale, 1979)
DETERMINANT OF MARRIAGE TIMING 1 DemographiC 2 Socioeconomic 3 Urbanization and Urban residence 4 Education This is another option for an overview slide. 5 Labor Market
1. Demographic Penduduk sebagai sistem sosial-ekonomi tergantung pada timbal balik secara biologis, untuk menahan angka pertumbuhan penduduk mendekati nol dan untuk menjaga standar hidup Pengaruh Sex ratio terhadap pola perkawinan : jika ada ketidakseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan yang signifikan, maka akan mempengaruhi pola perkawinan (pola menurun)
2. Socioeconomic Keluarga sering mengambil alih keputusan dalam pernikahan Penundaan perkawinan yang berhubungan dengan tingginya biaya pernikahan dan biasanya berhubungan dengan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan dana Bagi laki-laki, sering terjadi late marriage karena dilegalkannya prostitusi Bagi perempuan, late marriage terjadi karena ingin mendapatkan pasangan yang mapan secara ekonomi
3. Urbanization and Urban residence Pada abad 19, di Eropa, rata-rata umur perkawinan pertama di daerah urban lebih rendah daripada di daerah rural Jarak umur pasangan lebih kecil di urban daripada rural
4. Education Rata-rata perbedaan dalam usia pernikahan diantara mereka yang tidak pernah mengecap bangku sekolah dengan mereka yang berpendidikan tinggi, kadang-kadang sebesar 6 tahun atau lebih, artinya lebih cepat menikah bagi seseorang yang memiliki pendidikan yang rendah. Pendidikan berpengaruh pada kaum perempuan dalam mempersiapkan pernikahan secara matang
5. Labor Market Opportunity cost of marriage terutama bagi wanita berarti kehilangan kesempatan bekerja karena menikah. Industrialisasi juga berhubungan dengan later marriage (penundaan perkawinan). Pertisipasi angkatan kerja untuk wanita yang belum menikah relatif lebih tinggi dibanding wanita yang sudah menikah pada tingkat kelompok umur yang sama (UN, 1962). Kesempatan kerja bagi wanita membuatnya menunda untuk menikah.
DETERMINANT OF MARRIAGE PREVALECE Ketika banyak orang yang menunda pernikahan, maka angka prevalensi terhadap pernikahan rendah. Hajnal, 1965 menyimpulkan bahwa modernisasi mengurangi orang yang hidup tanpa menikah (selibat).
Dixon (1979, 1978) memberikan empat alasan eksplisit yang menjelaskan hubungan antara umur pertama menikah dengan prevalensi pernikahan. Kelayakan ekonomi dianggap penting dalam sistem keluarga, dan perkawinan diharapkan sebagai awal untuk mencapai kelayakan ekonomi tersebut. Keadaan di mana pernikahan sangat diinginkan (sebagian karena tidak adanya alternatif sosial atau ekonomi yang menarik terutama untuk perempuan ) maka prevalensi perkawinan menjadi tinggi. ketika jumlah lawan jenis sangat terbatas dalam waktu yang lama, maka prevalensi pernikahan menjadi sangat rendah ketika keputusan pernikahan dikendalikan oleh orang tua, maka prevalensi pernikahan menjadi lebih tinggi.
Conclution Peningkatan rata-rata usia pernikahan dan jumlah wanita yang masih lajang berhubungan erat dengan penurunan fertilitas. (Late Marriage Low Birth Rate) Determinant of Marriage Timing : Demografi, Sosial ekonomi, Urbanisasi, Pendidikan, dan Pasar tenaga Kerja Ketika banyak orang yang menunda pernikahan, maka a prevalensi terhadap pernikahan rendah