KRISTUS DAN TRADISI KEAGAMAAN Lesson 3 for April 19, 2014 KRISTUS DAN TRADISI KEAGAMAAN
ORANG FARISI: PEMELIHARA HUKUM Siapakah orang Farisi? “Sekte agama konservatif atau kelompok agama Yahudi pada masa intertestamental (masa antara PL dan PB) dan Perjanjian Baru. Tampaknya secara pasti bahwa mereka adalah penerus dari Hasidim (Chasidim atau Assideans), ‘yang saleh.’” (SDA Bible Dictionary) Orang-orang Farisi menolak untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan Yunani yang berlawanan dengan Hukum Musa. Mereka mendukung revolusi Makabe melawan Yunani. Mereka dengan cepat menjadi standar moral dari orang Yahudi.
AHLI TAURAT: MENGAJAR HUKUM Mereka disebut sebagai kelompok yang lain dari bangsa Yahudi (Mat 23:2), namun mereka adalah orang-orang Farisi yang ditugaskan untuk misi khusus, menafsirkan hukum. Ahli Taurat yang paling terkenal adalah Hillel dan Shammai (yang hidup pada masa Herodes Agung) dan Gamaliel (guru Paulus) Mereka biasanya disebut sebagai "Rabi" (guruku)
KEKUATAN DAN KELEMAHAN DARI AHLI TAURAT DAN ORANG FARISI Kekuatan orang Farisi akhirnya menjadi kelemahan terburuk mereka. “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu…” (Matius 23:2-3) Mereka adalah pemelihara hukum yang tekun. Mereka mempelajari hukum untuk mengajarkannya kepada orang-orang. Mereka mencoba untuk hidup sesuai dengan hukum. KEKUATAN “…tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Matius 23:2-3) Mereka adalah orang-orang munafik. Ketekunan mereka terhadap hukum secara bertahap hanya menjadi tampilan luar saja. Mereka menunjukkan sikap tampilan luar hanya untuk dipuji oleh manusia. Mereka adalah "kuburan yang dilabur putih." (Matius 23:27) KELEMAHAN
KEKUATAN DAN KELEMAHAN DARI AHLI TAURAT DAN ORANG FARISI Kekuatan orang Farisi akhirnya menjadi kelemahan terburuk mereka. “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu…” (Matius 23:2-3) Mereka mengajar orang banyak. Para Rabi menggunakan contoh-contoh untuk mengajarkan bagaimana untuk tidak melanggar 613 aturan dalam hukum Musa. KEKUATAN “…tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Matius 23:2-3) Mereka menggantikan hukum Musa. Contoh-contoh yang membantu mereka untuk memelihara hukum agung tersebut menjadi lebih penting daripada hukum itu. Misalnya, hukum "Korban" diperbolehkan untuk berhenti menghormati orang tua seseorang (Mat 15:3-6) KELEMAHAN
TRADISI PARA PENATUA “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” (Matius 15:2) Adalah hal yang baik untuk mencuci tangan sebelum makan, tetapi tidak ada hukum Ilahi yang menuntut hal itu. “Membasuh tangan seseorang” dalam ayat ini merupakan upacara yang ketat. Mereka berpikir bahwa mereka harus menyucikan diri kalau-kalau mereka telah menyentuh sesuatu yang najis. Jika tidak ada air, seseorang bisa meniru membuat gerakan ritual membasuh tangan. Itu adalah suatu tindakan “membasuh tangan / wudhu kering” yang sah. Yesus menghadapkan tradisi itu karena Dia ingin kita untuk memelihara roh yang benar dalam hati kita, dan bukan untuk mencari penampilan agama belaka.
“Mereka membawa begitu jauh peraturan tentang makan dan minum sehingga pikiran tetap pada sesuatu yang dipaksakan secara terus-menerus untuk membedakan antara apa yang dianggap haram dan halal, dan membawa orang banyak terhadap perintah yang dibebankan atau dipaksakan oleh para imam. Air tersebut telah disaring, jangan sampai kehadiran setitik noda atau serangga terkecil bisa membuat air tersebut najis, sehingga air itu tidak layak untuk digunakan. Demikianlah orang-orang tersebut tetap di dalam rasa takut yang terus-menerus terhadap melanggar ada istiadat dan tradisi yang diajarkan kepada mereka sebagai bagian dari hukum; dan hidup dibuat menjadi sebuah beban dengan upacara dan larangan-larangan ini. Dengan bentuk dari rentetan yang tak berujung, orang-orang Farisi menetapkan pikiran orang banyak pada pelayanan yang tampak secara luar, untuk mengabaikan agama yang benar. Mereka gagal untuk menghubungkan pikiran Kristus dengan upacara mereka; dan, setelah meninggalkan sumber air hidup, mereka membentuk bagi diri mereka sendiri sumur rusak yang tidak dapat menampung air.” EGW (The Signs of the Times, June 9, 1887)
TRADISI DAN HUKUM “Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.” (Markus 7:9) Yesus ditanya tentang melanggar adat istiadat nenek moyang. Dia menjawab dengan menetapkan prioritas. Pertama, hukum Ilahi; kemudian, tradisi penatua. Hukum Ilahi: “Hormatilah ayahmu dan ibumu.” (Kel 20:12; 21:17) Tradisi: “Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.”
“Hukum Allah mewajibkan bahwa seorang anak harus menghormati orang tuanya, dan menyediakan kebutuhan mereka, dan dengan lemah lembut merawat mereka ketika mereka sudah tua. Tapi guru-guru palsu mengajarkan bahwa adalah jauh lebih penting bagi anak-anak untuk mengabdikan harta miliki mereka dengan bernazar terhadap pelayanan bait suci. Kemudian ketika orang tua memohon pada anak-anak mereka mengenai bantuan, mereka dapat mengatakan, "Ini adalah korban, dikhususkan untuk Allah." Mereka mengajarkan bahwa itu adalah pelanggaran untuk menarik kembali harta milik yang diberikan ke bait suci dan menggunakan harta itu untuk kebutuhan orang tua. Ketika sumpah seperti itu dibuat, itu dianggap suci; itu harus dipenuhi; untuk, kata mereka, bukankah Allah menyatakan, "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu."? Demikianlah di bawah sebuah kemiripan dari kesalehan, guru-guru ini membebaskan orang muda dari kewajiban perintah kelima. ” EGW (The Signs of the Times, January 3, 1900)
MENJADI LEBIH BENAR DARI PADA ORANG FARISI “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 5:20) Kebenaran orang Farisi dibangun di atas usaha sendiri dan perilaku tampilan luar. Mereka mencoba untuk menjaga hukum secara tepat. Kebenaran Yesus berusaha melampaui usaha sendiri, perilaku tampilan luar atau memelihara hukum secara tepat. Hal ini menuntut perubahan batin, penurutan yang penuh dengan kasih. “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat- Ku.” (Yeremia 31:33)
“Sebuah agama yang menekankan hukum tidak cukup untuk membawa jiwa ke dalam keselarasan dengan Tuhan. Keras, sifat ortodoks orang Farisi yang kaku, miskin terhadap penyesalan, kelembutan hati, atau kasih, itu hanya suatu batu sandungan bagi orang-orang berdosa. Mereka seperti garam yang telah kehilangan rasanya; karena pengaruh mereka tidak memiliki kuasa untuk memelihara dunia dari kehancuran. Satu-satunya iman yang benar adalah yang mana “bekerja oleh kasih” (Galatia 5:6) untuk memurnikan jiwa. Hal ini seperti ragi yang mengubah karakter. ” EGW (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 53)