LANDASAN PENDIDIKAN
Landasan pendidikan Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertantu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Pendidikan yang diharapkan mengusahakan pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara indonesia
Landasan – Landasan Pendidikan akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia indonesia dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa di antara landasan pendidikan tersebut adalah Landasan filosofis, sosiologi, kultural, psikologis dan iptek
Landasan filosofis Ladasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah) Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi kehidupan dan dunia.
Penggunaan istilah filsafat dalam 2 pendekatan Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistimologi (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tenang indah dan jelek), metafisika (tentang hakekat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri) serta sosial dan politik (filsafat pemerintah).
Landasan filosofis terhadap pendidikan Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pandidikan, yang mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat
Landasan psikologis psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Fokus psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar
Hakekat manusia ditinjau dari segi psikologi Strategi disposisional pandangan konstitusional dari kratschmer dan sheldon ,memberikan tekanan pada peranan faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Strategi behavorial dan strategi phenomanologis ditekankan peranan faktor belajar dalam perkembangan tersebut, akan tetapi mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi.
psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan.
Landasan Paendagogik
Landasan sosiologis Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Banyaknya realitas sosial lahirlah berbagai cabang sosiologi 1. Sosiologi kebudayaan 2. Sosiologi ekonomi 3. Sosiologi agama 4. Sosiologi pendidikan
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan 2 generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri . Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat kegiatan sosiologi semakin inensif Perhatin sosiologi semakin meningkat sehingga lahirlah cabang sosiologi pendidikan
Landasan sosial kultural Kata kultural berasal dari bahasa inggris yaitu culture , sedangkan jika dikaji secara mendalam kultur memiliki arti yaitu budaya. Kata budaya ini bersal dari kata sangsakerta yaitu budaya , budaya itu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal). Jadi landasan sosial kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa.
Kultur yang terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi : Kultur dapat dipahami sebagai stategi manusia dalam menghadapi lingkungannya Kultur merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kultur dari satu pihak mengondisikan suatu sistem sosial. Dalam arti ikut serta mementuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Transformasi kultur Usaha untuk melakukan perubahan- perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuk pola tingkah laku,nilai-nilai,dan norma- norma baru yang sesuai dengan tuntutan masyarakat .
Makna landasan sosial kultural Landasan sosial kultural memiliki makna bahwa suatu hasil interaksi masyarakat yang telah melekat dan saling terkait erat dan memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya dalam pola pendidikn suatu masyarakat.
Sistem pendidikan nasional Dalam undang-undang Repubik indonesia No.2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945 kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis seiringdengan semkin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhineka Tunggal Ika.
Landasan iptek Pendidikan serta ilmu pengetahuan (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek . perkembangan iptek harus segera diakomodasikan oleh pendidikan , yaitu dengan segera memasukan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran . pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang iptek, terutama ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosologi, dan antropologi).
Pengembangan dan pemanfaatan ipek Pengembangan dan pemanfaatan ipek ditempuh dalam rangkaian kegiatan, seperti: 1. Penelitan dasar 2. Penelitian terapan 3. Pengembangan teknologi 4. Penerapan teknologi 5. evaluasi etis-politis-religius 6. Kemampuan 7. sikap ilmiah
Rangkaian kegiatan tersebut secara serentak akan meletakan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek di kemudian hari
AZAS-AZAS PENDIDIKAN Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan Khusus di Indonesia, beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar
Asas tut wuri handayani Asas Tut Wuri Handayani, yang kini menjadi semboyan DEPDIKBUD pada awalnya merupakan salah satu dari asas 1992 yakni tujuan buah asas dari perguruan Nasional Taman Siswa Semboyan Tut Wuri Handayani dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso
Kesatuan asas Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan, menjadi contoh) Ing Madya Mangun Karso (jika ditengah- tengah, membangkitkan kehendak , hasrat atau motivasi), dan Tut Wuri Handayani (jika dibelakang, mengikuti dengan awas)
Asas belajar sepanjang hayat Belajar sepanjang hayat (life-long learning) dan pendidikan sepanjang hayat di dalam kehidupan manusia disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan (educational needs) yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang alur kehidupan manusia
prinsip-prinsip pendidikan Pendidikan berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana. Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dimiliki. Pendidikan memiliki tujuan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan kegiatan belajar. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia. Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah serta dapat menerima pengaruh dari pendidikan sekolah.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat untuk perubahan dan tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dari dirinya sendiridengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Asas kemandirian dalam belajar Baik asas Tut Wuri Handayani maupun Belajar Sepanjang Hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. asas belajar sepanjang hayat dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain.
kegiatan belajar dalam mengembangkan kemandirian belajar melalui modul, Belajar melalui paket belajar, Pengajaran berprogram, belajar siswa aktif (CBSA) pendekatan yang memberi peluang , karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar- mengajar di sekolah,
pengertian belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan Abdullah Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri mengintegrasikan self-management ( manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis; Garrison). Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison).
Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya (Lyman; Morrow, Sharkey, & Firestone). Belajar Mandiri “ironisnya” justru sangat kolaboratif. Siswa bekerja sama dengan para guru dan siswa lainnya di dalam kelas (Bolhuis; Corno; Leal). Belajar Mandiri mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Upaya untuk menghilangkan pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan permasalahan hidup sehari-hari di dunia nyata (Bolhuis; Temple & Rodero).
Pengertian belajar mandiri menurut haris mujiman Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya – baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar – dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
Pengertian mandiri Berdasarkan paparan para ahli usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Self-directed learning adalah kegiatan belajar mandiri siswa mandiri (self-directed learners)adalah orang yang melakukan kegiatan belajar mandiri Abdullah, M.H (2001) dalam ERIC digest No. 169 mengatakan self-directed learners adalah sebagai “para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri”. self-management ( manajemen konteks termasuk latar belakang social, menentukan, sumber daya dan tindakan) dengan yang self-monitoring ( proses siswa dalam memonitor, mengevaluasi, dan mengatur strategi belajarnya).