Ekstraksi dengan Pelarut
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing- masing bagian bahan terhadap pelarut yang digunakan
Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu: Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat
Pelarut organik yang biasa digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak, seperti alkohol dan aseton.
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu Ekstraksi tunggal yaitu dengan mencampurkan bahan yang akan diekstrak dihubungkan satu kali dengan pelarut. Disini sebagian dari zat yang akan diolah akan larut dalam bahan pelarut sampai tercapai suatu keseimbangan. Metode ekstraksi tunggal mempunyai kekurangan yaitu rendemennya rendah.
B. Ekstraksi multi tahap, bahan yang akan diekstrak dihubungkan beberapa kali dengan bahan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama besar. Setelah melalui beberapa kali pencampuran dan pemisahan maka didapatkan ekstrak dengan rendemen yang lebih tinggi daripada ekstraksi tunggal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Ekstraksi Ukuran Bahan Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak dan mempercepat waktu ekstraksi. Suhu Ekstraksi Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi untuk beberapa komoditas dapat menimbulkan kerusakan. Ekstraksi baik dilakukan pada kisaran suhu 30-50 oC
Pelarut Jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor penting dalam ekstraksi.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini : a. Selektifitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. b. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). c. Kemampuan untuk tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya secara terbatas larut dalam bahan ekstraksi.
d. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. e. Reaktifitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen- komponen bahan ekstraksi. f. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat.
Kriteria yang lain Pelarut sedapat mungkin harus murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara termis
Contoh Ekstraksi dengan pelarut : Ekstraksi Oleoresin secara Multi Tahap Ekstraksi oleoresin merupakan ekstraksi padatan-cairan yang melalui tahapan- tahapan sebagai berikut : Ekstraksi diawali dengan pindahnya pelarut kebagian permukaan solid, pelarut akan melarutkan solut dan membentuk senyawa atau larutan campuran. Larutan campuran tersebut akan bergerak menuju permukaan bahan dan kemudian keluar
Ekstraksi multi tahap adalah menghubungkan bahan yang akan diekstrak dengan bahan pelarut baru beberapa kali dengan jumlah besar. Campuran bahan yang akan diekstrak dengan pelarut dilakukan pengadukan secara intensif dalam suatu instalasi aduk, dengan adanya pengadukan kontak antara pelarut dengan bahan utama lebih lama sehingga daya larutnya lebih besar.
Penyaringan Hasil ekstraksi umumnya masih mengandung bahan ikutan lain yang terdapat dalam residu. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan antara filtrat dan residu karena dalam filtrat tersebut komponen oleoresin yang diinginkan. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan penyaring vakum untuk mempercepat proses penyaringan dan juga supaya pelarut tidak menguap
Evaporasi Pelarut yang masih terdapat dalam filtrat harus diuapkan dengan metode evaporasi untuk mendapat oleoresin. Penguapan pelarut oleoresin lada hitam dilakukan dalam keadaan vakum menggunakan rotary vacuum evaporator. Pemekatan dilakukan sampai tidak ada pelarut yang menguap, masing- masing perlakuan mempunyai waktu penguapan yang berbeda, tergantung jumlah pelarut yang digunakan
Campuran antara oleoresin dan pelarut dipisahkan dengan cara penyulingan pada titik uap pelarut. Jika dipergunakan heksan maka penyulingan dilakukan pada suhu + 40ºC dan + 65ºC jika digunakan etanol 96%
Terima kasih...