KRISTUS DAN HUKUM DALAM KHOTBAH DI ATAS BUKIT Lesson 4 for April 26, 2014
Pentingnya Hukum (Mat 5:17-20) Pembunuhan dan Amarah (Mat 5:21-26) Yesus berbicara tentang hukum dalam Khotbah di atas Bukit. Ada bagian yang lengkap dalam pasal ini (Matius 5:17-48) Pentingnya Hukum (Mat 5:17-20) Pembunuhan dan Amarah (Mat 5:21-26) Perzinahan dan Perceraian (Mat 5:27-32) Sumpah (Mat 5:33-37) Pembalasan dan mengasihi musuhmu (Mat 5:38-48)
Tittle => e.g. the dot above “shin” Jot => yod Tittle => e.g. the dot above “shin” PENTINGNYA HUKUM “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”(Matius 5:18) Apa yang Yesus maksud dengan “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:19) Dia yang memberi Hukum kepada bangsa Israel juga menegaskan hal itu. Dia menyatakan bahwa Hukum atau Perintah di Sinai masih berlaku bagi para pengikut-Nya saat ini. Jika seseorang mencoba untuk mencabut hukum tersebut, ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
PEMBUNUHAN DAN AMARAH “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Matius 5:22) Mengapa Yesus mengatakan bahwa marah adalah setara dengan membunuh seseorang? (lihat Imamat 19:17) “Roh yang membenci dan mendendam berasal dari Setan, dan itulah yang membunuh Anak Allah. Barang siapa menyayangi kedengkian atau ketidakbaikan adalah menyayangi roh yang sama, dan buahnya adalah kematian.” E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 51) Apakah amarah bertentangan dalam penyembahan kepada Tuhan? (lihat Matius 5:23-24)
PERZINAHAN DAN PERCERAIAN “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:28) Apa perbedaan antara pikiran yang penuh dosa dan perbuatan dosa? Bagaimana kita bisa memahami kalimat ini, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu,” (Matius 5:29)? Yesus menasehatkan kita untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan untuk menghentikan kecenderungan berbuat dosa jika kita ingin masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Misalnya, menemukan rute yang berbeda untuk bekerja, atau mengakhiri hubungan berdosa. Keuntungan dalam hidup kekal melampaui kenikmatan nafsu yang bersifat sementara.
SUMPAH “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah… Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius5:34,37) Apa hubungan antara “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya” dan “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku” (Imamat 19:11-12)? Apa maksud dari kalimat ini, “Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat?” “Sebuah pandangan sepintas lalu, sebuah kata, bahkan nada suara, bisa berhubungan dengan kepalsuan. Bahkan kenyataan-kenyataan bisa dinyatakan dengan maksud untuk menyampaikan suatu kesan palsu. Dan “apa yang yang lebih daripada kebenaran, “berasal dari si jahat.”” JANGANLAH BERDUSTA E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 68)
E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 66) “Orang-orang Yahudi memahami hukum ketiga yang melarang penggunaan nama Allah dengan sia-sia; tetapi mereka pikir bebas mereka menggunakan sumpah-sumpah lain. Bersumpah biasa bagi mereka. Melalui Musa mereka dilarang bersumpah palsu, tetapi mereka mempunyai banyak muslihat untuk membebaskan mereka dari kewajiban yang dikenakan oleh sumpah. Mereka tidak takut melakukan sumpah-serapah sebenarnya, juga tidak enggan bersumpah palsu selama itu diselubungi dengan suatu trik teknis hukum untuk mengelak. Yesus menyalahkan kebiasaan-kebiasaan mereka, menyatakan bahwa adat mereka yang mengambil sumpah adalah suatu pelanggaran hukum Allah. Namun, Juruselamat kita tidak melarang penggunaan sumpah pengadilan, dimana Allah dipanggil dengan khidmat untuk menyaksikan bahwa apa yang dikatakan adalah kebenaran, tak lebih hanya kebenaran saja. Yesus sendiri, ketika diperiksa pada pengadilan di hadapan Sanhedrin, tidak menolak untuk memberikan kesaksian dengan sumpah.” E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 66)
PEMBALASAN DAN MENGASIHI MUSUHMU “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:39) Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kasihilah musuhmu. Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Berbuat baiklah kepada orang yang membencimu. Berdoalah bagi orang yang dendam dan menganiaya engkau. Yesus tidak bertentangan dengan dirinya sendiri. Mengapa Dia mengatakan kepada Musa bahwa kita harus membalas (“Mata ganti mata” Kel 21:24) dan kemudian Dia mengatakan kepada kita bahwa kita harus memberikan pipi yang lain? Apakah Anda memenuhi apa yang Yesus perintahkan dalam Matius 5:39-44?
E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 77) “Orang-orang Yahudi telah bekerja keras untuk mencapai kesempurnaan dengan upaya mereka sendiri, dan mereka telah gagal. Kristus telah mengatakan kepada mereka bahwa kebenaran mereka tidak akan pernah masuk kerajaan surga. Sekarang Dia tunjukkan kepada mereka tabiat kebenaran yang akan dimiliki semua orang yang masuk surga. Di seluruh Khotbah di Atas Bukit Dia melukiskan buah-buahnya, dan kini dengan satu kalimat Dia menunjukkan sumber dan sifatnya. Jadilah sempurna sebagaimana Allah sempurna. Hukum itu adalah suatu catatan dari tabiat Allah. Lihatlah dalam Bapamu yang di surga suatu manifestasi prinsip-prinsip yang sempurna yang merupakan fondasi pemerintahan-Nya.” E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 77)