Assalamualaikum Wr.Wb. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Kesenian Mamanda Oleh M. Hery Asari, S.Pd
Latar Belakang Mamanda merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat Kalimantan Selatan yang tumbuh dan berkembang di daerah Kalimantan Selatan. Menurut Shahab (2004:9) mamanda merupakan kesenian Kalimantan Selatan yang sedang sekarat menghadapi kematiannya. Pada saat ini bentuk-bentuk kesenian tradisional tidak lagi menarik bagi masyarakatnya, dianggap ketinggalan zaman sehingga banyak anak muda yang enggan belajar mamanda. Keengganan para kawula muda di sebabkan oleh rasa malu karena tidak mengikuti perkembangan kesenian modern. Kerugian jika masalah ini dibiarkan maka kesenian mamanda dikhawatirkan tidak ada lagi generasi penerus yang kenal dan meneruskan kesenian ini. Keuntungan apabila masalah tersebut diteliti maka dapat diketahui berbagai fungsi kesenian mamanda dan bahkan dapat dikembangkan untuk generasi berikutnya.
Menurut Soebely (2002:16), kesenian akan terus eksis jika kesenian itu masih berfungsi dalam masyarakat, memiliki komunitas atau persatuan yang masih menjalankannya, masih ada yang gemar menyaksikan pertunjukan tersebut, dan masih mendapatkan perhatian pemerintah dalam mempertahankan kesenian tersebut.
Pembahasan 1. Fungsi Kesenian Mamanda. Dari beberapa pamandaan menyebutkan bahwa fungsi utama kesenian mamanda ini adalah sebagai hiburan, media informasi dan pembawa pesan pembangunan. 2. Keberadaan peminat dan kelompok Kesenian Mamanda Di antara 12 grup kesenian mamanda yang pernah ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, kini hanya di Desa Karang Jawa ini lah yang mampu bertahan dalam mengikuti perkembangan zaman. Kesenian mamanda pada masa lalu dan kesenian mamanda masa sekarang terdapat perubahan dalam penyajiannya.
Penonton tidak membeli tiket Masa lalu Terdapat 12 grup mamanda Hampir seminggu sekali Durasi pertunjukan hingga 6 jam Penonton membeli tiket Alat musik panting dan tatabuhan Sekarang Tertinggal 1 grup Jarang ditampilkan Durasi kurang dari 2jam Penonton tidak membeli tiket Alat musik dilengkapi dengan alat elektron
Di zaman dahulu belajar kesenian mamanda tidak lepas diajarkan secara turun-temurun, akan tetapi sekarang belajar mamanda tidak dipengaruhi oleh unsur keturunan atau ikatan darah, Mementaskan pertunjukan mamanda terbagi menjadi dua cara, pertama digelar langsung di atas tanah tanpa membedakan tempat pemain dengan penontonnya hanya saja daerah pementasan dikelilingi dengan janur untuk memberikan ruang lingkup yang lebih leluasa bagi pemain, kedua pertunjukan mamanda dipentaskan di atas panggung yang berhadapan dengan posisi penontonnya.
Asal usul mamanda di desa Karang Jawa Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah pengaruh dari kesenian Riau yang dibawa ke Kandangan sekitar tahun 1930an pada waktu penjajahan Belanda. Hal ini diperkuat dengan pendapat Soebely (2002:21) yang menyatakan bahwa pada tahun 1930-an Suhabu dan H. Madar kembali pulang ke kampong halaman mereka, Karang Jawa dan membawa oleh-oleh kesenian dari daerah Tembilahan yang istana sentries, diselingi tarian, nyanyian dan lawakan, kemudian dicoba dan dipadu dengan kesenian lain yang hidup di Karang Jawa.
3. Strategi adaptasi dan inovasi yang dikembangkan agar Kesenian Mamanda tetap diminati generasi muda Di antara beberapa hal yang membuat mamanda menarik dan digemari oleh masyarakatnya adalah dari - kelucuannya yang memiliki selera humor yang mudah dicerna oleh masyarakat. - ada adegan yang menegangkan dalam adegan perkelahian yang membuat gugup dan tegang. - adegan drama percintaan. -tarian, japin, dan madihinpun juga menambah daya tarik tersendiri dalam pertunjukan sehingga membuat kesenian mamanda digemari dan masih dicintai oleh masyarakat. Inovasi yang diberikan diantaranya adalah musik instrument pengiring pertunjukan yang semakin dilengkapi yang sebelumnya hanya berupa babun, panting, agung, dan suling, sekarang sudah dilengkapi dengan biola kordion dan organ. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan mamanda menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Banjar. Hal ini disebabkan untuk lebih mudahnya penonton mencerna isi atau makna dalam cerita, sebab kalau dipakai bahasa Indonesia saja maka masyarakat desa akan kesulitan memahami isi ceritanya.
Pakaian yang digunakan dalam pertunjukan mamanda menggunakan pakaian khusus yang menggambarkan perannya masing-masing. Contohnya peran seorang raja menggunakan baju raja dan peran rakyat jelata menggunakan pakaian gembel agar memberikan mimik yang jelas terhadap peran-peran yang dimainkannya.
Kesimpulan Mamanda adalah sebuah seni pertunjukan rakyat yang sifatnya tradisional. Selain berfungsi sebagai hiburan mamanda juga berfungsi sebagai media informasi bagi masyarakat diantaranya di bidang agama, sosial, politik, dan lain-lain. Mamanda juga berfungsi sebagai pembawa pesan-pesan pembangunan. Selain fungsi di atas, di zaman dahulu mamanda dijadikan sebagai sarana komunikasi masyarakat untuk berhubungan dengan Belanda yang menjajah di masa itu. Mamanda juga sebagai fasilitator bagi masyarakat untuk bisa berkumpul dan mengatur siasat pemberontakan untuk melawan kekuasaan Belanda. Jarang terlihatnya pertunjukan mamanda disebabkan oleh menghilangnya grup-grup kesenian mamanda , Hal ini dikarenakan ketidak mampunya bertahan dan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat yang mengarah ke modernisasi seperti sekarang ini. Kesenian mamanda sekarang tidak seperti dahulu lagi, hal ini disebabkan karena proses adaptasi dan inovasi dengan pengaruh modernisasi sekarang ini. Meskipun demikian kesenian mamanda tidak terlepas dari pakamnya sendiri. Perubahan dari proses adaptasi ini dapat dilihat dari cara pementasannya yang semakin kreatif dan inovatif agar mampu memberikan daya tarik tersendiri terhadap masyarakat moderen seperti sekarang ini. Inovasi untuk membuat mamanda mampu bertahan di masa sekarang ini dan membuat mamanda disenangi kembali oleh masyarakatnya adalah memberikan sentuhan-sentuhan baru yang tidak didapatkan sebelumnya. Sentuhan-sentuhan itu selain hanya aspek humoriftik, drama percintaan dan seni bela diri kuntau yaitu juga di bubuhi dengan pertunjukan kesenian japin dan madihin di sela-sela pertunjukannya. Hal ini diharapkan agar mamanda mampu bersaing dengan hiburan rakyat lainnya yang sifatnya lebih memanjakan dan bersifat modern.
@herykita