MITOS TENTANG MENULIS Mitos tentang Menulis Menurut Suparno dan Yunus (2003) ada beberapa mitos yang keliru tentang keterampilan menulis. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut. Menulis itu Mudah Teori menulis itu memang mudah. Kita cukup menghapal hal-hal yang terkait dengan struktur tulisan dan aspek kebahasaan. Akan tetapi, menulis itu bukanlah sekedera teori, melainkan keterampilan. Bahkan ada unsur seni di dalamnya. Teori hanyalah seperangkat alat untuk mempercepat kepelimilkan kemampuan seseorang dalam menulis. Kemampuan Menggunakan Unsur Mekanik Tulisan Merupakan Inti dari Menulis Dalam menulis kita memang dituntut dapat menggunakan ejaan, pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan. Namun, kemampuan mekanik saja belumlah cukup. Tulisan harus mengandung gagasan apa yang akan disampaikan. Dengan kata lain, pengembangan gagasan dan pengorganisasian isi karangan merupakan hal yang harus diperhatikan juga.
Menulis itu Harus Sekali Jadi Kebanyakan penulis pemula menginginkan pembuatan tulisan dengan sekali jadi. Dengan alasan segera dilaporkan (karena ditagih) sering terjadi, misalnya, laporan penelitian dibuat dalam semalam. Tentu saja tulisannya jauh dari sempurna. Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis profesional sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses yang melibatkan berbagai tahapan. Orang Yang Tidak Menyukai Menulis dan Tidak Pernah Menulis Dapat Mengajarkan Menulis Siapapun yang mengajar menulis, semestinya dia harus menyukai, terbiasa, dan memiliki pengalaman dan kemampuan menulis. Dia harus mendemonstrasikan bagaimana proses menulis. Sulit dibayangkan, di negeri ini masih ada guru menulis yang jarkoni (ngajar ora iso nglakoni).
AKTIVITAS PROSES MENULIS Pramenulis Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah (1) memilih topik, (2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan sasaran pembaca, dan (3) memperoleh dan menyusun ide-ide (Mind Mapp). Untuk membantu kita merumuskan tujuan tersebut, kita dapat bertanya pada diri sendiri, “apakah tujuan saya menulis topik ini? Mengapa saya menulis topik ini? Dalam rangka apa saya menulis?” Pertanyaan di atas akan sangat membantu kita dalam menentukan tujuan menulis.
(2) Penulisan Setelah kerangka tersusun, mahasiswa mulai melakukan kegiatan menulis. Langkah ini, penulis hanya diminta untuk mengekpresikan ide-idenya ke dalam tulisan. Karena penulis tidak mulai menulis dengan komposisi yang siap seperti disusun dalam pikirannya, pembelajar memulai menulis ide-ide yang sifatnya tentatif. Kemampuan ditekankan pada mengungkapkan ide dan gagasan dengan memperhatikan diksi, kalimat, paragraf, ejaaan dan tanda baca.
(3) Pascapenulisan Kegiatan meliputi penyuntingan dan merevisi. Tomskins dan Hosskisson membedakan pengertian penyuntingan (editing) dan perbaikan (revision). Menurut mereka, penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, penerapan tanda baca (puntuasi), diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi lebih mengarah perbaikan dan pemeriksaan isi/subtansi tulisan. Jadi, penyuntingan merupakan kegiatan merevisi atau perbaikan tulisan dilakukan. Penyuntingan disini meliputi perbaikan unsur mekanik dan isi/subtansi.
KARANGAN NARASI Narasi Adalah bentuk tulisan yang berupa paparan (cerita) dan bersifat fiktif. Dalam tulisan narasi biasanya terdapat cerita yang berkesinambungan. Disajikan dalam gambaran yang jelas antara tokoh-tokoh, jalan cerita, dan tempat peristiwa secara utuh.
Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya atau kronologis dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Menurut Pardiyono (2007: 94) naratif, adalah jenis teks yang sangat tepat untuk menceritakan aktivitas atau kejadian masa lalu, yang menonjolkan problematic experience dan resolution dengan maksud menghibur (to amuse) dan seringkali dimaksudkan untuk memberikan pelajaran moral kepada pembaca. Teks naratif seperti cerpen, novel, naskah sinetron, legenda atau dongeng.
CIRI-CIRI KARANGAN NARASI Menurut Keraf (2000:136) menyatakan: Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan Dirangkai dalm urutn waktu Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?” Ada konfliks.
JENIS-JENIS NARASI Narasi Informatif/Ekspositoris Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai akhir hidupnya.
2. Narasi Sugestif Narasi Sugentif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
Perbedaan Narasi informatif dan Sugestif No Informatif Sugestif 11. Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau amanat secara tersirat 2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian Menimbulkan daya khayal 3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional Penalaran hanya berfungsi sebagai alat penyampaian makna, sehingga penalaran dapat dilanggar 4. Bahasanya cenderung informatif dan denotatif Bahasanya cenderung figuratif dan konotatif
Bentuk-bentuk Narasi Otobiografi dan Biografi Pola yang diikuti dalam narasi ini adalah deretan dari perjalanan hidup yang bersangkutan atau pengurutan dari peristiwa-peristiwa yang dialaminnya. Anekdot dan Insiden Narasi ini bertujuan mengemukakan karakteristik seseorang atau suatu tempat yang menarik. Insiden merupakan suatu cerita yang utuh, tatapi perhatiannya ditujukan kepada aksi yang tidak biasa, nyata, atau pada aksi itu sendiri. Sketsa Bertujuan menyajikan secara efektif dan cepat yang menonjol dari suatu hal, tetapi bukan suatu deskripsi yang penuh. D. Profil yaitu kombinasi dari narasi, deskripsi, dan eksposisi dalam proposisi yang berbeda-beda. Polanya awal,tengah, dan akhir. Awal : memperkenalkan suasana tokoh Tengah : memunculkan suatu konflik sampai dengan klimaks Akhir : Ending cerita
Pendekatan Gramatikal Empat Pendekatan Menulis Ilmiah Menurut Proett dan Gill Pendekatan Frekuensi Semakin sering orang melakukan kegiatan menulis (seperti buku atau surat) akan membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang. Pendekatan Gramatikal Pengetahuan seseorang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis Pendekatan Koreksi Menyatakan bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan dari pembaca bagi tulisannya. Pendekatan Formal Keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan kebahasaan dikuasai dengan baik
Membaca Sintopik (Sumber Bacaan) The four levels of reading are: 1. Elementary reading: basically the level of reading one is taught to do in elementary and high schools. 2. Inspectional reading: systematic skimming and superficial reading. 3. Analytical reading: classifying, coming to terms, determining the message, criticizing the book, and author. [typical undergraduate college reading] 4. Syntopical reading: reading multiple books on one subject as defined by you - "one book opens another" C.G. Jung[typical post-graduate college reading]