KELOMPOK 9 IKAH WATIKAH MIRA ULFAH POPY FITRIANI K A L I M A T KELOMPOK 9 IKAH WATIKAH MIRA ULFAH POPY FITRIANI
Batasan dan Ciri-ciri Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
Bagian-Bagian Kalimat Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dan kelompok kata yang lain, berbeda-beda. Sementara itu, kedudukan tiap kata atau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap, dan ada pula yang tidak. Antara “kata” dan “kalimat” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak memiliki unsur predikasi.
Contoh kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap. Ibu pergi ke pasar. Ibu pergi Contoh kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tidak tetap. Masalah itu menyangkut masa depan kita. *Masalah itu menyangkut
Kalimat dan Klausa Kalimat dan klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Yang membedakan kalimat dan klausa adalah dalam hal intonasi akhir atau tanda baca. Dilihat dari segi internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap atau keterangan. Dia cantik (subjek + predikat) Anak itu makan kue (subjek + predikat + objek) Mereka berbicara tentang politik (subjek + predikat + pelangkap) Ayah ada di rumah (subjek + predikat + keterangan)
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Contoh: Dia pergi pukul 6. (subjek + predikat + keterangan) Saya sedang mandi. (subjek + predikat) Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa. Contoh: Dia pergi pukul 6 ketika saya sedang mandi. (S + P + K + Konjungsi + S + P) Klausa Dia pergi pukul 6 dinamakan klausa utama atau induk kalimat, sedangkan ketika saya sedang mandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat.
Konstituen Kalimat Kalimat merupakan konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Kalimat dapat diuraikan menjadi untaian kata, penguraian itu tidak langsung dari kalimat menjadi kata. Di antara kalimat dan kata biasanya ada satuan-antara yang berupa kelompok kata. Baik kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut.
anak itu melempar bola ke lapangan Struktur serta hierarki konstituen-konstituen kalimat Anak itu melempar bola ke lapangan dapat dinyatakan dalam bentuk bagan berikut. anak itu melempar bola ke lapangan ke lapangan lapangan ke melempar bola bola melempar anak itu itu anak Kalimat Frasa Konstrituen langsung Kata
Unsur tak wajib Unsur wajib Unsur Wajib dan Unsur Takwajib Unsur wajib dalam kalimat terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Sedangkan unsur takwajib (manasuka) terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan. Unsur tak wajib Unsur wajib Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore
Keserasian Unsur-Unsur Kalimat 1. Keserasian Makna Pada dasarnya orang membuat kalimat berdasarkan pengetahuanya tentang dunia di sekelilingnya sehingga mustahillah rasanya kita temukan kalimat seperti *Batu itu memukul anjing kami *Kuda kami merokok lima butir jeruk Keanehan bentuk (a) timbul karena verba memukul menuntut nomina orang sebagai pelakunya. Kenyataan bahwa batu itu bukan orang menyebabkan untaian (a) itu terasa aneh. Keanehan bentuk (b) juga timbul karena verba merokok menuntut nomina orang sebagai pelakunya serta nomina berwujud batangan sebagai objeknya. Kenyataan bahwa kuda kami bukan orang dan jeruk tidak berwujud batangan mengakibatkan untaian (b) itu terasa aneh.
2. Keserasian Bentuk Dalam kalimat juga perlu keserasian bentuk di antara unsur-unsur kalimat, khususnya antara nomina dan pronomina, dan dalam batas-batas tertentu, antara nomina dan verba. Penggunaan pronomina sebagai pengganti nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang tunduk pada kendala jumlah seperti tampak pada contoh berikut ini. Pelamar banyak, tetapi mereka tidak memenuhi syarat. Pelamar banyak, tetapi dia tidak memenuhi syarat. Pelamar ada, tetapi dia tidak memenuhi syarat. Anteseden pronomina mereka pada (a) adalah frasa (banyak) pelamar. Karena itu, pronomina dia (b) tidak bisa digunakan sebagai penggantinya. Pada (c) dan (d) tampak bahwa pronomina mereka dan dia dapat digunakan karena antesedennya ada (pelamar) tidak jelas bermakna jamak atau tunggal. Pemakaian pronomina dia dan mereka pada (c) dan (d) itu tergantung pada konteks wacana.
G.Struktur Kalimat Dasar Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa; unsur-unsurnya lengkap; susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum; dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran
Bentuk, Kategori, Fungsi dan Peran Kategori kata dapat berupa: Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantis unsur-unsur kalimat. Setiap bentuk kata, atau frasa yang menjadi konstituen kalimat termasuk dalam kategori frasa atau kata tertentu dan masing-masing mempunyai fungsi sintaksis seta peran semantis tertentu pula. Bentuk, Kategori, Fungsi dan Peran Kategori kata dapat berupa: Verba (V) Adjektiva (Adj) Adverbia (Adv) Nomina (N) Preposisi (Prep) Konjungtor (Konj) Interjeksi (Interj) Partikel (Part)
Sejalan dengan kategori itu, terdapat kategori frasa yang dibedakan berdasarkan unsur utamanya Frasa Nominal (FN) Frasa Verbal (FV) Frasa Adjektival (FAdj) Frasa Adverbial (FAdv) Frasa Preposisional (FPrep)
Kata seperti meja, pergi, sakit, sering dan kepada masing-masing termasuk dalam kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep; frasa meja itu, sudah pergi, agak sakit, sering sekali, dan kepada saya masing-masing tergolong FN, FV, FAdj, FAdv, dan FPrep
Ali (S, pelaku) sedang belajar. Nama anak itu Ali (P, atribut subjek) Suatu bentuk kata yang tergolong dalam kategori tertentu dapat mempunyai fungsi sintaksis dan peran semantis yang berbeda dalam kalimat. Ali (S, pelaku) sedang belajar. Nama anak itu Ali (P, atribut subjek) Ibu memanggil Ali (O, sasaran) Ayah membeli baju untuk Ali (Pel, peruntung)
Antara bentuk, kategori, fungsi, dan peran tidak hubungan satu lawan satu. Fungsi merupakan suatu “tempat” dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk (bahasa) yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu pula. Hubungan antara bentuk, kategori, fungsi, dan peran itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan bagan berikut. Bentuk ibu saya tidak membeli baju baru untuk kami minggu Lalu Kategori Kata N Pron Adj V Prep Frasa FN FV FPrep Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu
Pola Kalimat Dasar S + P + (O) + (Pel) + (Ket) Unsur Objek, Pelengkap dan Keterangan tidak harus selalu hadir, dan Keterangan dapat lebih dari satu. Apabila konstituen kalimat dasar yang tidak wajib hadir diabaikan, dari pola umum itu dapat diturunkan enam tipe kalimat dasar. Keenam tipe kalimat itu, yang dibedakan berdasarkan pola unsur-unsurnya yang wajib, adalah sebagai berikut.
Tipe/fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan 1. S-P Orang itu sedang tidur - Saya mahasiswa 2. S-P-O Ayahnya Membeli mobil baru Rani mendapat hadiah 3. S-P-Pel Beliau Menjadi ketua koperasi Pancasila merupakan dasar negara 4. S-P-Ket. Kami Tinggal di Jakarta Kecelakaan itu Terjadi minggu lalu 5. S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang Dian mengambilkan adiknya air minum 6. S-P-O-Ket. Pak Raden memasukkan ke bank memperlakukan kami dengan baik
Kalimat Dasar dan Konstituennya Verba predikat mempunyai peranan yang dominan dalam bahasa Indonesia karena menentukan kehadiran konstituen lain dalam kalimat. Contoh: Ayah membeli baju baru (S-P-O) Ayah membelikan adik saya baju baru (S-P-O-Pel) Ayah membeli baju baru untuk adik saya (S-P-O-Pel)
Kehadiran unsur objek, predikat, dan/atau keterangan wajib bergantung pada bentuk dan jenis predikat, dengan kata lain, unsur yang terdapat di sebelah kanan merupakan konstituen yang berfungsi melengkapi verba predikat. Oleh karena itu, konstituen objek, predikat, dan keterangan wajib sering juga disebut konstituen komplementasi atau pemerlengkapan
Pola Kalimat Topik-Komen topik merupakan pokok pembicaraan, dan komen yang memberi penjelasan terhadap pokok pembicaraan tersebut. Topik merupakan hal yang dianggap diketahui oleh pendengar/pembaca sedangkan komen adalah ihwal yang merupakan penjelasan tentang topik tersebut. Hubungan kepemilikan dalam pola topik-komen dinyatakan dengan pronomina –nya
Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur kalimat Fungsi Predikat Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, numerial, atau preposisional, di samping frasa verbal dan adjektival. Ayahnya guru bahasa Inggris (P=FN) Adiknya dua (P=Fnum) Ibu sedang ke pasar (P=Fprep) Dia sedang tidur (P=FV) Gadis itu cantik sekali (P=Fadj) Predikat dalam bahasa Indonesia dapat mengisyaratkan makna ‘jumlah’ FN subjek. Penumpang bus itu bergantung. Penumpang bus itu bergantungan. Pada (a) FN penumpang bus itu bergantung cenderung bermakna tunggal, tapi pada (b), FN penumpang bus itu bermakna jamak oleh kehadiran bentuk verba predikat bergantungan
Fungsi Subjek Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa seperti tampak pada contoh berikut. Harimau binatang liar. Anak itu belum makan. Yang tidak ikut upacara akan ditindak. Subjek sering juga berupa frasa verbal Membangun gedung bertingkat mahal sekali. Berjalan kaki menyehatkan badan. Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Tolong (kamu) bersihkan tempat ini. Mari (kita) makan. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan. Anak itu (S) menghabiskan kue saya. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu (Pel)
Fungsi Objek Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan: Jenis predikat yang dilengkapinya. Ciri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –i dan –kan serta prefiks –meng umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya, dan jika berupa ponomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Saya ingin menemui kamu/-mu. Ina mencintai dia/-nya. Ibu mengasihi aku/-ku. Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, konstituen objek dapat pula berupa klausa. Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan. Pembantu membersihkan ruangan saya (O). Ruangan saya (S) dibersihkan (oleh) pembantu. Potensi ketersulihan unsur objek dengan –nya dan pengedepanannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa nomina atau frasa nominal
Fungsi Pelengkap Orang sering mencampuradukan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek atau pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok. Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok. Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal itu dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga dinamakan komplemen. PERBEDAAN PELENGKAP DAN OBJEK
Objek Pelengkap Berwujud frasa nominal atau klausa Berwujud frasa nominal, verbal, adjektival, preposisional atau klausa Berada langsung di belakang predikat Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat Tak dapat menjadi subjek akibat pemasifak kalimat Dapat diganti dengan pronomina –nya Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dengan predikat yang berupa verba taktransitif dan dwitransitif serta adjektiva. Orang itu bertubuh raksasa. Negara ini berlandaskan hukum. Ida benci pada kebohongan. Dia bertanya kapan kami akan menengoknya
makan waktu balik nama masuk hitungan biru laut cuci muka Seringkali nomina mempunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya sehingga seolah-olah keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Berikut adalah contohnya. makan waktu balik nama masuk hitungan biru laut cuci muka tembus cahaya banjir uang kurang darah Gabungan verba atau adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam kalimat
Fungsi Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah tempat. Keterangan dapat bertada di akhir, tengah dan di awal kalimat. pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, preposisional, atau adverbial. Dia memotong rambutnya. Dia memotong rambutnya di kamar. (ket. Tempat) Dia memotong rambutnya dengan gunting. (ket. Alat) Dia memotong rambutnya kemarin. (ket. Waktu)
Selain oleh kesatuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima di bank. Jenis-jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa
Jenis-jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa Preposisi/ penghubung Contoh 1. Tempat di ke dari (di) dalam pada di kamar, di kota ke Medan, ke rumahnya dari Manado, dari sawah (di) dalam rumah, dalam lemari pada saya, pada permukaan 2. Waktu - dalam se- sebelum sesudah selama sepanjang sekarang, kemarin pada pukul 5, pada hari ini dalam minggu ini, dalam dua hari ini setiba di rumah, sepulang dari kantor sebelum pukul 12, sebelum pergi sesudah pukul 10, sesudah makan selama dua minggu, selama bekerja sepanjang tahun, sepanjang hari
3. Alat dengan dengan (memakai) gunting, dengan mobil 4. Tujuan agar/supaya untuk bagi demi agar/supaya kamu pintar untuk kemerdekaan bagi masa depanmu demi kekasihnya 5. Cara secara dengan cara dengan jalan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding
Penyerta dengan bersama beserta dengan adiknya bersama orang tuanya beserta saudaranya Pebandingan/kemiripan serperti bagaikan laksana seperti angin bagaikan seorang dewi laksana bintang di langit Sebab karena sebab karena perempuan itu sebab kecerobohannya Kesalingan - saling (mencintai), satu sama lain
Di samping kesembilan jenis keterangan di atas, ada pula jenis keterangan lain yang selalu berbentuk klausa, yaitu keterangan syarat, keterangan pengandaian, keterangan konsesif dan keterangan hasil.
Interpretasi Ganda Ibu ke pasar. Ayah di kamar. Pak Ali dari Bandung. Frasa Preposisional sebagai Predikat Ibu ke pasar. Ayah di kamar. Pak Ali dari Bandung. Gelang ini untuk Rita Dari segi struktur lahir, tidak ada keraguan bahwa frasa preposisional ke pasar, di kamar, dari Bandung,dan untuk Rita menduduki posisi predikat kalimat. Tafsiran itu tentu hanya mungkin jika konstituen pada contoh kalimat (1) yakni Ibu, Ayah, Pak Ali dan Gelang ini diperlakukan sebagai subjek. Kenyataan bahwa di samping kalimat (1) terdapat juga kalimat (2) yang maknanya relatif sama telah menyebabkan sebagian ahli ilmu bahasa menafsirkan yang berupa frasa preposisional pada (2) bukan sebagai predikat kalimat. Bandingkan (1) dengan (2) berikut. Ibu pergi ke pasar. Ayah ada di kamar. Pak Ali berasal dari Bandung. Gelang ini gelang untuk Rita. Pada contoh (2), frasa preposisional ke pasar, di kamar, dan dari Bandung berfungsi sebagai keterangan, sedangkan untuk Rita berfungsi sebagai pewatas nomina gelang.
Frasa Verbal sebagai Subjek Frasa verbal dapat menduduki posisi subjek kalimat. Membangun gedung bertingkat mahal sekali. Mengumpulkan dana dari rumah ke rumah dilarang. Dilihat dari pola umum kalimat bahasa Indonesia, jelas bentuk membangun gedung bertingkat dan mengumpulkan dana dari rumah ke rumah menduduki fungsi subjek dan bentuk mahal sekali serta dilarang menduduki fungsi predikat. Kenyataan bahwa di samping kalimat (1) terdapat kalimat yang maknanya relatif sama seperti pada (2) berikut. Biaya membangun gedung bertingkat mahal sekali. Kegiatan mengumpulkan dana dari rumah ke rumah dilarang. Telah menyebabkan sebagian ahli ilmu bahasa menganggap bahwa kalimat (1) itu berasal dari kalimat (2) yang lebih lengkap. Konstituen membangun gedung bertingkat dan mengumpulkan dana dari rumah ke rumah berfungsi sebagai pelengkap nomina biaya atau kegiatan yang mengalami pelesapan.
Peran Semantis Unsur Kalimat
Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantik yang berbeda-beda. Peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal. Pelaku Sasaran Pengalam Peruntung Atribut Peran Semantis Keterangan
JENIS KALIMAT
KALIMAT TUNGGAL 1. KALIMAT BERPREDIKAT VERBAL a. KALIMAT TAKTRANSITIF b. KALIMAT EKATRANSITIF c. KALIMAT DWITRANSITIF d. KALIMAT PASIF 2. KALIMAT BERPREDIKAT ADJEKTIVAL 3. KALIMAT BERPREDIKAT NOMINAL 4. KALIMAT BERPREDIKAT NUMERAL 5. KALIMAT BERPREDIKAT FRASA PROPOSISIONAL
KALIMAT DILIHAT DARI BENTUK SINTAKSIS
Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif, yang juga dikenal dengan nama kalimat berita dalam buku-buku tata bahasa Indonesia, secara formal, jika dibandingkan dengan ketiga jenis kalimat yang lainnya, tidak bermarkah khusus.
Tadi pagi ada tabrkan mobil di dekat Monas Tadi pagi ada tabrkan mobil di dekat Monas. Saya lihat bus masuk Ciliwung tadi pagi.
KALIMAT IMPERATIF 1. KALIMAT IMPERATIF TAKTRANSITIF Kalimat imperatif taktransitif dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang berpredikat verba dasar, frasa adjectival, dan frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut. - Engkau masuk. - Masuk.
2. KALIMAT IMPERATIF TRANSITIF Kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat dapat dianggap berbentuk pasif ialah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasaran dalam kalimat imperatif. - Engkau mencari pekerjaan apa saja
3.Kalimat Imperatif Halus Di samping bentuk pasif seperti yang telah dibicarakan, bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah kata yang dipakai untuk menghaluskan isi kalimat imperatif. Kata seperti tolong, coba, silakan, sudilah, dan kiranya sering dipakai untuk maksud itu. Perhatikan contoh berikut. - Tolong kirimkan kontrak ini. - Cobalah panggil Kepala Bagian Umum.
4. Kalimat Imperatif Permintaan Kalimat imperatif juga digunakan untuk mengungkapkan permintaan. Kalimat seperti itu ditandai oleh kata minta dan mohon. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan ialah pembicara yang sering tidak dimunculkan. Perhatikan ontoh berikut. - Minta perhatian, Saudara-saudara.
5. Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan Di dalam kalimat imperatif, ajakan dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah), harap, dan hendaknya. Perhatikan contoh berikut. - Ayolah, masuk - Mari kita makan. - Harap duduk dengan tenang. - Hendaknya Anda pulang saja.
6. Kalimat Imperatif Larangan Kalimat imperatif dapat bersifat larangan dengan adanya kata jangan(lah). Perhatikan contoh berikut. - Jangan berangkat hari ini. - Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
7. Kalimat Imperatif Pembiaran Yang juga termasuk golongan kalimat imperatif ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh membiarkan supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perlambangan kemudian pembiaran berarti minta izin agar sesuatu jangan dihilangi. Perhatikan contoh berikut. - Biarlah saya yang menggoreng ikan. - Biarkanlah saya menanyai orang itu.
Kalimat Interogatif Kalimat interogatif, yang juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda Tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan diakhiri suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun.
Kalimat Ekslamatif Kalimat ekslamatif lebih dikenal dengan nama kalimat seru. Secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimatberpredikat adjectival. Kalimat ini dinamakan juga kalimat interjeksi yang biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. Cara pembentukan kalimat ekslamatif yaitu: Balikan urutan unsur kalimat dari S-P menjadi P-S. Tambahkan partikel –nya pada adjectiva P. Tambahkan kata alangkah, bukan main atau betapadi depan P jika dianggap perlu. Contohnya: Pergaulan mereka bebas Bebas pergaulan mereka Bebasnya pergaulan mereka! Alangkah bebasnya pergaulan mereka! Bukan main bebasnya pergaulan mereka! Betapa bebasnya pergaulan mereka!
Kalimat Terlengkap Kalimat terlengkap pada dasarnya adalah kalimat yang tidak ada subjek atau predikatnya. Hal itu biasanya terjadi pada wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketahui atau disebutkan sebelumnya. Contohnya: Amir : Kamu tinggal di mana Min? Aman : Di Kampung Melayu
Kalimat Inversi Ada tamu, Pak. Ada kabar bahwa dia telah meninggal. Ada seseorang yang mencari Anda. Dari contoh di atas kita lihat bahwa verba ada terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah (a) predikat dahulu, baru (b) kemudian subjeknya. Tentu saja dua unsur wajib itu dapat pula diikuti oleh unsur lain seperti terlihat pada pada dua contoh terakhir di atas. Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya terbalik itu, umumnya mensyaratkan subjek yang takdefinit. Jadi, (234) dan (235) berterima, tetapi (236) dan (237) tidak. (234) a. Ada tamu. b. Ada seorang tamu. (235) a. Ada pencuri di halaman. b. Ada seorang pencuri di halaman. (236) a. Ada tamu itu. b. Ada tamu tersebut. (237) a. Ada pencuri itu di halaman. b. Ada pencuri ini.
PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL Keterangan Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlukan sebagai unsur takwajib dxalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna mandiri. Perhatikan contoh berikut: (245) a. Mereka membunuh binatang buas itu. b. Mereka membunuh binatang buas itu di pinggir hutan. (246) a. Usul penelitian itu akan dikirimkan. b. Usul penelitian itu akan dikirimkan minggu depan
Keterangan Waktu Keterangan waktu memberikan informasi mengenai saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi berbagai macam bentuk: (a) kata tunggal, (b) frasa nominal, dan (c) frasa preposisional. Pada umumnya keterangan waktu diletakkan di bagian belakang kalimat, tetapi dapat pula di bagian tengah atau depan. Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah, sering, selalu, kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang, besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu yang berbentuk frasa nominal dapat berupa pengulangan kata pagi-pagi, malam-malam, siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian. Keterangan waktu yang berbentuk frasa preposisional diawali dengan preposisi dan kemudian diikuti oleh nomina tertentu. Preposisi yang dipakai antara lain, di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat dan untuk. Frasa nominal yang mengikutinya bukanlah sebarang frasa nominal, melainkan frasa nominal yang memiliki ciri waktu. Dengan demikian frasa nominal seperti pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa, Senin, Kamis, Januari, malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh dan Natal dapat digabungkan dengan preposisi di atas untuk mengisi keterangan waktu
Keterangan Tempa t Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Berbeda dengan keterangan waktu, Keterangan tempat hanya dapat diisi oleh frasa preposisional. Preposisi yang dipakai antara lain di, ke, dari, sampai, dan pada. Sesudah preposisi itu terdapat kata yang mempunyai ciri tempat: di sini, di sana, di situ, dari sana, dari sini, kemana, dari situ, dan sebagainya. Contohnya: Kita meletakkan batu pertama ini di sana. Dari sini kita harus melancarkan serangan kita. Bom itu diletakkan di jembatan kereta api. Kami berangkat dari rumah pukul enam. Keluarganya akan pindah ke Jakarta. Keluarganya akan pindah ke tahun
Keterangan Tujuan Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah, jurusan, atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk dan buat. Keenam preposisi ini dapat diikuti oleh nomina atau frasa nominal seperti dalam contoh yang berikut. Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara. Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur. Guna kerja sama yang baik kita memerlukan pengendalian diri. Satu asas diperlukan untuk kesatuan dan persatuan bangsa.
Keterangan Cara Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa berlangsung. Seperti halnya dengan keterangan waktu, Keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa preposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (sebagian menyatakan kekerapan) adalah, misalnya seenaknya, semaumu, secepatnya, sepenuhnya, dan sebaliknya. Letak keterangan itu umumnya sesudah predikat atau objek (kalau ada), tetapi ada juga yang muncul di awal atau akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut. Dia berbicara seenaknya dengan atasannya. Kamu boleh mengambil kue semaumu. Masalah itu harus diselesaikan secepatnya. Kami percayakan soal ini sepenuhnya kepada Anda. Dia berpikir sebaliknya
Keterangan Penyerta Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali untuk kata sendiri yang dapat berdiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama, dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi itu harus merupakan maujud yang bernyawa atau dianggap bernyawa. Perhatikan contoh berikut. Ibu ke pasar dengan saya. Dia merumuskan konsep itu dengan para pembantunya. Pak Badri berangkat ke Mekah tanpa istrinya. Pasukan itu menyerbu kota bersama rakyat
Keterangan Alat Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Pengertian alat dalam hal itu tidak harus selalu dalam bentuk benda konkret. Keterangan alat selalu berwujud frasa preposisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa. Perhatikan contoh berikut. Kami biasanya pergi ke kantor dengan bus. Janganlah kita menilai mereka dengan ukuran Barat. Kita akan gagal tanpa bantuan mereka.
Keterangan Pembandingan Keterangan pembandingan (atau kemiripan) adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan, kejadian, atau perbuatan yang lain. Wujud keterangan itu selalu berbentuk frasa dengan preposisi seperti laksana, seperti, sebagai. Perhatikan contoh berikut. Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. Apakah selamanya kita akan hidup sebagai objek sejarah? Berpikirlah seperti orang dewasa.
Keterangan Sebab Keterangan sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kajadian atau perbuatan. Wujud keterangan itu selalu frasa dengan preposisi karena, sebab atau akibat. Perhatikan contoh berikut. Banyak pemimpin dunia jatuh karena wanita. Sebab kelakuan anaknya, keluarga itu dijauhi para tetangganya. Mereka terjerumus karena masalah ini
Keterangan kesalingan Keterangan kesalingan adalah suatu keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara berbalasan. Wujud keterangan kesalingan yaitu satu sama lain atau saling adalah tegar dan umumnya diletakkan di sebelah kiri verba atau di bagian akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut. Kedua delegasi ini akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain. Ketua dan sekretaris organisasi itu saling membenci satu sama lain
Nomina Vokatif Nomina vokatif adalah konstituen tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang yang disapa. Unsur vokatif itu bersifat manasuka, dan letaknya dapat di awal, tengah atau akhir kalimat, seperti tampak pada contoh berikut. (334) a. Mir, tolong belikan rokok. b. Dan kamu, Dana, jangan bermain saja. Nomina vokatif itu tidak merupakan bagian integral suatu kalimat dan hal itu tampak dalam intonasi. Unsur vokatif dipisahkan dalam intonasi dengan bagian kalimat lain dengan membentuk satuan tona sendiri atau menjadi ekor satuan tona. Ciri intonasi yang paling lazim bagi unsur vokatif adalah intonasi naik. Vokatif awal sering juga mempunyai intonaso turun-naik. Fungsi utama nomina vokatif adalah minta perhatian orang yang disapa, terutama jika ada pendengar lain. Bentuk vokatif yang digunakan juga mengisyaratkan sikap pembicara terhadap si pendengar. Nomina vokatif dapat berupa nama orang dengan atau tanpa gelar atau sapaan seperti Amir, Pak Raden, Bu Tuti, Dr. Hadi, istilah kekerabatan seperti Ayah, Bapak/Pak, Ibu/bu, Papa, Mama/Ma, Kakak/Kak, Adik/Dik, Abang/Bang, Paman, Bibi/Bi, Nak; ungkapan kasih sayang seperti sayang, manis; ungkapan penanda profesi dengan atau tanpa sapaan seperti Tuan Dokter, Pak Hakim Bentuk-bentuk vokatif pada umumnya digunakan untuk mengisyaratkan sikap positif pembicara dan untuk menunjukkan rasa hormat atau keakraban.
Aposisi Kalimat tunggal dapat pula diperluas dengan cara menambahkan unsur tertentu yang beraposisi dengan salah satu unsur kalimat (biasanya unsur nominal) yang ada. Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsur itu sederajat dan mempunyai acuan yang sama atau, paling tidak salah satu mencakupi acuan unsur yang lainnya. Pada kalimat (335) Ir. Soekarno, Presiden Indonesia pertama, adalah tokoh pendiri gerakan non-blok.
PENGINGKARAN Pengingkaran atau negasi, yakni proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar pada kalimat. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat kata ingkar: tidak (tak), bukan, jangan dan belum. Perhatikan contoh berikut. a. Dia masuk hari ini. b. Dia tidak masuk hari ini. a. Pemuda itu mahasiswa b. Pemuda itu bukan mahasiswa
Pengingkaran Kalimat verbal, jenis deklaratif dan interogatif; Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai di awal frasa predikatnya. Kata ingkar tidak ditempatkan di awal predikat yang tidak mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat: verbal, jenis deklaratif dan interogatif; adjektival, jenis deklaratif, interogatif, dan ekslamatif; numeral taktentu, jenis deklaratif dan interogatif. (351) a. Tuti akan datang nanti. b. Tuti tidak akan datang nanti. Jika predikat mengandung kata sudah kalimatnya diingkarkan dengan mengganti kata sudah dengan kata belum seperti pada contoh berikut. (354) a. Mereka sudah kembali. b. Mereka belum kembali.
Pengingkaran Bagian Kalimat Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsur yang diingkarkan itu. Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata ingkar yang digunakan untuk tujuan itu adalah bukan..., melainkan..., tidak..., tetapi... Perhatikan contoh berikut. (361)a. Dia tiba bukan kemarin melainkan tadi pagi. b. Dia tidak berangkat dengan kereta api, tetapi dengan bus. Untuk menguatkan pengontrasan itu, kata ingkar bukan diberi partikel -nya seperti tampak pada contoh berikut. (362)a. Dia tidak masuk bukannya karena sakit melainkan karena malas. b.Sebabnya dia tidak lulus bukannya karena bodoh melainkan karena malas
Lingkup Pengingkaran Kata ingkar seperti tidak mempunyai ruang lingkup pengingkaran yang berbeda-beda tergantung pada ada tidaknya keterangan pada kalimat. Perhatikan contoh berikut. Dia membunuh orang itu. Dia tidak membunuh orang itu. Dia tidak membunuh orang itu kemarin. Dia tidak membunuh orang itu di kantor
Pada (371) pembunuhan terhadap orang itu terjadi Pada (371) pembunuhan terhadap orang itu terjadi. Dengan ditambahkannya pengingkar tidak pada (372), pembunuhan itu tidak terjadi. Kalau sekarang kita perhatikan (373), maka akan tampak bahwa dengan adanya keterangan waktu kemarin pembunuhan itu tetap terjadi. Makna kalimat (373) ditentukan oleh letak tekanan kata. Apabila tekanan diletakkan pada orang itu seperti terlihat pada kata berhuruf kapital (375a) Dia tidak membunuh ORANG ITU kemarin. maka maknanya adalah bahwa pembunuhan tetap terjadi, tetapi bukan orang itu yang dibunuh, yang dibunuh adalah orang ini. Dengan kata lain (375a) sama maknanya dengan (375b) berikut. (375b) Bukan orang itu yang dia bunuh kemarin. Apabila tekanan kita letakkan pada keterangan waktu kemarin seperti pada (375c) berikut. (375c) Dia tidak membunuh orang itu KEMARIN. Maka pembunuhan tetap terjadi, hanya saja waktunya bukan kemarin (375c) sama maknanya dengan (375d) (375d) Bukan kemarin dia membunuh orang itu. Keterangan yang paralel juga dapat diberikan untuk contoh (374) Dia tidak membunuh orang itu di kantor dengan parafrasa berikut. (376)a. Bukan orang itu yang dia bunuh di kantor. b. Bukan di kantor orang itu dia bunuh. makna pengingkaran berpindah-pindah sesuai dengan tekanan yang kita berikan.